JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan hingga September 2015 mencapai 28,51 juta atau 11,13% dari total penduduk Indonesia. Namun, jika dibanding periode September 2014 angka terus meningkat.
Kepala BPS Suryamin menyebutkan, di Gedung BPS, Jakarta, Senin (4/1/2015), pada periode September 2014 jumlah penduduk miskin masih sekitar 27,73 juta jiwa atau 10,96% dari penduduk Indonesia. Dibanding September 2015, jumlah penduduk miskin meningkat sekitar 780 ribu jiwa.
Kenapa, sepertinya kemiskinan enggan pergi dari negeri ‘tongkat kayu jadi tanaman’ seperti lagu Koes Plus Bersaudara ini? Berikut wawancara KBK dengan Presiden Dompet Dhuafa Filantropi, Ahmad Juwaini yang juga Sekretaris Forum Zakat Dunia (World Zakat Forum), di kantornya, Gedung Philantropy, Jalan Raya Buncit Ujung No.18, Jakarta, Rabu (6/1/2016).
Angka kemiskinan bertambah, menurut Anda apa peran masyarakat sipil dalam mengentaskan kemiskinan?
Masyarakat sipil mempunyai kewajiban yang sama dalam mengentaskan kemiskinan, sama dengan pemerintah. Cuma, masyarakat sipil juga harus melihat apa yang sudah dilakukan pemerintah juga.
Untuk itu yang perlu dilakukan masyarakat sipil adalah; Pertama, mengembangkan kegiatan kreatif untuk mengatasi kemiskinan yang belum dilakukan pemerintah.
Kedua, melakukan advokasi membantu memberi tahu kekurangan-kekurangan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan.
Ketiga, konsentrasi mengurus orang-orang yang belum terurus secara sempurna oleh pemerintah karena aturan pemerintah sendiri.
Contoh, orang di perbatasan yang jauh, orang-orang di kota yang tidak punya kartu pengenal jadi mereka tidak mendapat akses untuk menerima bantuan pemerintah karena tidak terdaftar sebagai warga. Nah, ini domain masyarakat sipil untuk saling membantu.
Saat ini sudah banyak lembaga zakat dan organisasi masyarakat sipil, apakah ada kelemahannya sehingga menyebabkan angka kemiskinan terus bertambah?
Problema kemiskinan sendiri sangat besar, pekerjaan Organisasi Masyarakat Sipil tidak lebih besar dari apa yang dikerjakan pemerintah dalam menyelesaikan kemiskinan. Ibaratkan kemiskinan itu sebuah kue yang harus habis dimakan. Porsi masyarakat sipil ini sangat kecil untuk dapat memakan kue tersebut.
Seandainya semua lembaga zakat membuat program yang sangat efektif luar biasa seperti sumbangan untuk mengatasi kemiskinan, masih jauh lebih kecil dibandingkan problema kemiskinan itu sendiri. Ditambah lagi masih banyak lembaga zakat yang masih menjalankan program pendayagunaan zakatnya yang bersifat charitas atau konsumtif. Sehingga tidak efektif dalam mengatasi kemiskinan.
Ketika 3 lembaga zakat disurvey, efektifitasnya dalam melakukan pengentasan kemiskinan hanya sekitar 19 persen s.d 21 persen, ketika digabungkan studinya untuk 11 lembaga zakat turun efektifitasnya menjadi 8 persen. Artinya, masih banyak program lembaga zakat yang tidak efektif dalam mengentaskan kemiskinan.
Jika pemerintah belum berhasil mengatasi kemiskinan dan organisasi masyarakat sipil juga belum efektif membantu, sebenarnya masalanya di mana?
Salah satu faktor penting kenapa angka kemiskinan ini tidak turun-turun adalah karena pertumbuhan penduduk jauh lebih besar dari kemampuan memberantas kemiskinan. Pertumbuhan penduduk dalam 5 tahun ini meningkat 1,3 persen sementara kemampuan dalam memberantas kemiskinan hanya 1 persen. Lahirnya orang miskin lebih banyak ketimbang kemampuan mengatasi kemiskinan itu. Akhirnya kita devisit kemiskinan. Sehingga dalam 5 tahun terakhir jika diamati angka kemiskinan tidak berkurang.
Ada peluang melibatkan private sector dalam mengatasi kemiskinan dengan melakukan aksi bisnis yang bertanggungjawab atau menggunakan dana CSR untuk memberantas kemiskinan, menurut Anda?
Kalau kita lihat dari sumber dana, karena CSR itu sumber dana. Kembali kita lihat seberapa efektif yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, jika hanya kemampuan efektif pemerintah hanya 1 persen dalam mengentaskan kemiskinan, dan dana CSR disalurkan kepada pemerintah untuk ini hasilnya akan sama tidak efektifnya.
Kecuali, penggunaan dana CSR ini dibuat dalam bentuk lain seperti pihak private sector ini membuat program-program yang mampu memperbaiki kemiskinan ini, tentu ini dapat menjadi tambahan efektifitas dalam mengentaskan kemiskinan.
Bisa dikerjasamakan dengan pemerintah, tapi harus dipastikan terlaksananya program yang tepat sasaran lebih efektif dari apa yang sudah dilakukan pemerintah sebelumnya. Nah, jika pihak private sector tersebut tidak yakin efektif dalam kerjasama ini dengan pemerintah, lebih baik pihak private sector mencari kerjasama lain dengan lembaga non pemerintah untuk menjalankan program-program yang efektif dalam mengentaskan kemiskinan tersebut.
Sebagai Sekretaris di Forum Zakat Dunia, apa peran WZF dalam mengatasi kemiskinan secara global?
Forum Zakat Dunia mengisi kekosongan-kekosongan, sekaligus menambah upaya masyarakat dunia dalam mengatasi kemiskinan dan membantu mengefektifkan penyaluran dana dari negara yang sejahtera untuk membantu negara-negara miskin.
Jadi kita mendorong negara yang tanpa zakat pun mereka sudah mampu mengatasi kemiskinan di negaranya, untuk membantu masyarakat negara lain yang masih kekurangan. Termasuk dalam aksi kemanusiaan, seperti mendorong mereka untuk aksi bersama membantu pengungsi Suriah, Rohingya dan Palestina.