
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mewacanakan akan menggelar pertemuan tripartit dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin, segera setelah ia bertemu Putin di Alaska, Jumat (15/8).
Pertemuan itu, seperti dilaporkan AFP (14/8) sebagai upaya untuk mengakhiri perang Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun sejak invasi Rusia ke negara tetangganya itu pada 24 Feb. ‘22.
Trump mengungkapkan rencana tersebut setelah melakukan panggilan telepon yang ia sebut “sangat baik” dengan para pemimpin Eropa, termasuk Zelensky.
“Jika pertemuan pertama berjalan baik, kita akan langsung mengadakan yang kedua,” kata Trump kepada wartawan akan , merujuk pada pertemuan awalnya dengan Putin di Anchorage, Alaska.
“Saya ingin melakukannya hampir segera, dan kita akan mengadakan pertemuan cepat antara Presiden Putin, Presiden Zelensky, dan saya, jika mereka menginginkan saya hadir,” imbuhnya.
Sebaliknya, Trump tidak akan menggelar pertemuan kedua jika ia menilai Putin bertindak tidak tulus.
“Bisa jadi tidak ada pertemuan kedua karena jika saya merasa tidak pantas untuk mengadakannya, atau jika tidak mendapatkan jawaban yang diperlukan, maka saya a tidak akan menyelenggarakannya,” ujarnya.
Kekhawatiran Eropa dan Ukraina terkait rencana KTT ini muncul ketika Trump menghadapi tekanan untuk mewujudkan gencatan senjata.
Zelensky bersama para pemimpin Eropa mendesaknya untuk menekan Rusia agar menghentikan serangan.
Namun, absennya undangan untuk Zelensky di Alaska memicu kekhawatiran bahwa Trump dan Putin bisa mencapai kesepakatan yang merugikan Ukraina.
Diketahui, sebelumnya Trump berjanji untuk mengakhiri perang pada hari pertamanya menjabat selama kampanye pilpres 2024.
Namun, hingga kini kemajuan menuju kesepakatan damai masih minim. Ancaman sanksi sekunder terhadap mitra dagang Rusia juga belum terealisasi meski batas waktunya telah lewat pekan lalu.
Trump sebelumnya mengultimatum Rusia, selain akan mengenakan tarif tinggi terhadap produk impor dari negara itu, juga mengenakan sanksi sekunder yakni tarif impor tinggi bai negara yang membeli minyak dari Rusia seperti China dan India.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sendiri meragukan niat Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencapai perdamaian.
Di Kramatorsk, sekitar 20 kilometer dari garis depan, tentara Ukraina menyambut rencana pertemuan tersebut dengan pesimisme. Artem, seorang prajurit berusia 30 tahun, menilai perang masih akan berlangsung lama.
“Putin sedang mengumpulkan pasukan, memperkuat tentaranya dan menimbun senjata. Dia sedang membutakan kita semua,” katanya.
Zelensky ragu
Sementara itu, Presiden Zelensky tampaknya meragukan niat Rusia untuk mewujudkan perdamaian.
“Saya sudah mengatakan kepada rekan-rekan saya — Presiden AS dan sahabat-sahabat di Eropa — bahwa Putin jelas tidak menginginkan perdamaian,” tegasnya.
Sementara itu, Kemenlu Rusia menyebut kampanye diplomasi Zelensky “tidak signifikan secara politik maupun praktis” dan menuduhnya sebagai upaya “menggagalkan” proses perdamaian AS-Rusia.
Trump sendiri merendahkan ekspektasi publik atas pertemuan Alaska, dengan menyebutnya sebagai “pertemuan penjajakan”. Namun, ia menambahkan,
“Pada akhirnya akan ada pertukaran, dan perubahan wilayah,.” Tutur Trump.
Yang ia maksudkan ialah agar Ukraina merelakan wilayahnya yang dianeksasi Rusia yakni Krimea pada 2014 dan empat lainnya pada September 2022 yakni Luhanks, Donetsk, Zaporiszia dan Kherson, dengan imbalan, Rusia menghentikan serangan terhadap Ukraina.
Jika itu posisi tawar-menawar itu yang disampaikan oleh Trump, agaknya Ukraina pasti tidak bisa menerimanya.
Walau ada secercah angin segar dengan digelarnya KTT Alaska antara Trump dan Putin, terwujudnya perdamaian di Ukraina agaknya masih “jauh panggang dari api” (AFP/ns)




