spot_img

Arteria Dahlan Kesandung

JALAN arteri sebagai jalan perkotaan kapasitas tinggi, mesti mulus! Tapi Arteria Dahlan anggota DPR (PDIP) justru kesandung 5 mobilnya yang mulus-mulus, karena diparkir serentak di Senayan (Gedung DPR). Dari Senayan pula dia kena dua masalah sekaligus. Pertama, dia mempermasalahkan Bahasa Sunda dipakai dalam Raker di DPR. Kedua, 5 mobilnya yang diparkir berjajar itu semua menggunakan Nopol khusus dinas Polri dengan nomer sama. Sebagai putra Minang kelahiran Jakarta, Arteria Dahlan pun paniang (pusing) dibuatnya.

Jika ada anggota DPR sering jadi sorotan karena soal remeh temeh bukan kinerjanya di Senayan, salah satunya adalah Arteria Dahlan, dari Fraksi PDIP. Dalam dialog interaktif di TV dia pernah nunjuk-nunjuk mantan Menteri KLH Emil Salim yang sudah sepuh.  Kementerian Agama disebutnya bangsat, dan dia pernah protes karena komisioner KPK di DPR tak menyebut “anggota dewan yang terhormat”. Dan dia pun pernah ribut dengan wanita ngaku anak jendral di pesawat.

Tapi semuanya bisa diselesaikan dengan baik, karena kultur bangsa Indonesia sangat pemaaf. Tetapi dua masalah yang diciptakan Arteri Dahlan belakangan dalam waktu hampir bersamaan di Senayan, sepertinya sangat serius. Sebab ada pihak-pihak yang berusaha mengompori, ditarik ke SARA dan kriminal, yang bila pinjam taglin Partai Demokrat saat berkuasa: lanjutkan!

Masalahnya, meskipun Arteria Dahlan sudah minta maaf lewat konprensi pers, api kemarahan urang Sunda belum juga padam. Di Karawang dan Subang terjadi demo. “Jaminan” Gubernur Ridwan Kamil asal Arteria Dahlan minta maaf akan selesai, ternyata tidak. Mereka tetap minta anggota DPR dari Komisi III itu dipecat dan diadili. Apakah dia mau “di-Ahokkan” dalam versi lain?

Masalahnya bermula ketika Arteria usul kepada Jaksa Agung  ST Burhanudin, agar seorang Kajati yang dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III banyak menggunakan Bahasa Sunda, ditindak. “Ganti itu Pak,”  seru Arteria Dahlan. Ih, sadis amat, hanya ngomong nyelip Bahasa Sunda saja dimasalahkan sampai harus copot pejabat. Presiden Soeharto dan Jokowi dalam sidang PBB pakai bahasa Indonesia, tak ada yang protes supaya mereka dicopot.

Yang kedua soal Arteria Dahlan punya mobil 5 buah, semua diparkir berjajar di lantai bawah gedung DPR. Yang menarik, ke-5 mobil tersebut pakai nomer dinas Polri yakni: 4196-07 lengkap dengan logo Polri-nya. Sudah punya nomer khusus anggota DPR, kenapa masih pakai nomor khusus dinas kepolisian? Memangnya jika pakai nomer semacam itu lewat tol atau parkir bisa gratis? Atau sekedar buat gagah-gagahan?

Kedua masalah tersebut bikin putra Minang itu mendadak paniang dia punya kepala. Sebab soal bahasa Sunda ada yang  menyeretnya ke dalam isyu SARA. Arteria Dahlan dinilai telah meremehkan Bahasa Sunda. Dia yang tadinya minta Kajati dicopot, gantian urang Sunda minta Arteria Dahlan dicopot dari DPR dan diadili. Soal plat mobilnya demikian juga, dipastikan yang asli hanya satu dan 4 lainnya palsu.  Dan karena pemalsuan tersebut Arteria Dahlan harus dipidanakan.

Awalnya Arteria tak mau minta  maaf meski sudah diimbau oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Tapi karena masyarakat Sunda “bergolak” bahkan bisa mengancam elektabilitas PDIP di Jabar, dia mengalah minta maaf bahwa tak ada niatan menghina orang Sunda. Begitu pula soal plat mobilnya, yang asli memang satu dan 4 lainnya hanya tatakan (plat dasar) belaka. “Saya parkir di sini karena rumah saya sedang direnovasi,” katanya.

Arteria Dahlan berjanji bahwa ini semua menjadi pembelajaran baginya. Yang menarik dari permintaan maaf itu, dia juga berjanji sebagai anggota Komisi III akan terus berjuang untuk penegakan hukum. Semoga saja demikian. Sebab faktanya dari mayoritas anggota DPR, yang utama adalah penegakan kendil (baca: memperbaiki ekonomi) dulu. Mereka masuk Senayan bukan karena kapasitasnya, tapi kebanyakan karena ingin memperbaiki nasib.

Dan Arteria Dahlan telah berhasil memperbaiki nasibnya. Dari sekedar menegakkan kendil, kini punya 5 mobil, sementara asetnya sesuai LHKPN selama jadi anggota DPR telah mencapai Rp 20 miliar. Ironisnya, dengan harta melimpah begitu parkir mobil saja cari yang gratisan. DPR katanya rumah rakyat, tapi faktanya  malah direken rumah sendiri, sehingga 5 mobilnya ditumpuk di sini.

Sudahlah, dulu kasus Rijiek Shihab yang memplesetkan sampurasun jadi campur racun, masyarakat Sunda bisa memaafkan. Apa lagi ini Arteria Dahlan sebenarnya sama sekali tak ada maksud untuk melecehkan Bahasa Sunda. Cuma ke depan gaya bahasanya yang nampak songong itu bisa diperbaiki, sehingga publik tak lagi mencap Arteria Dahlan sebagai politisi temparemental. (Cantrik Metaram)

 

 

 

 

 

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles