spot_img

BANJARAN DURNA (45)

PADA akhirnya Supeli setuju usulan besaran gaji oleh Togog-Bilung. Karena itulah kembali Togog-Bilung berbalik arah, mengikuti rute perjalanan juragan baru dari Cedi menuju negeri Pancalaradya. Semoga saja Supeli yang mengaku jadi pejabat teras di negri Cedi ini moprol (mudah memberi) uangnya pada anak buah. Maksudnya, dia tak hanya memberi gaji bulanan, tapi ada tambahan atau tip ini itu.

“Jam berapa Lung, kita tiba di Pancala?” kata Supeli sambil terkantuk-kantuk dalam bis.

“Ya sekitar pukul 08:00 pagi. Jika sudah masuk Surabaya, tak lama lagi sampai Wonocolo.” Jawab Togog.

“Pancala, kang Togog, bukan Wonocolo. Baru dapat gaji baru Rp 6 juta saja sudah mendadak budeg. Mending Bolot, biar budeg soal duit dia selalu dengar.” Tegur Bilung.

Tak meleset prediksi Togog, pukul 08:00 pagi bis Rosalia Indah sudah masuk Pancala. Ke mana tujuan selanjutya Supeli hanya mengikuti petunjuk Togog-Bilung. Termasuk di hotel mana, yang mengarahkan juga Togog. Karena tahunya Togog hotel “Nendra Loka” tempatnya menginap tempo hari, ya ke sana pula Supeli disarankan menginap. Kata Togog, di hotel ini sehari hanya Rp 300.000,- sudah dapat makan pagi dan minum teh manis atau kopi susu sasetan. Soal “selimut hidup” resiko penginap.

Malam berikutnya Supeli benar-benar ikut memperebutkan Wara Srikandi lewat jalur independen, alias dengan cara mencurinya. Rencananya pukul 22:00 WPT (Waktu Pancala Timur) ajian Sirep Begananda mulai digunakan. Dia ngerjain-nya dari hotel saja, sebab jarak hotel dengan Taman Maerakaca hanya sekitar 500 meter. Konon katanya kekuatan magic ajian sirep Begananda sampai radius 1 Km.

“Togog-Bilung, kalian di hotel saja, nggak usah ikut. Ada kalian pasti dicurigai bawaan orang yang mau berbuat jahat.” Kata Supeli yang rupanya sudah tahu biografi Togog-Bilung.

“Ah, masak sampai segitunya. Ini namanya pembunuhan karakter.” Ujar Togog ngedumel.

Memang, jangankan orang dewasa, anak-anakpun tahu bahwa Togog-Bilung yang di gambar umbul bernomer 40-39 itu termasuk kelompok wayang jahat. Sebetulnya mereka tidak jahat, tapi karena selalu menghamba pada orang-orang yang hendak berbuat jahat, otomatis memperoleh pula stigma negative.

Ketika ajian Sirep Begananda telah bereaksi, Supeli berangkat ke taman keputren Pancala sesuai dengan sket yang telah dibuat Togog. Dua punakawan itu sama sekali tidak ikut ngantuk karena telah diberi tahu penangkalnya, yakni cukup membaca kata: Satgasus 303 sebanyak 3 kali. Jika ternyata ngantuk juga itu ngantuk alami, bukan karena pengaruh Sirep Begananda.

“Lung, sket peta bikinanmu bikin bingung, karena tak ada penunjuk arah,” kata Supeli liwat chatingan WA.

“Gambar di atas berarti arah utara, Boss.” Jawab chatingan Togog. Dia tepuk jidat karena lupa tak kasih petunjuk arah.

Demikianlah, gara-gara ajian Sirep Begananda semua penghuni hotel “Nendra Loka” dan meluas ke wilayah taman keputren Pancala semua penghuninya tertidur, termasuk satpam Istana Pancala. Jika ada pengantin baru pun, ikut pules dibuatnya tanpa sempat nambah.

Tetapi pepatah mengatakan, di atas langit masih ada langit. Meski semua satpam kompleks Istana dan taman keputren terlelap akibat Sirep Begananda-nya Supeli, Prabu Drupada sendiri sama sekali tidak kena. Padahal beliaunya tak punya password penangkal Satgasus 303.

“Lho, kok Satpam pada ketiduran semua? Nggak beres ini.” Gumam Prabu Drupada.

Dia jadi ingat Begawan Durna yang katanya nenepi (bertapa) di komplek Taman Maerakaca dalam rangka mengikuti proyek revitalisasi taman. Ayahanda Drupada ini lalu meluncur ke lokasi pemugaran. Belianya kaget, sebab nampak Begawan Durna tidur pules banget seperti habis begadang nonton Piala Dunia. Jika begini halnya, kapan revitalisasi Taman Maerakaca versi Durna bisa dimulai?

Tubuh Begawan Durna lalu dihoyog-hoyog (digerakkan) agar bangun segera. Tapi tetap bergeming. Sedang mimpi apa di alam sana, kok tidurnya biasa luar biasa ngepluk (pules). Apa dibangunkan ala iklan produk spring bed, pakai mesin slender perata jalan? Salah salah malah kelindes orangnya.

“Bangun, kakang begawan. Sahur, sahur….!” Ujar Prabu Drupada macam bulan puasa saja.

Barulah Begawan Durna membuka matanya, dan malu sekali ketika di sampingnya telah hadir  Prabu Drupada calon mertuanya. Tapi yang namanya pendita Sokalima kan banyak akalnya. Maka dia cerita saja bahwa di alam gaib dia berhasil ketemu jin-jin yang siap membantu proyeknya. Tapi pembicaraan cukup a lot, karena mereka minta kompensasi lumayan berat. (Ki Guna Watoncarita)

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles