REMBANG – Dompet Dhuafa kolaborasi dengan BPBD Rembang menanam 5000 bibit pohon mangrove di wilayah pesisir Jawa Tengah pada Kamis (06/10/2022).
Sebanyak 11 ribu bibit pohon mangrove tertanam di wilayah pesisir Jawa Tengah, dan secara simbolis penanaman mangrove dilakukan di Jembatan Merah Hutan Mangrove, Dusun Sawah, Kelurahan Pasarbanggi, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Mayoritas penduduk bergantung pada mata pencaharian di laut. Kelurahan Pasarbangi terkenal dengan budidaya tambak. Namun dengan meningkatnya potensi bencana abrasi bahkan sudah berdampak kepada matapencaharian sebagian warga. Sehingga penanaman pohon mangrove menjadi sebuah pilihan untuk mencegah berkurangnya mata pencaharian warga akibat abrasi.
“Sebagian budidaya tambak warga terkena dampak dari abrasi. Akhirnya pendapatan yang dihasilkan dari dari budidaya tambak menjadi terpengaruh dan berkurang. Karena tambak itu ada dua siklus musim. Musim garam dan musim bandeng. Kalau tidak ada mangrove ini, tambak warga akan hancur. Makanya masyarakat berupaya untuk mencegah abrasi dan pengrusakan mata pencaharian,”jelas Mochamad Sahal dari Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Rembang.
“Penduduk akhirnya memiliki insiatif untuk menanam mangrove bersama dan bertahan sampai sekarang. Masyarakat bahu-membahu membangun bersama. Muncul adanya wisata, penelitian dan lainnya. Muncul adanya homestay untuk anak-anak kuliah yang KKN dan lainnya,”jelas Mochamad Sahal.
Salah satu bukti nyata manfaat mangrove ini adalah munculnya penjualan hasil produk laut seperti kepiting, rajungan, tiram. Menurut Sahal, salah seorang pengelola tiram, mampu mendapatkan 5 kilogram tiram. Setiap satu kilogram tiram ditaksir dengan harga jual mencapai Rp25.000.
“Mereka (mangrove) bisa menghasilkan wisata baru yakni yang muncul dari tahun 2013 yaitu berjualan hasil dari (manfaat) mangrove seperti menjual kepiting, rajungan atau tiram. (Biasanya) ibu-ibu mengelola tiram. Satu kilogram dihargai Rp25.000. Sedangkan dalam sehari mampu memperoleh 5 kilogram tiram,”jelasnya.
Dalam program penanggulangan bencana, sebuah konsep yang bernama pentahelix sangat memainkan peran penting. Pentahelix sendiri merujuk kepada unsur dalam masyarakat yang turut serta dalam menanggulangi bencana. Unsur-unsur tersebut adalah partisipasi pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media.
Hal ini yang menghantarkan kolaborasi program bibit pohon mangrove dalam penanggulangan bencana abrasi di wilayah Jawa Tengah. Selain mampu memberikan manfaat kepada penanggulangan bencana, mangrove juga bisa memberikan manfaat ekonomis.
Dengan hadirnya mangrove juga memberi ekosistem lingkungan hidup yang baik bagi keberlangsungan makhluk hidup. Mangrove menjadi tempat hidup bagi biota laut.
“Melalui kolaborasi yang terjalin antara Dompet Dhuafa dengan pemerintah daerah. Dompet Dhuafa menyumbang 5000 bibit pohon mangrove di kawasan pesisir Jawa Tengah. Ini merupakan salah satu komitmen kami dalam mengurangi risiko bencana atau mengantisipasi terjadinya bencana abrasi,” jelas Haryo Mojopahit selaku Chief Executive Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, dilansir dmcdompetdhuafa.org.