JAKARTA – Sebuah pesan berantai dan viral mengisahkan tentang seorang bayi bernama Muhammad Arsyil Halilintar, berumur 1 thn 2 bulan. Dalam pesan ini diceritakan membutuhkan ventilator untuk kebutuhan hidupnya.
Hal itu membuat Tim Respon Darurat Kesehatan (RDK) LKC Dompet Dhuafa terpancing untuk bergerak. Senin, 16 Januari 2017, Mamat Ismanto dari LKC Dompet Dhuafa meluncur ke rumah orang tua Asryil yang disebutkan di pesan itu berada di Cipondoh, tepatnya di Komplek Alam Indah Blok D3/16-17 Rt 002/007 Poris Plawad Indah Kec. Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.
Setelah menghampiri ke sana, ternyata rumah itu bukan lagi milik dari orang tua Asryil, melainkan sudah dijual kepada adik kandungnya mamanya Asryil. Hasil penjualannya digunakan untuk mengobati Asryil.
Dari adik mamanya itu, diketahuilah informasi di mana Asryil kini. Ternyata ia sedang dirawat di ICU RSUD Tangerang. Sudah 16 hari Asryil dirawat di ICU dan hidupnya tergantung dengan home ventilantor (alat bantu pernapasan) karena jika tidak, badan Asyril akan membiru dan sesak napas.
Sebelumnya Asryil juga dirawat di RSCM sejak tanggal 9 Desember 2016 karena sakit yang sama.
Karena lama memakai alat pernapasan tersebut sempat paru-parunya menjadi kaku dan hanya 50 % yang berfungsi.
Walaupun kini sudah stabil dan boleh dibawa pulang, masalahnya adalah ia tergantung pada Home Ventilator yang harga paling murah Rp 180 juta yang tidak dimiliki orang tuanya.
Tahu kalau Asryil dirawat di ICU RSUD Tangerang, maka tim RDK pun menjabangi ke sana.
“Assalamualaykum..Ibu, mau tanya, kenal tidak dengan ibunya Asyril?” tanya Tim RDK kepada salah seorang ibu yang berjibab lebar di ICU RSUD itu.
“Waalaykumsalam.. kebetulan saya sendiri,” jawab ibu itu.
“Ini kita yang kemarin berkunjung dan tidak bisa ketemu ibu, ” kata Mamat Ismanto.
“Ooo iya, mari masuk ke dalam ruangan,” ajak ibu itu .
“Kemarin kami ke sini sampai jam 10 malam menunggu ibu,” jelas Mamat
“Ya pak, saya dan bapaknya Asryil Drs.Aries Efendy ke Cipto mencari obat buat Asyril, kembali ke sini jam 12 malam,” lanjut ibu itu.
“Ya bu kami dari LKC Dompet Dhuafa, kesini ingin melihat lansung keadaan Asyril dan bertemu dengan kedua orang tuanya,” tambah Mamat.
“Oo..Dompet Dhuafa? Saya memang, jika ada kelebihan rizky selalu transfer ke Rekening Dompet Dhuafa,” jelas Arnida Vierwanti(43) ibunda M.Asyril Halilintar yang menjelaskan ia juga salah seorang donatur di Dompet Dhuafa.
Meskipun dia seorang yang suka berbagi, namun Arnida kini terlihat pasrah dengan kondisi anaknya yang membutuhkan biaya besar. Justru kini ia berharap ada donatur yang mau berbagi dengannya untuk membelikan Asryil sebuah ventilator yang cocok untuknya, agar Asryil dapat bernapas dengan baik sampai sembuh.
“Pernah ada yang meminjamkan alat tersebut dan dicoba dipasangkan di rumah sakit, namun tidak cocok,” jelasnya.
Diceritakan oleh Arnida, Asryil semenjak di kandungan sudah terlihat ada kelainan yaitu ada cairan di bawah kulit tubuh anak tersebut dan mengalami down syndrom.
Maka ketika menjelang kelahiran ia selalu dikontrol ke RSUD Tangerang, ketika melahirkan ia langsung dirujuk ke ke RSCM yang ada PICUnya.
Selama 2 bulan di RSCM tentu dengan biaya yang tidak sedikit, ia harus mengeluarkan uang Rp 200 juta sampai menjual rumah dan mengambil tabungan anak- anaknya untuk biaya rumah sakit.
“Adapun jaminan BPJS waktu itu masih menunggu verifikasi sehingga harus bayar sendiri. Sekarang sudah habis-habisan, pak”, keluhnya.
Setelah mendengar keluhan dari Arnida, Tim RDK kembali pulang dan kebingungan bagaimana cara membantu bayi Asryil untuk mendapatkan home ventilator.
Satu-satunya jalan adalah dengan mengabarkannya melalui KBK ini, agar jika ada orang yang bermurah hati dapat membantu Asryil untuk terus bernapas hingga paru-parunya kuat dan mampu bernapas sendiri.