Ahli: Fenomena Panas akibat Minimnya Pertumbuhan Awan

0
219
Ilustrasi/Ist

JAKARTA – Fenomena panas yang terjadi di wilayah Indonesia akhir-akhir ini disebut sebagai akibat minimnya pertumbuhan awan.

“Pertumbuhan awan akhir-akhir ini sangat sedikit, sehingga sinar matahari langsung mengenai permukaan kulit tanpa ada halangan apapun. Fenomena ini cukup lama, diperkirakan berlangsung hingga Oktober mendatang,” kata Guru Besar Geofisika Universitas Brawijaya (UB), Prof Adi Susilo, dikutip Antara, Senin.

Namun dia menambahkan, bukan berarti musim panas ini, anomali iklim El Nino ini tidak ada hujan, tetap ada potensi terjadi hujan. Namun, bukan hujan yang bisa menyebabkan banjir dan sebagainya.

Prof Adi mengatakan dampak panas yang terjadi di Indonesia dari segi pandang kehidupan praktis adalah panasnya yang sangat menyengat, sehingga tidak sehat untuk kesehatan ataupun untuk beraktivitas di luar.

Oleh karena itu, jika ingin keluar usahakan menggunakan baju berlengan, namun hindari baju-baju berwarna gelap atau hitam, karena baju warna tersebut bisa menyerap panas yang mengakibatkan panas terperangkap di dalam dan membuat keringat keluar lebih mudah dan mengakibatkan dehidrasi.

Selain itu, siapkan payung dan topi untuk menghindari paparan langsung sinar matahari.

Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia, kata Prof Adi, merupakan fenomena akibat adanya gerak semu matahari, merupakan siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Gelombang panas akhir-akhir ini, katanya, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena gerakan semu matahari akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara, bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan.

Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan kondisi yang panas. Selanjutnya, adalah anomali iklim El Nino 2022/2024, analisis data historis menunjukkan saat terjadi El Nino, dan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal.

“Faktor lainnya adalah pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun,” kata Prof Adi.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here