Serpong, Tangerang Selatan – Dompet Dhuafa menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Jurnalistik Audiovisutorial. Pelatihan ini dikhususkan bagi insan Dompet Dhuafa yang linier dengan pekerjaan sehari-harinya. Pelatihan ini di ikuti oleh sekitar 40 peserta dari berbagai entitas dibawah naungan Dompet Dhuafa yang di selenggarakan pada Kamis (22/08/2024) di Khadijah Learning Center, Kampus Bisnis Umar Usman, Serpong Tangerang Selatan. Pelatihan ini akan berlangsung selama 2 hari.
Kegiatan ini dibuka oleh Ahmad Juwaini, Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika (YDDR). Dalam sambutannya, Ahmad Juwaini menyinggung peran journalis atau wartawan dalam lahirnya Dompet Dhuafa.
“Dompet Dhuafa ini lahir atas inisiatif seorang wartawan, dan mengawalinya di sebuah rubrik di media cetak Republika.” ucap Ahmad Juwaini.
Peran media massa dalam penghimpunan dana terbukti efektif, hingga diputuskanlah gerakan sosial ini memisahkan diri Harian Republika dan membentuk sebuah yayasan.
Ahmad Juwaini berharap dengan adanya Diklat Jurnalistik ini, para peserta dapat menghasilkan karya jurnalistik yang baik dengan menghadirkan konten-konten yang menarik.
Dikesempatan yang sama, Inisiator sekaligus Ketua Pembina YDDR, Parni Hadi memberikan semangat kepada para peserta untuk serius belajar dan mengasah kemampuan jurnalistiknya agar dapat menulis dengan baik. Ia membagikan sebagian kecil pengalamannya kepada para peserta agar dapat menjadi motivasi dalam menghasilkan karya-karya jurnalistik. Tak lupa, Parni meminta peserta pelatihan untuk tersenyum
“ayo senyum, senyum” ucap Parni
Di sesi selanjutnya, Wakil Ketua Pengurus YDDR, Herdiansah memaparkan konsep Jurnalistik Audiovisutorial. Hadirnya teknologi dalam genggaman semakin memudahkan masyarakat untuk mencari informasi, bahkan memproduksi sebuah konten. Menurutnya, hadirnya jurnalistik Audiovisutorial merupakan sebuah gagasan untuk mengakomodir seluruh kalangan termasuk disabilitas.
“Audiovisutorial ini merupakan video yang dilengkapi dengan teks. Video jelas ada audionya, tapi belum tentu ada teksnya. Maka Audiovisutorial hadir melengkapi itu. Tujuannya bagi disabilitas yang tidak mampu mendengar suara, dapat melihat gambar dan membaca teksnya”.
Pembicara selanjutnya ialah Priambodo atau akrab disapa Bob. Ia merupakan wartawan senior Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara. Bob memaparkan umumnya penulisan bersifat runut dan runtut. Namun esensi penulisan bukan itu, melainkan pokok pikiran atau isu utamalah yang menjadi sebuah inti dalam sebuah penulisan. Ia pun melatih peserta untuk mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan agar bisa memaksimalkan potensi yang ada dalam diri.
Selepas istirahat siang, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan dari Andi Makmur Makka, Anggota Pembina YDDR. Pria yang telah melahirkan sebanyak lebih dari 70 buku ini menceritakan perjalanannya sebagai seorang penulis. Pria yang menjadi asisten Presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie selama 42 tahun ini menceritakan runtutan panjang lahirnya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Harian Republika hingga kelahiran Dompet Dhuafa yang semuanya linier dengan pergerakan kebangkitan umat islam pada era 1980-an hingga 1990-an awal.
Di sesi Terakhirnya, Anggota Pengawas YDDR, Yayat Supriatna yang juga merupakan wartawan senior harian Republika memaparkan teknik penulisan yang sesuai dengan kaidah jurnalistik. Seluruh peserta yang hadir kemudian dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok kemudian diminta untuk menulis ulang dari artikel yang telah tayang di website Dompet Dhuafa.
Setelahnya, hasil tulisan tersebut dipaparkan oleh peserta yang kemudian langsung di koreksi oleh Yayat. Dengan metode ini, peserta pelatihan dapat langsung memahami kesalahan penulisan yang dilakukan. Sehingga di harapkan penulisan artikel berikutnya dapat sesuai dengan kaidah jurnalistik.