REMAJA atau anak baru gede (ABG) punya kecenderungan suka berpetualang. Dan di era digital ini banyak dari mereka yang tergoda untuk bikin konten-konten semacam Tiktok, dengan cara-cara yang membahayakan. Tujuannya hanya satu: biar viral. Misalnya menghadang truk yang berlari kencang. Bila sopir lincah dan ada waktu untuk mengerem mendadak, selamatlah si ABG. Tapi banyak pula yang gagal, dalam arti ABG itu tewas disikat truk.
Ironisnya, meski sudah banyak contoh konten konyol itu bikin nyawa melayang, masih ada saja ABG yang mencoba-coba bikin hal serupa. Terakhir dari Bogor, korbannya MM (14), warga Cimanggu Bogor. Ada tiga orang yang terlibat di kasus ini. Dua orang adalah remaja yang melakukan aksi berbahaya tersebut, dan satu orang lainnya yang merekam di pinggir jalan. Tepatnya di Jl. Jl Raya Exit Tol Gunung Putri, Bogor, Sabtu (14/1) lalu.
Mulanya, kedua remaja kelompok Rojali (Rombongan Remaja Liar) ini terlihat bersiap di pinggir jalan. Saat dump truk tengah melaju kencang, kedua remaja itu langsung mendekat menghadang truk itu. Dikarenakan sopir tidak bisa mengerem mendadak, keduanya langsung tertabrak dan salah satunya yang mengenakan topi putih meregang nyawa terlindas. Tragis! Berangkat pakai topi putih, pulang ke rumah sudah berkain kafan putih.
Yang kasihan kan sopir truknya, sebab pada awalnya polisi tetap menyalahkan AR (38) yang mencoba kabur setelah menabrak mati korbannya. Sempat ditahan beberapa hari kemudian dilepas oleh Polresta Bogor karena keluarga AM mencabut perkaranya. “Memang anak saya yang salah,” kata orangtua korban. AR pun merangkul ayah AM sambil menangis. Dia hampir saja jadi Napi gara-gara kesalahan pihak lain.
Sebelumnya cerita serupa juga terjadi di Bekasi. Seorang remaja berinisial A bersama kawan-kawannya, pertengahan Desember 2022 lalu berlarian ke tengah Jalan Raya Imam Bonjol, Kelurahan Telaga Asih, Kecamatan Cikarang Barat. Truk yang tengah melaju kencang itu dihadang sambil mengumpat. Sopir tak sempat mengerem dan ABG A pun wasalam tergilas ban. Ironisnya, yang kabur bukan saja sopir truknya, tapi juga teman-teman korban.
Gilanya, di Bogor saja aksi hadang truk itu sudah terjadi 14 kali sejak tahun 2020. Termasuk remaja MM dari Cimangu, jumlah korban tewas menurut catatan Satlantas Polresta Bogor sebanyak 7 orang. Belum lagi di berbagai tempat lain. Gejala apa ini. Para ABG berani betul bermain-main dengan nyawanya. Padahal jika kadung tewas, beli nyawa baru lewat lewat online maupun hypermarket juga nggak ada.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengingatkan, truk merupakan kendaraan berdimensi yang besar. Karenanya truk tidak bisa secara mendadak melakukan rem. Sehingga ketika berjalan dan harus berhenti, butuh ruang dan jarak yang panjang karena momentum truk besar.
Para remaja petualang ini tak pernah berfikir sampai demikian, karena ketika mau bikin konten konyol, otaknya lupa nggak dibawa. Silakan berpetualang, tapi janganlah bikin susah pihak lain. Tak semua sopir tahu dengan kemunculan para “rojali” ini. Padahal jika truk yang dibawanya menabrak orang, jangankan sampai wasalam, hanya luka saja bisa terancam masuk penjara. Keluarga bisa berantakan gara-gara Kepala Keluarga masuk penjara akibat ulah kalian.
Sesua masa pertumbuhannya, para ABG ini memang suka bikin sensasi, karena ingin pengakuan dan dipuji lingkungannya. Tapi semenjak era digital, di mana orang bebas bermedia sosial, mereka tergoda untuk bebuat konyol. Ketika ulahnya menjadi viral, mereka bangga betul. Padahal sekarang bikin video dan menayangkannya, tak perlu harus bangun stasiun pemacar TV berikut studionya. Hanya dengan modal HP android semua bisa dilakukan.
Sekarang semua bisa jadi wartawan tanpa perlu Kartu Pers dan jadi anggota PWI. Tetapi, hidup bermasyarakat itu harus berbagi dengan sekitarnya, tak bisa mendahulukan kepentingan dan egonya sendiri. Ketika matipun gara-gara konten membahayakan itu, malaikat Munkar-Nakir takkan memujimu dengan menanyakan, “Kapan lagi ente bikin konten? Seru itu!” (Cantrik Metaram)
