JAKARTA – Dosen dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI), Suyud Warno Utomo, mengingatkan bahwa kontaminasi mikroplastik sangat berbahaya bagi lingkungan dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia.
“(Pembahasan tentang) bagaimana mikroplastik itu bisa masuk ke dalam badan manusia ini sumbernya banyak. Bisa masuk ke paru-paru dan sebagainya. Jadi bahaya bagi kesehatan,” kata Suyud dalam webinar “Pengelolaan Sampah Plastik dalam Upaya Pengendalian Perubahan Iklim”, Selasa (1/11/2022)
Sebagai informasi, mikroplastik adalah partikel plastik yang memiliki ukuran mikroskopis atau sangat kecil yang berasal dari sampah plastik yang mengalami dekomposisi.
Suyud menjelaskan bahwa mikroplastik yang terjebak dalam tubuh manusia berpotensi menjadi agregasi parasit dan menyebarkan polutan organik secara terus-menerus.
Lebih lanjut, mikroplastik juga berpotensi menjadi racun bagi sistem imun, sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem reproduksi, serta memicu pertumbuhan sel kanker, reaksi alergi, kerusakan sel, gangguan metabolisme, dan gangguan hormon.
Sementara pada lingkungan, Suyud mengatakan mikroplastik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kerusakan habitat, bahkan tertelan oleh hewan dan menyebabkan hewan tersebut menjadi menderita karena sulit makan atau bergerak.
“Jadi, kalau kita lihat bagaimana distribusi penyebaran plastik di seluruh dunia, banyak yang di laut, di darat, di tanah juga banyak. Tentu ini berpotensi terhadap kesehatan lingkungan,” ujar Suyud.
Oleh karena itu, ia menyarankan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari masalah lingkungan dan kesehatan akibat paparan mikroplastik.
Langkah-langkah tersebut, kata dia, adalah dengan tidak menggunakan plastik sekali pakai, tidak memanaskan makanan yang dibungkus dengan kemasan plastik, kurangi alat makan berbahan plastik apalagi yang sekali pakai, menggunakan produk bebas microbeads, dan mendaur ulang produk plastik.
“Ini hanya sebagian cara. Tapi, yang jauh lebih penting adalah bagaimana masyarakat sadar untuk mengurangi timbulan sampah, berbelanja dengan membawa kantong sendiri, dan bertanggung jawab terhadap apa yang dia hasilkan sehingga tidak membuang sampah sembarangan,” tuturnya.
Sumber: Antara