Jakarta – Gelombang Globalisasi dengan Perang Asimetrisnya, dalam tiga dasawarsa terakhir ini, telah menggempur secara langsung peradaban sesuatu bangsa termasuk Indonesia, terutama pada aspek nasionalisme, sosial budaya, kearifan lokal, adat, tradisi dan agama.
Gempuran tersebut meruntuhkan 3 (tiga) sendi utama negara bangsa, yang oleh Proklamator Bung Karno disebut sebagai Trisakti yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Di bidang kebudayaan atau lebih jauh lagi dalam peradaban kita, kini sedang berkembang sikap dan gaya hidup masyarakat yang hedonis, individualis, pragmatis, materialis dan narsis.
Lebih spesifik lagi, ini bisa kita lihat dari perilaku pengendara di jalanan misalnya, orang cenderung egois, miskin etika, hilangnya sopan santun, merasa benar, kurang peduli terhadap lingkungan sekitar, tak mau mengalah, tak mau berbagi bahkan berkorban untuk sesama, hilangnya empati dan simpati.
Dalam keseharian, sikap dan perilaku tersebut kita sebut sebagai adab kehidupan. Dalam kecenderungan peradaban yang seperti itu, saya menyambut gembira serta menghargai upaya Dompet Dhuafa dan Bina Swadaya yang telah menyelenggarakan Fokus Grup Diskusi (FGD) dengan tajuk “Revitalisasi Cerlang Budaya Lokal dalam Membangun Karakter Bangsa sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat,” dengan tujuan mendapatkan kembali dan mempertahankan budaya yang ada di Indonesia.
Dalam berusaha menghadapi serbuan Perang Asimetris tadi, saya bersyukur, memperoleh dukungan bahkan berjuang bersama Dompet Dhuafa (terima kasih kepada Mas Parni Hadi, mas Rahmad Riyadi, mas Sonhadji dkk), untuk mendirikan dan mengelola Yayasan Suluk Nusantara, yang berkiprah melestarikan serta mengembangkan seni budaya Nusantara, sebagai bagian dari penggalangan kebudayaan dan peradaban NusantaraRaya, sekaligus sebagai wadah kegiatan dari para lansia agar tetap sehat dan terus berkarya di usia senjanya.
Peranan DD dalam merawat serta memberdayakan para lansia agar keberadaan mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat dan negara, juga sangat penting, mengingat jumlah lansia pada tahun 2024 ini diperkirakan sebanyak 33 juta dari sekitar 280 juta penduduk.
Kegiatan yang dimulai pada 15 Juli 2017 dengan acara kajian dan belajar nembang macapat (tembang Jawa) serta karawitan, terus berkembang secara aktif nyaris hari demi hari dengan berbagai seni budaya lain seperti menari, angklung dan keroncong. Insya Allah bisa terus diperluas ke berbagai seni budaya NusantaraRaya lainnya.
Bahkan dengan semangat tinggi dan jaringan luas DD, kami yakin bisa dikembangkan ke seluruh pelosok NusantaraRaya, sejalan dengan namanya yaitu suluk yang berarti jalan menuju Tuhan, demi mengabdi serta menjalankan misi khalifah fil ard-Nya, melestarikan rahmat-Nya bagi Nusantara, sebagai bagian dari alam semesta, sebagai rahmatan lil alamin. Jadi dengan seni budaya DD “membumikan pesan langit.”
Di Sanggar Suluk Nusantara yang berlokasi di Depok, bapak-ibu dan saudara-saudara bisa menyaksikan seorang bapak yang berusia 84 tahun sangat terampil mengendang, seorang bapak berusia 82 tahun menyanyi merdu tanpa teks berbagai lagu dalam berbagai bahasa dengan irama keroncong, dan seorang ibu berusia 76 tahun masih luwes menari, bahkan seorang ibu usia 79 tahun dengan gangguan kaki, sudah operasi lutut, masih semangat belajar menari, meski tertatih-tatih.
Dan yang luar biasa lagi mas Parni Hadi, secara istiqomah, konsisten-konsekuan dan bertanggungjawab, penuh ghiroh, penuh passion nyaris hampir seminggu sekali hadir menyemangati para lansia tersebut berkesenian. Semoga kepeduliannya itu menjadi teladan dan menjiwai kiprah sahabat-sahabat serta Keluarga Besar Dompet Dhuafa.
Alhamdulillah di awal acara tadi, panitia telah menampilkan pentas angklung. Ijinkan saya berharap dalam berbagai acara selanjutnya, terutama yang diprakarsai Dompet Dhuafa, Bina Swadaya dan lebih-lebih lagi Bentara Budaya di mana kita sekarang berada, kegiatan seni budaya Nusantara bisa ditampilkan minimal sebagai penyegar suasana, sekaligus demi upaya pelestarian.
Sebagaimana kita pahami bersama, seni budaya adalah suatu seni dan keahlian dalam mengekspresikan ide-ide dan imajinasi serta pemikiran estetika mengenai benda, keadaan, peristiwa, perilaku menjadi sesuatu karya yang bisa menimbulkan rasa indah, sehingga menciptakan kebudayaan dan selanjutnya peradaban yang maju.
Semoga apa yang kita lakukan selama ini, hari ini dan yang akan datang, semua budaya, budi dan daya kita memperoleh rida, rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Mahakuasa, sukses dan berkah melimpah. Selamat kepada mas Parni Hadi dan mas Bambang Ismawan berserta timnya.