YOGYAKARTA – Meski jumlah lembaga zakat dan wakaf terus bertambah, partisipasi masyarakat masih rendah, dengan hanya 14% Muslim yang berzakat dan 9% yang berwakaf. Oleh karena itu, generasi milenial dan Gen Z didorong untuk menjadi penggerak dalam kampanye zakat dan wakaf, serta menjaga transparansi dan akuntabilitas.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama, Waryono Abdul Ghafur, menyoroti pentingnya penyampaian pesan yang sesuai dengan gaya, bahasa, serta tren media sosial dan digital saat ini.
“Generasi muda harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, terutama dalam hal sosialisasi zakat dan wakaf. Mereka perlu menggunakan media sosial dengan strategi yang relevan agar pesan dapat diterima oleh kalangan yang lebih luas,” ujarnya pada Expo Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) di Mall Pakuwon, Yogyakarta, belum lama ini.
Waryono juga menekankan perlunya generasi muda menggunakan media sosial dan digital untuk menyebarkan informasi tentang zakat dan wakaf secara lebih luas dan relevan.
Dengan 27% populasi Indonesia adalah Gen Z dan 25% milenial, potensi pemberdayaan ZISWAF melalui pendekatan digital sangat besar.
Waryono menjelaskan tiga peran kunci generasi muda dalam bidang zakat dan wakaf, yaitu sebagai akselerator, influencer, dan inisiator.
Sebagai akselerator, generasi muda didorong untuk mempromosikan gerakan wakaf uang. ‘Gerakan Wakaf Uang dari Generasi Muda’ diusulkan sebagai langkah konkret untuk mendorong partisipasi anak muda dalam pengumpulan dana wakaf yang dikelola secara produktif oleh nazir.
“Mereka juga diharapkan dapat memanfaatkan teknologi digital, seperti platform fintech, e-money, dan crowdfunding, guna mempercepat proses pengumpulan dana wakaf,” tuturnya.
Generasi muda, lanjut Waryono, juga memiliki potensi besar sebagai influencer dalam meningkatkan literasi masyarakat terkait zakat dan wakaf.
Dengan memanfaatkan platform media sosial, antara lain: Instagram, YouTube, dan TikTok, mereka dapat menyampaikan informasi penting seputar wakaf uang dan wakaf produktif.
“Konten-konten yang menarik dan relevan mampu menjangkau audiens yang lebih luas, khususnya remaja dan dewasa muda yang seringkali kurang memahami pentingnya wakaf dalam pembangunan sosial dan ekonomi,” ujarnya.
Selain peran sebagai influencer, Waryono juga mendorong generasi muda untuk terlibat dalam kampanye sosial yang terorganisir, bekerja sama dengan lembaga zakat dan wakaf serta komunitas masyarakat.
Hal ini, kata di, penting untuk membangun kesadaran kolektif akan dampak positif dari zakat dan wakaf.
“Generasi muda tidak hanya sebagai penggerak, tetapi juga sebagai jembatan antar generasi dalam mewujudkan tata kelola zakat dan wakaf yang lebih baik,” jelasnya.
Kolaborasi lintas generasi juga penting, di mana generasi tua membawa pengalaman dan generasi muda membawa inovasi dN dinamika baru.
“Generasi tua harus memberikan kesempatan berkarya, sedangkan generasi muda dengan segala potensi yang ada harus mampu mengomunikasikan ide dan konsep dengan cara yang baik, sopan, dan efektif,” katanya.
Waryono menekankan bahwa generasi muda tidak boleh ragu untuk mengambil peran sebagai pemimpin. Dengan jumlah dan potensi yang signifikan, anak muda memiliki tanggung jawab besar dalam membangun masa depan zakat dan wakaf di Indonesia.
Dalam sesi diskusi perwakilan peserta menyampaikan ide inovatif yang diusulkan adalah potensi wakaf saham.
Menurut Waryono maraknya tren investasi saham di kalangan milenial dapat diterapkan dalam bentuk wakaf saham, di mana hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sosial dan keagamaan serta jika sudah nisab dan haul menjadi obyek zakat saham.