BANJARAN DURNA (35)

Aswatama kembali protes ke Begawan Durna, karena mau kawin lagi.

BERKAT dapat kesempatan jadi Panpel TMK-100 yang tidak sukses-sukses amat, Aswatama punya tabungan makin bertambah, sehingga dia bermaksud mau ganti mobil yang sedang ngetrend, yakni mobil listrik. Harganya di dunia perwayangan mungkin mengejutkan Anda, tidak sampai Rp 400 juta. Kenapa bisa murah sampai sebegitunya, karena dapat subsidi dari negara sampai 50 % dari harga resmi. Aslinya harga Rp 600 juta, cukup membayar separonya.

Dengan mobil yang tampil kekinian, Aswatama berharap posisi tawarnya jadi naik selaku perjaka tua. Masak dalam usia lebih dari 30 tahun belum juga pernah “mbelah duren”. Padahal teman seangkatannya sudah gemrayah (banyak anak). Mereka semua sibuk dengan keluarganya, sementara Aswatama hanya sibuk dengan HP androidnya sebagai pelarian.

“Bagus itu Aswatama, jika kamu punya mobil bagus nanti pas bapak mau nikah lagi, mobil pengantin tak usah nyewa, bisa pakai milikmu. Bukan yang model roti tawar kan?” ujar Begawan Durna tanpa jaga perasaan sang anak.

“Jadi rama Begawan hendak nikah lagi? Nggak trauma ditolak Dewi Rukmini dari Kumbina? Ingat umur rama!” ujar Aswatama, ada nada protes dalam kalimatnya.

“Ya ingat dong, memangnya seusia bapak di atas 60 tahun nggak boleh nikah lagi. Ini kan meringankan kamu Aswatama, tak perlu ngurus bapak lagi, karena sudah ada pihak yang lebih berkompeten.” Kata Begawan Durna lagi tanpa malu-malu.

Telah diberitakan di media online maupun suratkabar cetak yang mulai nyenen kemis kehidupannya, negeri Pancalaradya pimpinan Prabu Drupada hendak mengawinkan putrinya, Wara Srikandi, dengan pasang giri atau sayembara. Siapa saja wayangnya, apapun agamanya, kadrun apa bukan, berhak menyunting sekar kedaton asalkan mampu membangun atau merevitalisasi Taman Maerakaca, tempat wisata halal di bumi Pancala.

Sudah lebih dari 2 tahun taman kebanggaan Pancala itu terbengkelai terkena imbas Covid-19. Taman yang semula asri berseri, kini menjadi kumuh dan dijadikan tempat jin bikin anak alias lokasi pelacuran liar. Ini mirip taman bermain Kalijodo yang dibangun oleh Gubernur Ahok tapi ditelantarkan oleh Gabener penerusnya. Dan Prabu Drupada belum sempat membangunnya kembali karena terjadi sentralisasi anggaran untuk penanggulangan Covid-19.

“Memangnya rama Begawan punya modal untuk merevitalisasi Taman Maerakaca yang butuh dana puluhan miliar?” tanya Aswatama seakan meremehkan ayah.

“Nanti pakai dana CSR dari para pengusaha Ngastina, pasti sukses itu. Investor untung, bersama Srikandi bapak kemulan sarung.” Jawab Begawan Durna tanpa malu.

Demi menyukseskan ambisinya itu Begawan Durna lalu kirim WA ke Prabu Duryudana, memberitakan tentang maksud dan rencananya. Karena dia merupakan penasihat spiritual Ngastina, tentu saja Prabu Duryudana segera membentuk timses agar ambisi Begawan Durna terealisasi dengan sukses. Minimal dia mendorong para rekanan proyek di Ngastina untuk membantu hajat Begawan Durna.

Tapi lagi-lagi Patih Sengkuni yang menyangsikan keberhasilan Begawan Durna mempersunting Wara Srikandi. Melihat jejak rekam ahli nujum Ngastina itu berburu jodoh, dikhawatirkan gagal lagi seperti yang sudah-sudah. Lagi pula usia Durna kan sudah terlalu tua untuk Wara Srikandi yang baru usia 20 tahunan. Dan kok kolu-kolune (tega amat) mau mengawini anak sahabatnya sendiri sendiri dari kecil.

“Makanya anak Prabu Duryudana, kita tidak usah terlalu ngaya (memaksakan diri) memperjuangkan jodoh Wakne Gondel. Kalau dia berhasil, ya kita-kita cukup datang kondangan dan nyumbang, itu saja. Jadi tak perlu bentuk timses segala…” usul Patih Sengkuni pada Prabu Duryudana.

“Setuju, setuju! Kali ini kita akur paman Sengkuni, mari tos …..ha ha ha!” kata Durmagati yang ikut nyelip hadir dalam pertemuan di Istana Gajahoya.

Prabu Duryudana terdiam, hanya bisa prihatin atas sikap Patih Sengkuni. Dari dulu Sengkuni-Durna itu tak pernah akur, dalam satu kubu tapi sering beda pendapat. Segala pemikiran Begawan Durna sering selalu dimentahkan olehnya, sehingga Durna sering menyebut Patih Sengkuni ini sengitan ora ketara (benci tapi tak terlihat).

Ternyata yang tertarik pada Wara Srikandi bukan saja Begawan Durna, tetapi juga Harjuna ksatria Madukara. Yang paling ironis sekaligus nylekuthis (tak punya malu), punya istri sudah ombyokan, masih juga kepengin kawin lagi dengan sekar kedhaton kerajaan Pancala. Begitu ngebetnya Harjuna untuk bisa “mbelah duren” bersama Srikandi, sampai-sampai jatuh sakit. Sudah beberapa kali ke dokter pakai dana BPJS Kesehatan, tapi belum juga ada kemajuan.

“Obat dari BPJS sudah diminum, segala pantangan dijalani, tapi kenapa penyakitmu tak kunjung sembuh, Kangmas? Gerangan apa yang kamu pikirkan?” tanya Sembadra sedih.

“Namanya juga baru kebageyan. Tenang saja kamu, nanti kan sembuh sendiri,” hibur Harjuna. Mau mengatakan hal sebenarnya, merasa malu dan nggak etis. Salah-salah dikepruk palang pintu.

Sebenarnya Harjuna dapat juga undangan acara ngundhuh mantu Kaesang – Erina Gudono di Pura Mangkunegaran, tapi dalam kondisi begini mana bisa hadir? Harjuna kenal dengan pengantin pria, karena Kaesang sering makan di RM Madukara milik Harjuna di Kartosura. Makanya bila dibilang ikut-ikutan tak hadir seperti  Rizal Ramli, ya biar saja.

Srikandi itu memang cantik jelita, seksi hanya sedikit “surata” alias susu rata atau kutilang darat alias: kurus, tinggi langsung, dada rata. Dibandingkan dengan selebritis Nikita Mirzani, jelas sangat berlawanan. Bila janda yang sedang diadili di PN Serang ini mancung ke depan, dada Srikandi justru mendelep ke belakang. Kata dokter Naek L. Tobing, Srikandi memang kelebihan hormon pria, sehingga meski cantik penampilannya tomboy mirip lelaki.

“Kalau kita nggak bisa kondangan ke Pura Mangkunegaran, nanti dikatakan orang niru-niru Rizal Ramli – Surya Paloh lho kangmas.” Kata Sembadra.

“Enggaklah. Nanti saya kirim WA saja, nggak perlu pakai twitter.”

                                                                           (Ki Guna Watoncarita)