Bahaya Meningitis pada Anak: Sulit Didiagnosis, Bisa Sebabkan Kematian

0
190
Ilustrasi/ Shutterstock

JAKARTA – Meningitis adalah penyakit yang terjadi ketika lapisan pelindung otak dan saraf tulang belakang, yang disebut meningen, mengalami peradangan atau infeksi. Secara umum, meningitis disebabkan oleh virus, jamur, atau bakteri.

Dalam beberapa kasus, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh reaksi imunologi, penyakit sistemik, atau lupus. Kondisi lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuh juga dapat menyebabkan meningitis.

Dokter ahli neurologi anak dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, mengungkapkan bahwa diagnosa meningitis pada anak akibat infeksi meningokokus seringkali sulit didiagnosis dan bisa berkembang cepat.

“Penyakit ini sering sulit didiagnosis dan bisa berkembang sangat pesat. Kalau anak-anak tidak tertolong dalam waktu 24 jam bisa meninggal,” kata Dr. dr. R.A. Setyo Handryastuti, Sp.A(K). di Jakarta, Rabu (8/5/2024).

“Masa inkubasinya sendiri butuh empat hari, kisarannya dua sampai 10 hari. Gejala awalnya sangat tidak spesifik,” lanjutnya.

Handry mengungkapkan bahwa anak yang terkena meningitis biasanya mengalami rasa sakit pada kaki, sensasi dingin di tangan dan kaki, serta perubahan warna kulit yang abnormal seperti pucat atau bintik-bintik.

Namun, ia menjelaskan bahwa gejala meningokokus invasif yang berkembang cepat biasanya tidak spesifik namun dapat menyebabkan konsekuensi serius dan mengancam jiwa dalam waktu 15 hingga 24 jam.

Menurutnya, gejala nonspesifik yang mungkin terjadi dalam empat hingga 12 jam setelah serangan penyakit meliputi demam, kegelisahan, gangguan gastrointestinal, dan sakit tenggorokan.

Ia melanjutkan, dalam waktu 12 hingga 15 jam, ruam hemoragik, nyeri leher, meningismus, dan fotofobia bisa terjadi, sementara dalam 15 hingga 24 jam pasien bisa mengalami kebingungan atau delirium, kejang, dan kehilangan kesadaran.

“Begitu masuk kumannya ke tubuh, itu timbul gejala pertama. Enggak sampai 24 jam kuman masuk melalui saluran napas atas, kemudian dia melakukan koloni. Ini ada yang patogen atau seluler yang sangat berbahaya, jadi kalau masuk ke darah dia bisa beredar ke otak jadi meningitis, kalau ke paru jadi pneumonia,” jelas Handry..

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here