Berlomba ciptakan pesawat tempur generasi ke-6

China kembangkan pesawat siluman generasi ke-6 yang lebih siluman dari jenis terdahulu misalnya F-35 dan F-22 buatan AS dari generasi ke-5 (ilustrasi: Defence 360)

MENGACU pada adagium “si vis pacem para bellum” (siapa yang ingin damai harus siap berperang), perlombaan senjata di level global yang menguras anggaran terus berlangsung.

Perlombaan senjata tercermin dari anggaran militer global 2025 yang menurut SIPRI mencapai 2,7 triliun dollar(Rp44.000 triliun ), atau naik 9,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya di mana Amerika Serikat tertinggi (962 miliar dollar AS), disusul Tiongkok (246 miliar dollar AS) dan Rusia (150 miliar dollar AS).

Di bidang matra udara misalnya, sjumlah produsen terkemuka sedang berlomba-lomba menciptakan pesawat  generasi ke-6 berkategori “lebih siluman” dari jenis siluman yang ada saat ini yakni pesawat generasi ke-5 seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning buiata AS.

Dilansir dari Simple Flying, jet tempur generasi ke-6 dirancang untuk menjadi “sistem dari sistem” dan menjadi semacam pusat komando terbang.

Secara sederhana, pesawat generasi ke-6 dilengkapi Artificial Inteligence (AI), mampu mengendalikan drone, data mengintegrasikan data di berbagai domain udara, elektromagnetik dan luar angkasa.

Karakteristik utama pesawat generasi ke-6 a.l. dilengkapi AI sehingga mampu memroses data dan membuat pilot mampu mengambil keputusan secara real time, sensor terintegrasi, berperan sebagai pusat komando terhadap wahana lain seperi drone, dirancang beroperasi di ranah elektromgneik dan luar angkasa.

“Sistem dari Sistem”

Pesawat tempur generasi ke-6 dijuluki “sistem dari sistem” , berkualifikasi “lebih siluman” dari “siluman F-35 atau F-22 dari generasi ke-5, memiliki sensor dan jangkauan lebih superior.

Kecanggihan yang diusung dalam jet tempur generasi ke-6  mencakup AI, sistem sensor canggih, hingga kemampuan bekerja sama dengan drone tempur.

Dengan konsep tersebut, jet tempur generasi keenam mampu mengendalikan drone dan memiliki kesadaran situasional yang sangat tinggi.

Dilansir dari Interesting Engineering, berikut tiga proyek jet tempur generasi keenam yang tengah dikembangkan di dunia.

AS saat ini sedang mengembangkan proyek jet tempur generasi keenam F-47 yang disiapkan dalam program Next Generation Air Dominance (NGAD).

Jet ini disebut sebagai siluman plus plus yang melampaui kemampuan siluman generasi sebelumnya. Jet tempur ini berkecepatan terbang di atas Mach 2, radius tempur 1.850 kilometer  atau 50 persen lebih jauh dari F-35 dan 70 persen lebih jauh dari F-22.

F-47 dirancang untuk bekerja berdampingan dengan drone dalam konsep manned-unmanned teaming (MUM-T).

Jet ini membawa sensor, sistem peperangan elektronik, serta senjata udara-ke-udara dan udara-ke-darat.

J-36 China

Sementara China tak mau kalah, memperkenalkan J-36, pesawat tempur generasi ke-6 dengan bobot lebih dari 44 ton yang dikembangkan oleh Chengdu Aircrat Industry (CAC).

Jet ini diyakini menggunakan tiga mesin demi jangkauan tempur hingga 2.700 km, sementara sejumlah laporan militer menyebut, J-36 dirancang untuk menahan kehadiran pesawat tempur dan pengebom AS di Pasifik.

J-36 juga diprediksi mampu membawa lebih dari 4,5 ton senjata, termasuk rudal jarak jauh dan sistem serangan elektronik.

Kokpit ganda berdampingan memungkinkan pengendalian drone secara real time. China diperkirakan dapat mengoperasikan jet ini sebelum 2030.

Sementara itu, Inggris, Italia, dan Jepang berkolaborasi dalam proyek jet tempur generasi ke-6 Global Combat Air Programme (GCAP) Tempest.

Jet ini ditargetkan menggantikan Eurofighter Typhoon mulai 2035. Tempest disebut memiliki jangkauan melintasi Atlantik tanpa pengisian bahan bakar ulang, serta mampu membawa senjata internal dua kali lipat F-35A.

Tempest juga dirancang untuk menggunakan AI dalam pengambilan keputusan tempur, berbagi data langsung dengan satelit, drone, dan pasukan darat.

Mengingat sarat dengan teknologi canggih, harga sebuah pesawat tempur juga ckup fantastis. Sebuah F-22 misalnya dibandrol dengan harga sekitar 150 juta dollar AS per unit (Rp2,3 triliun), sedangkan F-35 antara 110 – 135 juta dollar AS (antara Rp1,7 – Rp2,2 triliun).

Bandingkan! Dengan uang sebesar itu, bisa dibangun ratusan sekolah atau rumah sakit.

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here