spot_img

Ulah Manusia Penyebab Bencana

Bencana alam berupa banjir dan tanah longsor terjadi silih-berganti di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa pekan terakhir ini. Sumbernya, sebagian besar akibat ulah manusia yang abai, bahkan aktif merusak ekosistem dan lingkungan.

BMKG memperkirakan, hujan lebat disertai guntur dan angin kencang akibat tekanan udara rendah di kawasan barat Sumatera, bagian utara Jawa, Selat Karimata dan sebagian wilayah Papua yang disebabkan oleh pertemuan angin monsun dari Australia dengan angin barat Asia, akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia dalam waktu dekat ini.

Khusus untuk kawasan Jabodetabek – lokasi bermuaranya 13 kali – warga harus bersiaga penuh mengantisipasi bencana banjir yang lebih besar lagi, mengingat hujan lebat akibat pengaruh La Nina diperkirakan akan turun pada dua sepuluh hari (dasarian) kedua Februari, 2017.

Potensi banjir lebih besar kemungkinan akan terjadi di kawasan lintasan Kali Angke dan Kali Pesanggerahan di wilayah Jakarta Barat, di lintasan Kali Krukut di wilayah Jakarta Selatan dan di lintasan Kali Cipinang dan Kali Sunter di Jakarta Timur. Normalisasi kali-kali di ketiga wilayah DKI Jakarta tersebut belum rampung, sehingga limpasan air juga belum bisa dihindari sepenuhnya, terutama di saat tingginya curah hujan. Revitalisasi bantaran Kali Krukut juga masih setengah jalan terutama di kawasan Kemang yang dipenuhi hutan beton gedung-gedung perkantoran atau bangunan komersil.

Banjir hingga setinggi dua meter lebih sempat merendam kawasan perumahan Total Persada di Kel. Gembong, Kec. Periuk, Tangerang pekan lalu. Air juga merendam sejumlah kawasan di Bekasi. Yang terparah di Kompleks Pondok Hijau Permai, Kec. Rawalumbu. Kompleks ini sudah menjadi langganan setia banjir sejak 2002, bahkan intensitasnya akhir-akhir ini terus meningkat. Di musim hujan, bisa empat sampai lima kali sebulan. Banjir juga menggenangi 17 desa di enam kecamatan di Karawang, Jawa Barat, merusak tanaman padi di hamparan sawah yang siap panen.

Luapan air menghancurkan 648 Ha tanaman pangan di Kec. Karang Binangun dan Kalitengah, Lamongan, sedangkan di Kec. Pasie Raya, Kab. Aceh Jaya sudah keempat kalinya dalam tiga bulan terakhir ini air merendam pemukiman penduduk berasal dari luapan air Sungai Teunom akibat semakin parahnya kerusakan di hulu dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS).

Kondisi cuaca dan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, khususnya banjir dan tanah longsor dalam lima tahun terakhir ini, menurut data BNPB, menimbulkan dampak kerugian ekonomi sekitar Rp 30 triliun setiap tahun. Sepanjang 2015 saja tercatat 1.582 bencana, merenggut 240 korban jiwa, mencetak 1,18 juta pengungsi dan mengakibatkan 24.365 unit rumah rusak.

Bencana hidrometeorologi kembali menghantam wilayah kota Bandung yang berada di lokasi cekungan yang diperparah akibat kerusakan di kawasan hulu, amburadulnya tata ruang, buruknya sistem drainase dan tumpukan sampah. Banjir lebih besar pada (pada 13/11) dibandingkan sebelumnya (31/10) merendam sejumlah ruas jalan protokol dan juga stasiun sehingga sempat menghalangi sejumlah jadwal perjalanan KA. Beton, aspal atau bangunan telah menutupi 70 persen lahan perkotaan sehingga tidak mampu lagi menyerap curah hujan. Diperkirakan, hanya seperlima limpasan air terserap tanah.

Bencana tanah longsor, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Pusat Data dan Informai Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho baru-baru ini, cenderung meningkat di tahun-tahun terakhir ini. Pada 2007 tercatat 104 kejadian dengan 93 korban tewas, sedangkan pada 2014 terjadi 600 kejadian dengan 372 korban tewas. Pada 2015 sedikit menurun dengan 515 kejadian dengan 135 orang tewas.
Musibah demi musibah melanda negeri ini, dan orang tidak bisa begitu saja menyalahkan alam, karena sebagian penyebabnya adalah sikap abai dan pembiaran oleh pemerintah serta keserakahan manusia yang sudah berlangsung

 

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles