SANAA—Konflik bersenjata yang melanda Yaman sejak beberapa bulan lalu meninggalkan trauma kolektif bagi anak-anak di negara paling miskin di Timur Tengah ini. Tidak saja fisik mereka yang terluka, tapi juga emosional dan psikologis mereka.
“Ini adalah luka yang terus dari hari ke hari, karena ratusan anak telah tewas, dan jutaan lainnya rentan terhadap ancaman penyakit,” demikian ungkap pegiat kemanusiaan dari UNICEF seperti yang dikutip dari Al Jazeera, Kamis (2/7/2015).
Data yang dilansir UNICEF menyebutkan, setidaknya 279 anak-anak tewas dan 402 lainnya terluka sejak akhir Maret lalu di Yaman. Petugas medis menghadapi tantangan besar untuk mengobati luka fisik mereka, terlebih psikis. Krisis yang terjadi di Yaman bisa menjadi bencana kemanusiaan yang serius.
“Mereka tidak memiliki perlindungan hidup. Mereka merasa takut, mereka benar-benar merasa tidak aman,” kata Fatima Al Ajel, Manajer Advokasi dan Media NGO Save the Children di Yaman.
Trauma psikis yang dialami oleh anak-anak Yaman dapat menyebabkan kerusakan permanen. Parahnya, petugas medis di Yaman juga nyaris tak memiliki perlengkapan yang menunjang untuk mengobati penyakit yang diderita anak-anak.
“Anak-anak tidak divaksinasi, karena puskesmas tidak memiliki listrik atau bahan bakar yang mereka butuhkan untuk menjaga vaksin dingin dan mendistribusikannya. Orang tua mereka juga terlalu takut dengan pertempuran yang terjadi sehingga tak bisa mengantar anak-anak mereka ke pusat kesehatan,” kata pejabat UNICEF Dr. Peter Salama.
“Anak-anak bisa tewas karena penyakit campak dan pneumonia yang semestinya bisa dicegah.”
Blokade yang dilakukan di Yaman juga menyulitkan bantuan kemanusiaan masuk untuk membantu warga. PBB mengingatkan, bisa saja bencana kelaparan melanda Yaman, karena banyak anak yang kekurangan gizi. UNICEF memperkirakan ada 1,2 juta anak balita yang berisiko kekurangan gizi akut dalam 12 bulan ke depan.
Data WHO juga melansir, jumlah pasien yang diterima rumah sakit karena kurang gizi meningkat hingga 150 persen. Minimnya air bersih di Yaman juga menjadi kontribusi mewabahnya penyakit, terutama demam berdarah.
Sementara itu, Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed, terus menyerukan gencatan senjata. Menurutnya, ada 21 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan saat ini di Yaman. Angka meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.
“Semua pihak dalam konflik ini bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Yaman,” ujarnya.