BANGLADESH – Sebuah kesepakatan pemulangan Rohingya dipuji sebagai langkah awal yang baik oleh pemerintah Bangladesh, namun banyak yang berpendapat bahwa rencana tersebut terlalu dini.
Negara Rakhine Myanmar adalah rumah leluhur bagi Rohingya yang mayoritas Muslim, namun mereka yang tinggal di sana menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan pemilahan. Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menyebutnya sebagai “sistem apartheid”.
Dewan Rohingya Eropa (ERC) mengatakan kesepakatan repatriasi tersebut tidak mempertimbangkan hak pengungsi Rohingya. Duta Besar Malaysia, Tengku Emma Zuriana, juga telah menentangnya.
“Proses pemulangan ini seharusnya tidak dilanjutkan sampai keamanan Rohingya dapat terjamin,” katanya.
Malaysia adalah rumah bagi sekitar 150.000 orang Rohingya. Beberapa organisasi non pemerintah mengadakan konferensi pers di Jakarta, Kamis, untuk membahas rencana repatriasi tersebut.