Bahlil: Pembelian Produk Pertamina Urusan B to B  

Polemik muncul terkait pembatalan pembelian BBM oleh SPBU swasta karena mengandung etanol. (ilustrasi Youtube)

MENTERI ESDM Bahlil Lahadalia, menegaskan batalnya rencana sejumlah SPBU swasta membeli BBM dari PT Pertamina (Persero) sepenuhnya merupakan urusan bisnis antar-perusahaan.

Menurut dia, pemerintah hanya berperan sebagai penghubung, sementara detail transaksi tetap menjadi ranah Pertamina dan badan usaha (swasta) terkait.

“B to B-nya (transaksi antara perusahaan dengan perusahaan-red)  yang seang dikomunikasikan. Saya kan sudah katakan bahwa B to B itu kolaborasi antara swasta dengan swasta. Jadi masih berjalan ya,” ujar Bahlil dikutip tayangan KompasTV, Jumat (3/10).

Ia memastikan, stok BBM nasional saat ini dalam kondisi aman. Pasokan mulai dari RON 90 (Pertalite), RON 92, RON 95, hingga RON 98 diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan 18–21 hari ke depan.

“Kewajiban pemerintah memastikan stok BBM cukup. Tidak ada alasan, ketersediaan BBM menipis. Enggak ada. Udah penuh. Semuanya ada. Kuota impornya pun sudah kita berikan sesuai yang disampaikan sebelumnya,” kata Bahlil.

Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar membeberkan alasan Vivo dan BP-

Pembatalan AKR dan BP

AKR membatalkan rencana pembelian base fuel dari Pertamina. Salah satunya karena adanya kandungan etanol.

“Secara regulasi diperkenankan etanol itu sampai jumlah tertentu, kalau tidak salah sampai 20 persen. Sedangkan ini ada etanol 3,5 persen,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10).

Hal itu, menurut Muchtasyar, yang menyebabkan SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Selain Vivo dan BP-AKR, Pertamina juga sempat melakukan pembicaraan dengan Shell. Namun, menurut Achmad, negosiasi belum mencapai kesepakatan awal.

Sebelumnya, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Laode Sulaiman menyebutkan, spesifikasi BBM di Indonesia megacu pada Research Octane Number (RON), bukan pada kadar etanol.

“Jadi di spec. yang disebutkan adalah RON-nya, bukan kadar etanolnya. Ini kan bensin, bukan biogasoline. Jadi kalau kadar etanolnya yang rendah, tidak melewati range, nggak masalah, “ tuturnya.

Sepanjang kandugan etanolnya tidak membuat oktan turun dari standar yang ditetapkan, Sulaiman mengatakan, spesifikasinya masih dianggap sesuai.

“Pengguna etanol dala BBM merupakan best practices yang telah ditetapkan secara internasional, “ tuturnya.

Beli pisang goreng

Terkait pembelian based fuel Pertamina oleh SBPU swasta, lanjut Sulaiman, ia menganalogikan orang yang membeli pisang goreng.

“Ada pembeli yang minta pisangnya direndam  dulu, baru digoreng. Ada pula yang minta pisang gorengnya ditambahi garam. Sama-sama enak, tapi tergntung selera pembeli, “ tuturnya.

Pj. Corporate Secrtary Pertamina Niaga Robert MV Dumatubun juga menyebutkan, penggunaan BBM dengan campuran etanol sampai 10 persen adalah praktik biasa di banyak negara seperti AS, Brazil atau Thailand sebagai upaya mendorong energi ramah lingkungan,  sekaligus mengurangi emisi karbon,   (kompas.com/cnbc/ns)

 

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here