PADANG–Tak tega melihat bayi yang dibuang, Widlayuna (32) putuskan rawat sang bayi yang diberi nama Muhammad Fajri (1).
Fajri ditemukan di sekitar pabrik bata, tempat Widlayuna bekerja. Kondisi Fajri tatkala itu busung lapar, dan sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit atas kebijakan warga Pasa Dama, Kel. Parit Malintang, Kec. Enam Lingkung, Kab. Padang Pariaman.
Meski kondisi ekonomi kurang mampu, beliau tetap merawat Fajri sebagaimana ia merawat empat anak kandungnya. Padahal, anak sulungnya sendiri, Srigus Yunita (12) menderita amandel dan pernah menjalani rangkaian operasi usus buntu beberapa waktu lalu. Dari operasi itu, dua kantong mie dikeluarkan dari usus Srigus. Mereka terpaksa menyantap mie sehari-hari karena harganya terjangkau dibanding lauk pauk yang tak sesuai dengan kondisi ekonomi mereka.
Dua anak ini butuh perawatan. Riwayat Fajri yang pernah busung lapar memicu penyakit lain, yaitu pembengkakan hati. Sayang pekerjaan sang suami, Delhendri (41) hanya seorang kuli bangunan. Tak cukup menopang kebutuhan anak-anaknya berobat, sehingga BPJS dua anaknya ini menunggak empat bulan.
“Apalagi bapak pernah jatuh pas manjat kelapa tahun 2000 lalu, sehingga kemampuan beliau terbatas untuk bekerja,” ungkap Widlayuna.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Widlayuna membantu dengan bekerja sebagai pencetak bata, meski dalam hatinya ingin berdagang.
“Alhamdulillah Dompet Dhuafa Singgalang, saya dibantu untuk melunasi tunggakan BPJS pada Rabu (9/11) sampai Desember nanti dan diberi modal berdagang. Terimakasih donatur,” imbuh Widlayuna penuh haru.
Widlayuna berharap, dengan modal donasi dari donatur ini ia dapat segera memulai usaha berdagang sayuran, cabe, dan kebutuhan dapur lainnya, sehingga pengobatan dua anaknya tak lagi terkendala.
Mari sisihkan sebagian rejeki kita untuk para pejuang hidup seperti Widlayuna dengan berdonasi ke lembaga. InsyaAllah, dana yang terkumpul, lebih bermanfaat karena menjangkau penerima manfaat yang benar-benar membutuhkan. (nisa)