Trinidad dan Tobago Siaga  Hadapi Serangan AS 

Kapal perusak AL AS USS Gravely tampak sandar di pelabuhan Port of Spain, Trinidad, sejak Minggu 26/10, diduga dalam rangka rencana menyerang Venezuela (foto: Reuters)

PEMERINTAH Trinidad dan Tobago menempatkan militernya dalam status siaga, Jumat (31/10), di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat  dan  tetangganya, Venezuela.

Menurut laporan AFP, seluruh pasukan diperintahkan kembali ke pangkalan dan ditempatkan pada “status siaga satu”, sementara kepolisian juga membatasi seluruh izin tinggal hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Langkah ini diambil setelah AS melancarkan serangan udara terhadap sedikitnya 15 kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di kawasan Karibia dan Pasifik, pekan lalu (29/10), menewaskan 62 orang.

Trinidad dan Tobago, negara kepulauan berpenduduk ekitar 1,5 juta orang terletak tepat di lepas pantai utara Venezuela, menjadi wilayah strategis di tengah meningkatnya aktivitas militer di perairan sekitarnya.

Kabar siaga militer memicu kepanikan di Ibu Kota Port of Spain. Warga bergegas memborong makanan dan bahan bakar, menurut kesaksian jurnalis AFP di lapangan.

Pemerintah setempat menyerukan ketenangan dan menegaskan, komunikasi aktif sedang dilakukan dengan Kedutaan Besar AS di Port of Spain.

Sebagai bagian dari operasi pemberantasan perdagangan narkoba, Washington mengerahkan delapan kapal AL ke Karibia, mengirim pesawat tempur siluman F-35 ke Puerto Riko, dan mengirim satu gugus tugas kapal induk ke wilayah tersebut.

Memanas

Hubungan AS-Venezuela memanas setelah Presiden Donald Trump mengerahkan kapal perang ke Karibia dan menuduh Preisden Nicolas Maduro memimpin jaringan narkoba.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang didakwa atas kasus narkoba oleh AS, menuduh Washington menggunakan isu narkotika sebagai alasan untuk memaksakan perubahan rezim di Caracas, serta menyita minyak negaranya.

Menanggapi tudingan itu, Presiden AS Donald Trump membantah adanya rencana serangan terhadap Venezuela.

“Tidak,” kata Trump singkat saat ditanya jurnalis di pesawat kepresidenan Air Force One mengenai laporan kemungkinan serangan tersebut.

Menlu AS Marco Rubio juga menepis laporan dari Miami Herald yang menyebutkan, pasukan Washington sedang bersiap menyerang Venezuela.Ia menegaskan bahwa kabar itu tidak benar.

Jika pecah perang antara AS dan Venezuela, tentu sangat tidak seimbang. Menurut Global Firepower 2025, anggaran pertahanan negara di kawasan L. Karibia itu empat miliar dollar AS (sekitar Rp66 triliun), dibandingkan belanja militer AS sebesar 986 miliar dollar AS atau Rp16.269 triliun).

 Perimbangan kekuatan   

AB Venezuela yang hanya berkekuatan 109.000 personil aktif dan 8.000 cadangan harus tentu bukan lawan seimbang menghadapi raksasa militer global AS.

AD Venezuela mengoperasikan 172 tank, 8.800 kendaraan lapis bajai, 48 pucuk artileri swagerak, 100 meriam tarik dan 36 roket, dan AL didukung satu kapal selam dan 25 kapal patroli.

Sedang AU Venezuela didukung 229 pesawat termasuk 39 pesawat tempur, 75 pesawat latih, 88 helikpter dan 10 helikpter serang.

Sebaliknya, AS dengan militer terkuat sejagat, memiliki 1,4 juta personil aktif dan 850.000 cadangan.

AD AS didukung 2.500 tank tempur utama, 39.000 kendaraan lapis baja, 3.500 artileri swagerak dan meriam tarik serta 1.400 peluncur rudal.

Matra udara AS didukung 13.000 pesawat termasuk ribuan pesawat tempur seperti berbagai seri F-16 Fighting Falcon, F-15 Eagle, F-22 Raptor F-35 Lightning II, pengebom B-52 Stratofortress  dan B-1B Lancer.

AL AS mengoperasikan 290-an kapal perang termasuk 11 kapal induk, puluhan kapal penjelajah, fregat dan korvet serta kapal selam nuklir.

Sebagai negara adidaya, AS juga memiiki 5.224 hulu ledak nuklir, di bawah musuh bebuyutannya, Rusia yang memiiki stok 5.830 hulu dari u ledak nuklir.

Agaknya AS hanya bakal melancarkan operasi terbatas, untuk memutus jalur pengiriman narkotika dari wilayah Laut Karibia terutama dari Venezuela. (AFP/ns)

 

 

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here