MYANMAR – Banjir parah di Myanmar telah menghambat upaya penyelamatan korban, ribuan orang berlindung di biara-biara setelah air melimpah dari sungai-sungai karena dipicu oleh hujan lebat.
Menurut pejabat setempat, banjir itu sudah menewaskan sedikitnya 27 orang.
Presiden Myanmar Thein Sein, meninjau langsung daerah pedesaan yang hancur, di sana ia menyatakan keadaan darurat. Banjir telah dan hujan lebat sudah mematikan aktivitas puluhan ribu pengungsi. Air membanjiri banyak wilayah sawah dan juga mendatangkan kecemasan akan jebolnya bendungan.
Sein tiba di sebuah pangkalan militer di Sagaing Divisi, Sabtu (1/8/2015), tidak jauh dari kawasan itu merupakan area utama penanaman padi. Tentara menkoordinasikan bantuan kepada masyarakat karena sudah sebulan penuh hujan melanda 12 negara dari 14 negara bagian di Myanmar.
Hujan muson berat telah melanda sebagian besar daerah-daerah dalam beberapa pekan terakhir. Banjir sudah merubuhkan puluhan ribu rumah dan menghancurkan ladang dan membuat ribuan orang terdampar di desa-desa terpencil, yang susah dijangkau oleh bantuan pemerintah.
“Sebagian besar negara ini sudah ditelan banjir, sekarang,” kata seorang direktur di Kementerian Kesejahteraan Sosial yang tidak mau disebutkan namanya.
Upaya penyelamatan terus dilakukan pemerintah dan kelompok-kelompok bantuan lokal, mereka berjuang untuk mengakses daerah dilanda banjir.
Presiden Sein menyatakan, menurut Rakhine Barat adalah satu dari empat negara yang mengalami banjir terparah.
“Wilayah ini telah melihat kehancuran besar dan kesulitan untuk kembali ke kondisi normal”, berita koran lokal GNLM, mengutip pengumuman pemerintah, Sabtu (1/8/2015).
Di Kota Maungdaw, Rakhine, rumah dan gedung perkantoran telah hancur, pohon-pohon tumbang dan jalan rusak dan tertutup karena badai.
Seorang pejabat pemerintah lokal mengatakan kepada kantor berita AFP, kamp penyelamatan telah dibuka di biara-biara.
Rakhine sudah menjadi tuan rumah sekitar 140.000 orang mengungsi, terutama Muslim Rohingya, yang tinggal di barak-barak dekat pantai sejak kerusuhan mematikan 2012 antara kelompok minoritas dan Buddha.
“Lebih dari 7.000 orang berlindung di kamp-kamp penyelamatan di 23 biara di kota Minbyar. Kami perlu air minum segera. Komunikasi jalan kami dipotong,” Khin Zaw Win, seorang warga di Minbyar, sebuah kota di Rakhine Utara, mengatakan kepada kantor berita AFP.
Seperti diberitakan Al Jazeera, banjir tahun ini di Myanmart telah menghancurkan sedikitnya 30.000 hektar lahan pertanian, menurut GNLM, dan rusak lagi 73.000.