
MENTERI Keamanan Vietnam To Lam resmi terpilih menjadi presiden baru Vietnam, menggantikan Vo Van Thuong yang mengundurkan diri di tengah gencar-gencarnya kampanye pemberantasan korupsi.
TV pemerintah Vietnam melaporkan, 472 dari 473 anggota parlemen dalam sidang tertutup yang digelar Rabu (22/5) menyetujui pencalonan Jenderal Lam yang berusia 66 tahun tersebut.
Thuong yang baru menjadi presiden setahun mengundurkan diri Maret lalu di tengah operasi penangkapan besar-besaran dipimpin Sekjen Partai Komunis Vietnam (DCSVN) Nguyen Phu Trong, menyasar sejumlah politisi dan ribuan orang yang diduga terlibat korupsi.
DCSVN juga mencalonkan ketua parlemen baru dalam sebuah reshuffle kepemimpinan yang signifikan. Vietnam selama ini dikenal sebagai negara dengan satu partai yang kondisi politiknya relatif stabil.
Namun sebagai dampak kampanye anti-korupsi, dua pemimpin tingkat tinggi dan seorang ketua parlemen memutuskan untuk mengundurkan diri dalam waktu kurun waktu 18 bulan terakhir.
Hal itu terjadi sebagai dampak atas tindakan anti-korupsi masif di negara tersebut hingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor asing karena berpotensi terhadap kelancaran birokrasi.
Van Thuong mengundurkan diri, Maret karena dituduh melanggar aturan partai (korupsi) hanya setahun setelah dia ditunjuk menjadi presiden, sementara Lam yang dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dipilih oleh Komite Sentral Partai pada awal pekan lalu.
Dalam ketatanegaraan Vietnam, presiden memegang peran seremonial, tetapi tetap saja termasuk empat posisi politik paling tinggi di negara itu selain ketua partai, perdana menteri, dan ketua Majelis Nasional (DPR)
To Lam Lam, 66 tahun, telah menjabat sebagai menteri keamanan publik sejak tahun 2016 dan telah mengambil garis keras terhadap gerakan hak asasi manusia di negara komunis tersebut.
Awalnya, Lam disebut akan memegang jabatan presiden dan posisinya di Kementerian Keamanan Publik secara bersamaan, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di Vietnam .
Tetap Menteri Keamanan Publik
Sekjen Majelis Nasional (DPR) Vietnam, Bui Van Cuong, Lam mengemukakan, tetap memegang jabatannya sebagai menteri keamanan, juga setelah ia terpilih sebagai presiden dan sejauh ini politbiro belum mencalonkan nama-nama calon menteri keamanan baru, “ ungkap Cuong dalam konferensi pers pada Minggu lalu (19/5).
Namun beberapa jam sebelum pemungutan suara tertutup, para anggota parlemen sepakat bahwa mereka akan memberhentikannya dari jabatan penting tersebut. Lam telah menjadi Menteri Keamanan Publik sejak 2016 dan diterima di Politbiro DCSVN pada 2021.
Ia juga menjabat wakil ketua komite pengarah anti-korupsi DCSVN sejak 2021, memainkan peran penting dalam kampanye anti-korupsi yang menyebabkan ribuan pejabat dan eksekutif perusahaan terkemuka diadili atau dipaksa mundur.
Kebangkitan Lam bukannya nirkontroversi. Pada 2021, koki selebriti Nusret Gokce yang lebih dikenal sebagai “Salt Bae”, mengunggah video dirinya memberikan hidangan steak dilapisi emas kepada Lam di restorannya di London saat Vietnam sedang menghadapi pembatasan di tengah pandemi Covid-19.
Video itu menjadi viral sebelum koki asal Turki itu menghapusnya, sementara seorang penjual mi yang kemudian mengunggah video menirukan tampilan “Salt Bae” dijatuhi hukuman lima tahun bui karena dianggap sebagai “propaganda anti-negara”.
Vietnam yang dilanda perang berkepanjangan, 1946 – 1954 melawan dan berhasil mengusir Perancis, lalu 1957 sampai 1975 melawan dan membuat pasukan AS menarik diri, bangkit dari puing-puing dan kini menjadi salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara.
Bagi Indonesia, semangat pemimpin Vietnam membasmi praktek korupsi agaknya perlu ditiru! (AFP/ns)