Bahaya Tersembunyi di Layar: Memahami Dampak Gadget pada Anak

Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Ksehatan RI, dr. Imran Pambudi

Di era digital ini, kecanduan gadget pada anak menjadi salah satu tantangan terbesar bagi orang tua dan masyarakat. Gadget, yang awalnya dirancang untuk mempermudah kehidupan, kini menjadi sumber masalah serius jika penggunaannya tidak terkendali.

Di Jawa Barat, dikabarkan belasan anak menjalani rawat jalan akibat kecanduan gadget.

Salah satu kasus yang mencuat adalah seorang siswa SMP yang meninggal dunia karena gangguan saraf yang diduga terkait dengan penggunaan gadget berlebihan. Fenomena ini diperparah oleh pandemi COVID-19, di mana anak-anak lebih sering menggunakan gadget untuk belajar daring.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 39,71% anak usia dini telah menggunakan telepon seluler, dan 35,57% sudah mengakses internet.

Bahkan, 5,88% anak di bawah usia 1 tahun sudah menggunakan gadget. Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga menunjukkan bahwa lebih dari 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget dan 95% anak online setidaknya sekali sehari dengan rata-rata penggunaan internet antara 1-5 jam sehari dan semua menyatakan pernah mengakses internet via telefon genggam.

Dalam paparan dari Kemenko PMK, disampaikan bahwa tren persentase anak umur 7-17 tahun yang pernah mengakses internet meningkat terus dari 55% pada tahun 2020 menjadi 74,85% pada tahun 2023. Saat ini 3 besar media sosial yang paling banyak diakses oleh Gen Z di Indonesia adalah Facebook, Instagram dan Tiktok.

Dalam studi yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) menemukan anak yang menggunakan gadget secara berlebihan akan mengakibatkan gangguan tidur dan kualitas tidur  khususnya menjelang waktu tidur, cenderung mengalami insomnia, gangguan ritme sirkadian, dan penurunan kualitas tidur secara keseluruhan.

Selain itu juga terjadi gangguan perkembangan perilaku dan kognitif, ada korelasi dengan penurunan kemampuan perhatian, peningkatan gejala hiperaktif, serta kecenderungan terhadap gangguan mood seperti kecemasan dan depresi.

Sebuah tinjauan sistematis yang diterbitkan dalam JAMA Pediatrics mengumpulkan data dari berbagai studi cross-sectional dan kohort di Amerika dan Eropa, temuannya adalah : anak-anak yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam sehari di depan gadget menunjukkan peningkatan risiko gangguan depresi, kecemasan, dan isolasi sosial.

Selain itu, paparan layar yang berlebihan berdampak pada kemampuan anak dalam pengendalian impuls, pemecahan masalah, dan kemampuan memusatkan perhatian. Akibat Interaksi digital yang dominan ini mengakibatkan tergantinya waktu yang seharusnya digunakan untuk interaksi sosial langsung yang penting untuk perkembangan empati dan keterampilan sosial.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam European Journal of Public Health mengevaluasi hubungan antara paparan gadget dan kesehatan fisik anak di beberapa negara Eropa menemukan bahwa anak-anak dengan paparan digital yang tinggi cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah, yang berkontribusi pada peningkatan risiko obesitas, gangguan postur dan penglihatan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan karena  kurangnya aktivitas fisik akan mengganggu perkembangan motorik serta kesehatan tulang dan otot.

Sebuah review sistematis di jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking meninjau dampak penggunaan digital media pada perkembangan kognitif dan sosial anak di berbagai negara membuktikan bahwa meskipun penggunaan gadget dapat menyajikan konten edukatif, namun paparan berlebihan tanpa pengawasan terbukti mengganggu perkembangan bahasa, kreativitas, dan kemampuan berkomunikasi secara langsung.

Studi ini menekankan bahwa dampak positif penggunaan gadget hanya muncul jika ada keseimbangan dengan aktivitas offline. Tanpa keseimbangan tersebut, risiko gangguan kognitif dan sosial meningkat secara signifikan. Interaksi dengan aplikasi dan game di gadget sering menghasilkan pelepasan dopamin yang mendadak, yang dapat menciptakan pola perilaku adiktif sejak dini.

Selain temuan dalam studi-studi di atas, secara spesifik ada beberapa faktor yang mendukung timbulnya dampak negatif penggunaan gadget terhadap penglihatan antara lain:

Durasi Penggunaan:

 

Semakin lama penggunaan gadget tanpa istirahat, semakin besar risiko timbulnya gejala kelelahan dan ketidaknyamanan visual.

Jarak Pandang:

 

Menatap layar dari jarak yang terlalu dekat meningkatkan ketegangan mata.

Kondisi Pencahayaan:

 

Penggunaan gadget dalam ruangan dengan pencahayaan yang kurang memadai atau kontras tinggi antara layar dan lingkungan dapat memperburuk kondisi mata.

Penggunaan gadget secara terus-menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan apa yang dikenal sebagai Sindrom Penglihatan Komputer atau Digital Eye Strain.

Gejala yang umum muncul meliputi:

Kelelahan Visual:

 

Paparan jangka panjang dapat menambah kelelahan mata serta membuat mata cepat merasa tidak nyaman, terutama pada anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan visual.

Penglihatan Kabur:

 

Setelah berkutat lama menatap layar, penglihatan bisa menjadi kabur sejenak, dan fokus menjadi sulit.

Iritasi dan Mata Kering:

 

Terlalu sering menatap layar mengurangi frekuensi berkedip, sehingga menyebabkan mata kering dan iritasi.

Gangguan Ritme Sirkadian:

 

Terpapar cahaya biru dalam waktu larut malam menghambat produksi hormon melatonin, sehingga mengganggu pola tidur. Gangguan tidur yang kronis selanjutnya turut menambah ketegangan mata.

Jika dibiarkan dalam jangka Panjang – meski belum sepenuhnya terbukti – bisa menurunkan ketajaman visual, gejala subyektif seperti kelelahan mata dan iritasi kronis dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penggunaan gadget yang berlebihan memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mata, terutama berupa kelelahan, penglihatan kabur, dan iritasi. Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk mencegah dan mengurangi efek negatif terhadap pengelihatan:

Aturan Waktu Layar:

 

Batasi waktu penggunaan gadget, terutama pada anak-anak, dan terapkan aturan “tidak ada layar” sebelum tidur.

Istirahat Secara Berkala:

 

Terapkan aturan 20-20-20, yaitu setiap 20 menit, pandanglah sesuatu yang berjarak 20 kaki selama 20 detik untuk mengurangi ketegangan mata.

Pengaturan Pencahayaan:

 

Perbaiki pencahayaan ruangan dan atur kecerahan layar agar sesuai dengan kondisi lingkungan.

Penggunaan Filter Cahaya Biru:

 

Pertimbangkan penggunaan perangkat lunak atau kacamata dengan filter cahaya biru untuk meminimalkan paparan langsung.

Menilik beberapa hasil studi terkait tentang penggunaan gadget pada anak maka perlu dilakukan beberapa hal berikut :

Pengawasan Orang Tua:

 

Orang tua harus berperan aktif mengatur dan membatasi waktu penggunaan gadget anak, sekaligus menyediakan alternatif aktivitas seperti olahraga fisik dan interaksi langsung.

Kebijakan Publik:

 

Pemerintah dan lembaga pendidikan diharapkan mengintegrasikan literasi digital serta intervensi preventif dalam kurikulum dan kebijakan kesehatan masyarakat.

Keseimbangan Digital:

 

Pemanfaatan gadget secara terukur dan seimbang, dengan diselingi aktivitas offline, adalah kunci untuk mencegah dampak negatif terhadap perkembangan anak.

Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak menjadi tantangan serius dalam era digital saat ini, membawa dampak yang nyata bagi kesehatan fisik, mental, dan sosial mereka. Dengan menggabungkan peran aktif orang tua, sekolah, dan pemerintah, serta menyediakan alternatif aktivitas yang kreatif dan edukatif, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

Pemerintah telah mensahkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola Penyelengaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak pada 28 Maret 2025 sebagai salah satu upaya perlindungan anak dari dampak buruk internet. Gadget dapat menjadi alat yang bermanfaat, tetapi hanya jika penggunaannya seimbang dan bertanggung jawab.

Tindakan pencegahan dan intervensi yang tepat sangat penting untuk melindungi generasi mendatang dari ancaman kecanduan teknologi dan membantu mereka meraih potensi penuh dalam kehidupan sehari-hari. Keseimbangan kegiatan online dan offline perlu dijaga oleh para orang tua dan pendidik.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here