spot_img

Saling Gertak di Timur Tengah

WALAU tidak berbentuk aliansi permanen, Iran agaknya berupaya menggandeng  China dan Rusia dalam satu kubu, berhadapan dengan Israel yang didukung oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.

Hal itu tercermin dari latihan gabungan yang digelar matra laut ketiga negara tersebut dengan sandi “Sabuk Keamanan Laut 2022” di Samudera Hindia, Jumat (21/1) melibatkan sejumlah kapal perang.

AL Iran, seperti dilaporkan AP dan Reuters, mengikursertakan 11 kapal perang, Rusia tiga dan China dua.

Jubir latgab Laksamana Muda Mostafa Tajoddini dari AL Iran mengemukakan, Selat Bab el Mandeb dan Selat Hormuz di kawasan utara Samudera Hindia merupakan jalur penting perdagangan dan pelayaran ketiga negara.

Latihan mencakup penyelamatan kapal hanyut terbawa arus, pembebasan kapal dari pembajakan dan menembak sasaran tertentu termasuk target di udara pada malam hari.

Mostafa meminta agar pihak lain tidak berprasangka negatif merespons latgab karena merupakan agenda rutin yang sudah digelar sejak 2019 dalam upaya menciptakan perdamaian, keamanan maritim dalam kerangka kerjasama multilateral.

Latgab juga berlangsung bersamaan dengan akhir lawatan Presiden Ibrahim Raisi ke Rusia. Raisi cenderung mengarahkan hubungannya ke timur (Rusia dan China) dan bergabung dengan Organisasi Keamanan  Asia Tengah dimana China dan Rusia menjadi anggotanya.

Iran dalam beberapa bulan terakhir ini gencar melakukan latihan militer terutama untuk menghadapi kemungkinan serangan udara terhadap fasilitas nuklirnya oleh pihak Israel.

Di pihak lain, Israel juga sudah sesumbar akan menghancurkan fasilitas nuklir Iran seperti yang dilakukannya terhadap instalasi nuklir Irak di Osirak pada 1980.

Mengingat jarak Israel – Iran lebih jauh dari Israel – Irak, negara Yahudi itu sudah menyiapkan sistem pengisian bahan bakar di udara bagi pesawat-pesawat tempur F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon dan pesawat siluman generasi 5.0  F-35 Super Lightning II yang baru diterimanya dari AS.

Petinggi negara Yahudi itu terang-terangan memilih opsi menyerang fasilitas nuklir Iran jika perundingan nuklir Iran di Wina, Austria yang sudah memasuki putaran ke-8 berujung kegagalan.

Iran yang anggaran militer 2021 sebesar 14,1 milyar dollar AS (sekitar Rp201 triliun) berada di ranking ke-14, China dengan anggaran 178,2 milyar dollar (sekitar Rp2.539 triliun) berada di ranking ke-2 di bawah AS (740,5 milyar dollar atau Rp11.000 triliun) atau ranking ke-1, sedangkan Rusia an 42 milyar dollar (sekitar Rp600 triliun) atau ranking ke-7.

Di kawasan potensi konflik Timur Tengah yang rawan konflik, semua pihak harus terus selalu “mengasah” pedangnya.

“Siapa yang lebih siap, bakal keluar jadi pemenangnya” (AP/Reuters)

 

 

 

 

 

 

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles