
Alih-alih “berbaik-baik” dengan pemimpin negara yang banyak membantu negaranya dalam perang melawan Rusia, Presiden Ukraina Voldymyr Zelenskyy besitegang dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Pertemuan antara Presiden Zelensky dan Presiden Trump di Gedung Putih, Jumat (28/2) yang sedianya membahas kerja sama di sektor mineral berubah menjadi ajang perdebatan sengit setelah Zelenskyy menuduh sikap AS terlalu lunak terhadap Rusia.
Zelenskyy mengingatkan, perang di Ukraina sejakinvasi Rusia ke negaranya 24 Februari 2022 telah menghancurkan saraa dan prasarana publik di banyak kota dan menelan ratusan ribuan korban jiwa, baik perosnil militer mau u warga sipil.
Trump bersikeras, menilai Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mencapai kesepakatan damai dan meminta Zelensky seharusnya lebih menghargai dukungan Amerika. Wapres AS AS JD Vance mengamini kebijakan Trump yang lebih memilih jalur diplomasi.
Sebaliknya, Zelensky mengingatkan, diplomasi tanpa tindakan tegas hanya akan menguntungkan Putin dan menurut dia, sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014, berbagai upaya diplomasi telah dilakukan, termasuk perjanjian damai yang semuanya dilanggar oleh Putin.
“Kami telah menandatangani gencatan senjata, tetapi Putin mengingkarinya. Ia terus membunuh rakyat kami dan menolak pertukaran tahanan. Jadi, diplomasi seperti apa yang Anda maksud?” tanya Zelensky, dikutip dari Reuters, Sabtu (1/3).
Trump kembali menekan Zelensky agar segera mencapai kesepakatan dengan Rusia bahkan mengancam bahwa tanpa melakukan itu, AS tidak akan lagi membantu Ukraina.
Ia juga memperingatkan Zelensky bahwa sikapnya bisa memicu konflik global. “Anda sedang bermain-bermain dengan Perang Dunia Ketiga,” ujar Trump.
Namun, Zelensky mengatakan bahwa rakyat Ukraina tidak akan menyerah begitu saja. Di tengah debat yang memanas, Trump terus menekan Zelenskyy agar lebih menghargai bantuan yang telah diberikan AS.
Ketegangan semakin memuncak ketika Wapres AS JD Vance menuding Zelensky tidak sopan karena membahas masalah ini secara terbuka di hadapan media AS.
“Saya rasa tidak pantas bagi Anda, datang ke Gedung Putih untuk memperdebatkan hal ini di depan media,” kata Vance seraya menyindir, pernahkah Anda mengucapkan terima kasih pada AS sekali saja?” imbuhnya.
Lebarnya beda Trump dan Zelenskyy
Pertemuan ini menunjukkan semakin lebarnya jurang perbedaan antara kedua pemimpin dalam menyikapi perang di Ukraina, serta meningkatnya ketegangan dalam hubungan bilateral mereka.
Menurut catatan, di awal-awal perang, Rusia dengan mesin perang raksasanya diperkirakan dengan mudah mampu melumat Ukraina, ternyata keliru, karena berkat aliran pasokan persenjataan dari Barat terutama AS, Ukraina selain mampu bertahan dalam perang yang sudah berjalan tiga tahun, juga mampu mencuri-curi kemenangan.
Kedua kepala negara menandatangani kesepakatan yang memberikan akses khusus bagi AS terhadap mineral langka di Ukraina, menandai berakhirnya perselisihan antara kedua pemimpin.
Sebelumnya, Trump menyebut Zelensky sebagai diktator karena penolakannya untuk memberikan akses mineral langka Ukraina kepada AS.
Namun sikap Zelenskyy melunak, terkait dengan upayanya untuk mendapatkan dukungan di tengah pergeseran sukap Trump yang cenderung pro Mokow, Zelensky akhirnya setuju untuk menandatangani kesepakatan itu.
Sikap Trump terhadap Zelensky juga tampak melunak setelah kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan PM Inggris Keir Starmer.
“Saya sangat menghormatinya. Kita akan akur lagi,” kata Trump mengenai Zelensky, Kamis (27/2) seperti dilansir dari kantor berita AFP.
Penolakan Zelenskyy
Kemarahan Trump sebelumnya dipicu oleh penolakan Zelensky untuk memberikan akses istimewa kepada Washington ke sumber daya alam Ukraina, termasuk minyak, gas, dan logam tanah jarang (mineral pembentuk bebatuan) yang cuma ada di Ukraina.
Zelenskyy menuntut jaminan keamanan AS sebagai syarat kesepakatan, namun Trump menolak memberikan komitmen tersebut.
Trump menegaskan, kesepakatan itu penting bagi Washington untuk mendapatkan kembali miliaran dollar yang telah diberikan kepada Ukraina dalam bentuk bantuan militer dan lainnya.
Zelensky menyatakan kepada wartawan, kesepakatan ini akan bertindak sebagai kerangka kerja untuk kesepakatan yang lebih luas. Diskusi lebih lanjut antara pejabat AS dan Ukraina akan menentukan sifat jaminan keamanan untuk Ukraina serta jumlah pasti uang yang terlibat dalam kesepakatan tersebut.
Sebelumnya, Inggris dan Perancis telah menawarkan pasukan penjaga perdamaian jika terjadi kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Namun, dukungan lain dari AS, termasuk intelijen dan kemungkinan kekuatan udara, juga diperlukan.
Trump menyatakan kepada Starmer, ia terbuka untuk berbagai opsi, termasuk jaminan keamanan, tetapi ingin mencapai kesepakatan Rusia-Ukraina terlebih dahulu.
“Kesepakatan itu akan segera tercapai atau tidak sama sekali,”
Dalam pertemuan dengan PM Inggris Keir Starmer di Gedung Putih, Kamis (27/2), Trump mengatakan, pembicaraannya dengan Rusia dan Ukraina mengenai perjanjian damai sudah mulai menemukan titik terang.
Menurut dia, kesepakatan damai ini akan membuat Putin tidak lagi menginvasi Ukraina dan saat ditanya apakah Putin dapat dipercaya, Trump menjawab, “Terpercaya dan terverifikasi.”
Starmer kemudian berterima kasih kepada Trump karena dapat mengubah hubungan antara AS dan Rusia yang sebelumnya buruk menjadi kesepakatan perdamaian.
Kiprah Trump untuk mendamaikan Perang Ukraina masih ditunggu hasilnya nanti. Time will tell!