POSISI China di “atas angin” dalam perundingan dagang terkait penambangan, pengolahan, dan suplai logam tanah jarang (rare earth element – REE) dengan Amerika Serikat yang sedang berlangsung.
Deutsche Welle seperti dikutip Kompas.com (23/10) menyebutkan, Logam Tanah Jarang (LTJ) adalah bahan baku penting untuk pembuatan ponsel pintar, kendaraan listrik, hingga teknologi militer. China menguasai sekitar 60 persen produksi LTJ dan hampir 90 persen proses pemurniannya.
Beijing kian memperkuat cengkeramannya akan mineral kritis itu dengan memberlakukan pembatasan ekspor logam tanah jarang dan magnet permanen.
Pembatasan tersebut diterapkan sebagai respons pengenaan tarif tinggi oleh Presiden AS Donald Trump bagi ekspor China yang kemudian sempat dilonggarkan untuk memungkinkan negosiasi perdagangan berjalan.
Namun, China (16/10) mengumumkan perluasan pembatasan ekspor, teknologi pengolahan, dan secara eksplisit membatasi ekspor kepada pengguna di sektor pertahanan dan semikonduktor di luar negeri.
Kebijakan ini dipandang sebagai balasan Beijing, setelah Washington membatasi ekspor chip dan produk semikonduktor dari negara ketiga ke China.
Pembatasan oleh China
Pembatasan diberlakukan beberapa pekan sebelum tatap muka langgsung Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, dan semakin mengekspos kerentanan AS karena kurangnya kapasitas pemurnian domestik.
“Seluruh dunia bergantung pada pasokan magnet permanen dari China,” kata Jost Wubbeke, pengelola lembaga riset Sinolytics di Berlin yang fokus menganalisa ekonomi serta kebijakan industri China, kepada DW.
“Jika mereka berhenti mengekspor bahan baku, dampaknya akan terasa di seluruh dunia,” ujarnya.
Pembatasan ekspor diyakini bakal menggangu rantai pasok, yang pada gilirannya berdampak signifikan pada industri AS.
Produsen mobil Ford, misalnya, mengumumkan pada Mei lalu terpaksa mengurangi produksi di Chicago karena kurangnya bahan baku.
Pemasok suku cadang otomotif, Aptiv dan BorgWarner, mengumumkan sedang mengembangkan mesin dengan meminimalisir kandungan LTJ demi mengatasi keterbatasan pasokan.
Michael Dunne, konsultan otomotif yang fokus pada China, mengatakan kepada The New York Times, Juni lalu, pembatasan ekspor dari China bisa membuat pabrik perakitan mobildi AS berhenti total.
Habis dalam beberapa baulan
Survei oleh Kadin AS di China Mei silam menunjukkan bahwa 75 persen perusahaan AS memperkirakan stok logam tanah jarang akan habis dalam beberapa bulan.
Produsen AS mendesak pemerintahnya untuk menegosiasikan kelonggaran. Selama perundingan dagang di London pada Juni, China sepakat mempercepat lisensi ekspor, meski masih terjadi antrean panjang.
Pembatasan ekspor terbaru China mengancam implementasi kesepakatan ini. Kontrol strategis China atas logam tanah jarang sebagai alat geopolitik bukanlah hal baru.
Pada 2010, Beijing di tengah sengketa terkait P. Sinkoku, menghentikan ekspor ke Jepang selama dua bulan, memicu lonjakan harga dan mengekspos risiko rantai pasokan.
Gabriel Wildau, direktur perusahaan konsultan Teneo yang berbasis di New York, memperingatkan sistem lisensi ekspor China adalah hal yang permanen, bukan sekadar respons terhadap tarif Trump.
Wildau turut mengatakan pada kliennya bahwa pemutusan pasokan akan selalu jadi ancaman, sebagai sinyal China untuk mempertahankan pengaruhnya atas AS.
AS bukan satu-satunya ekonomi yang terdampak oleh
kekurangan logam tanah jarang.
UE tergantung pada China
Uni Eropa bergantung pada China untuk 98 persen magnet LTJ, yang dibutuhkan untuk komponen mobil, jet tempur, dan perangkat pencitraan medis.
Asosiasi Pemasok Otomotif Eropa Juni lalu mengingatkan, sektor tersebut sudah mengalami gangguan signifikan akibat pembatasan ekspor China dan telah menyebabkan penutupan beberapa jalur produksi dan pabrik di seluruh Eropa, dengan dampak lebih lanjut ke depan seiring menipisnya persediaan.
Sedangkan Alberto Prina Cerai, peneliti di Italian Institute for International Political Studies (ISPI), mengatakan kepada DW bahwa dari segi skala, Barat tidak bisa mengejar China.
“Mereka memiliki rantai pasokan terintegrasi dari tambang hingga magnet yang sangat sulit ditiru,” papar Cerai.
Namun, meski pemisahan total dari China tidak terpikirkan” dalam jangka pendek, ia mengatakan UE sebaiknya mengelola ketergantungan ini dengan strategi industri yang koheren.
Komisi Eropa, berniat mendorong memproduksi 7.000 ton magnet berbasis UE secara domestik pada 2030 di bawah Undang-Undang Bahan Mentah Kritis, dengan beberapa proyek pertambangan, pemurnian, dan daur ulang.
Sebuah pabrik pemrosesan logam tanah jarang besar dibuka di Estonia tahun ini, dan fasilitas besar lainnya di barat daya Perancis akan beroperasi pada 2026.
Komisaris Perdagangan UE Maros Sefcovic menyebut pembatasan China sangat mengganggu sektor otomotif dan industri Eropa.
China mengusulkan jalur hijau untuk mempercepat persetujuan lisensi bagi perusahaan UE, tetapi para ahli memperingatkan persetujuan masih bisa memakan waktu hingga 45 hari.
Meski memiliki cadangan logam tanah jarang terbesar kelima di dunia, sebesar 6,9 juta metrik ton, India menyumbang kurang dari satu persen pasokan global.
Negara Asia Selatan ini kekurangan kapasitas pemurnian untuk pengolahannya sehingga digunakan dalam aplikasi berteknologi tinggi.
Kelangkaan sumberdaya tambang LTJ yang diperlukan bagi industri modern dicemaskan menyulut konflik ke depannya. (Deutsche Welle Indonesia/Reuters/ns)





