
Selain PHK terhadap sekitar 11.000 karyawan PT Sri Rezeki Isman Tbk (Sritex) di Kab, Sukoharjo, Jawa Tengah yang dinyatakan pailit, sejumlah industri diprediksi bakal mengurangi atau melakukan PHK sepanjang 2025.
Penutupan PT Sritex yang telah beroperasi selama 58 tahun ini terjadi akibat perusahaan pailit. Disperinaker Kab. Sukoharjo telah mengonfirmasi bahwa pabrik tekstil tersebut resmi ditutup per 1 Maret 2025.
PHK terhadap karyawan PT Sritex dimulai 26 Februari, sementara hari terakhir kerja jatuh pada 28 Februari 2025 sehingga hal ini tidak hanya berdampak pada pabrik di Sukoharjo, tetapi juga pada anak anak perusahaan Sritex Group.
Jika tidak dapat dihindari, PHK tentu saja akan membawa ikutan persoalan sosial dan juga target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada kisaran 5,2 persen pada 2025.
Di sekitar lokasi PT Sritex, keluhan juga bermunculan dari pedagang sayur dan warung makanan yang mulai sepi pembeli sejak pabrik ditutup mulai 1 Maret, juga rumah kos-kosan yang ramai disewa karyawan sejak perusaan itu beroperasi pada 1958.
Selain berdampak pada pekerja PT Sritex dan keluarganya, penghentian operasi perusahaan itu juga berimbas pada para vendor termasuk pekerjanya, juga perusahaan leasing kendaraan atau perbankan, mengingat para pekerja yang terkena PHK tidak bisa membayar cicilan utang.
Jika tidak dapat dihindari, PHK tentu saja akan memicu persoalan sosial dan juga target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada kisaran 5,2 persen pada 2025.
Selain masalah internal, ketatnya persaingan, kelesuan pasar disebabkan persoalan ekonomi mau pun politik dalam negeri serta global yang mempengaruhi daya beli, juga perubahan teknologi dan selera pasar banyak faktor yang menyebabkan kelesian dunia usaha bahkan berujung kebangkrutan.
Sementara pengamat pasar modal Ibrahim Assuaibi menilai, PHK massal jka terjadi, akan berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama kelas menengah.
“Saat daya beli turun, sektor properti, otomotif, dan konsumsi rumah tangga pun ikut melemah, “ ujarnya . Bahkan, ia menilai prediksi Bank Dunia yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 3,3% lebih realistis .
Bhima Yudhistira dari Celios mengingatkan, ketidakpastian ekonomi pada kondisi saat ini semakin besar sehingga jika pemerintah tidak memiliki strategi jangka panjang yang lebih konkret, ancaman PHK massal ini bisa menjadi bom waktu bagi ekonomi nasional.
Pabrik yang tutup (2024 – 2025)
- PT Sritex resmi tutup pada 1 Maret 2025, menyebabkan PHK massal terhadap 10.665 karyawan. Penutupan ini terjadi setelah perusahaan dinyatakan pailit oleh PN Semarang akibat beban utang yang tidak mampu dibayar.
- Pabrik PT Yamaha Music Product Asia di Bekasi dan PT Yamaha Indonesia di Pulo Gadung akan menutup operasionalnya secara bertahap.
Yamaha Music Product Asia, denga sekitar 400 karyawan, akan ditutup pada akhir Maret 2025, sementara Yamaha Indonesia, dengan 700 karyawan, akan tutup pada akhir Desember 2024.
Keputusan ini diambil karena menurunnya permintaan produk, sehingga produksi akan dialihkan ke pabrik di Cina dan Jepang.
- PT Sanken Indonesia PT Sanken Indonesia akan menutup operasionalnya pada Juni 2025 dan menyebabkan PHK terhadap 457 karyawan. Penutupan ini disebabkan karena Induk perusahaan di Jepang, Sanken Electric, mengalihkan fokus bisnisnya ke semikonduktor .
- PT Asia Pacific Fibers Tbk menutup sementara pabriknya di Karawang, November 2024 berdampak pada PHK sekitar 2.500 karyawan disebabkan oleh lonjakan impor dan masalah arus kas.
- PT Sepatu Bata Tbk PT Sepatu Bata Tbk. menutup pabriknya di Purwakarta pada 30 April 2024, menyebabkan PHK terhadap 233 karyawan akbat kerugian berulang dalam empat tahun terakhir, menurunnya permintaan, dan kapasitas produksi yang berlebih.
- PT Hung-A Indonesia di Cikarang, Jawa Barat asal Korea Selatan yang memproduksi ban untuk kendaraan, khususnya sepeda motor menutup pabriknya pada 1 Februari 2024 dan melakukan PHK terhadap 1.500 karyawan akibat menurunnya pesanan dan ketidakpastian pasar.
- PT Cahaya Timur Garmindo PT Cahaya Timur Garmindo (CTG), di Pemalang, Jawa Tengah, resmi dinyatakan pailit oleh PN Semarang pada Maret 2024, sehigga sekitar 650 karyawannya di-PHK aibat utang Rp233 juta pada PT Dunia Transportasi Logistik.
- PT Tokai Kagu PT Tokai Kagu Indonesia, produsen alat musik khususnya piano, akan menutup pabriknya di Kab.Bekasi pada Maret 2025 yang berdampak PHK terhadap 195 karyawan akibat menurunnya daya saing.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan bangkrut, seperti beban utang terlalu besar, manajemen yang buruk atau tidak kompeten, penjualan menurun akibat persaingan, perubahan lingkungan dan kurang promosi.
Selain masalah internal, ketidakstabilan ekonomi global juga dapat menyebabkan perusahaan bangkrut, seperti pandemi Covid-19 atau Perang Rusia vs Ukraina, selain lemahnya kepemimpinan di perusahaan, biaya operasional tinggi, persaingan bisnis dan perubahan kebijakan pemerintah .
Kenaikan pajak, tarif atau pembatasan ekspor-impor untuk produk tertentu, sebaliknya relaksasi pajak atau berbagai insentif juga bisa bedampak posistif atau negatif bagi kegiatan usaha.
Tidak gampang memang, selain masalah global, program promosi produk, perubahan teknologi dan juga daya beli serta biaya tinggi bisa memicu kebangkrutan.