
ASA terwujudnya perdamaian permanen di Gaza antara Hamas dan Israel diharapkan terus berlanjut pada tahap selanjutnya, diteruskan dengan rekonstruksi wilayah itu di bawah pengawasan internasional.
AFP melaorkan, gencatan senjata di Gaza antara Hamas dan Israel dimediasi oleh AS, Mesir dan Qatar sejak diberlakukan sejak 9 Januari lalu akan dilanjutkan untuk tahap kedua.
Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Hamas yang tidak bersedia disebutkan yang mengatakan, Senin (3/2), pihaknya siap memulai pembicaraan tentang rincian tahap kedua gencatan senjata Gaza.
“Hamas telah memberi tahu para mediator dan komunikasi sedang berlangsung dengan para mediator Mesir minggu lalu di Kairo. Kami siap untuk memulai negosiasi untuk tahap kedua,” kata dia.
“Kami meminta para mediator untuk memastikan bahwa Israel mematuhi perjanjian dan tidak menunda,” jelas mereka.
Semetara seorang pejabat kedua mengatakan kelompoknya menunggu para mediator untuk memulai putaran berikutnya.
Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang tahap pertamanya mulai berlaku pada 19 Januari, pembicaraan tidak langsung untuk menuntaskan rincian tahap kedua akan dimulai, Senin.
Tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari berkisar pada pembebasan 33 sandera Israel dengan imbalan sekitar 1.900 tahanan, sebagian besar warga Palestina, yang ditahan di penjara Israel.
Tahap kedua
Sedangkan tahap kedua gencatan senjata diharapkan mencakup pembebasan sandera tersisa dan mencakup diskusi tentang akhir perang yang lebih permanen.
PM Israel Benjamin Netanyahu yang saat ini berada di Washinton mengatakan bakal memulai diskusi tentang tahap kedua dengan utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff pekan ini.
Sementara Kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas,Senin (3/2) mengecam operasi militer Israel di Tepi Barat sebagai tindakan “pembersihan etnis”.
Tindakan tersebut direspons setelah diketahui pasukan Israel telah menewaskan 70 orang di wilayah tersebut sepanjang tahun ini.
Juru Bicara Abbas, Nabil Abu Rudeineh, dalam sebuah pernyataan menyatakan, presiden Palestina mengecam perluasan perang oleh otoritas pendudukan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Dia menekankan, operasi tersebut merupakan bagian dari rencana Israel untuk menggusur warga dan melakukan pembersihan etnis.
“Kami telah mencatat 70 martir di Tepi Barat sejak awal tahun ini, termasuk 10 anak-anak, satu wanita, dan dua orang tua di antara yang tewas,” ungkap Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah.
AFP menyebutkan, mereka dibunuh oleh pasukan pendudukan Israel, 38 orang tewas di Jenin dan 15 di Tubas di utara Tepi Barat dan seorang lagi dilaporkan tewas di Yerusalem Timur yang dianeksasi oleh Israel.
Militer Israel melancarkan serangan besar-besaran di Tepi Barat pada 21 Januari bertujuan untuk membasmi kelompok bersenjata Palestina di wilayah Jenin.
“Kami menuntut campur tangan pemerintah AS sebelum terlambat, untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat dan tanah kami,” kata Rudeineh kepada kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Pernyataan ini disampaikan bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Washington.
Pada Minggu, militer Israel melaporkan bahwa lebih dari 50 orang dari kelompok bersenjata telah tewas selama operasi yang dimulai pada 21 Januari dan dalam serangan udara yang dilakukan pada minggu sebelumnya.
Diperpanjang sampai 18 Feb.
Sementara AS pada Minggu (26/1) mengumumkan bahwa kesepakatan antara Israel dan Hizbullah di Lebanon diperpanjang hingga 18 Februari.
Meskipun AS tidak secara eksplisit menyebutnya sebagai gencatan senjata, pernyataan tersebut muncul akibat Israel melewatkan tenggat waktu menarik pasukannya.
Konflik antara Hamas dan Israel kali ini bermula dari serangan kilat Hamas ke wilayah Israel pada 7 Okt. 2023 menewaskan sekitar 1.200 prang dan menyendera 250-warga dan beberapa prajurit perempuan Israel.
Israel membalas dengan membombardir Gaza sehari kemudin (8 O)kt.), menewaskan 47.000 warga Palestina dan Hamas serta melukai lebih 100 ribu warga, menghancurkan 80 persen prasarana dan sarana umum di Gaza termasuk sekolah, RS dan masjid.
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza relatif berjalan lancar termasuk tukar-menukar sandera dan tawanan serta konvoi bantuan kemanusiaan, namun Israel mengalaihkan aksi bombardemen ke wilayah Tepi Barat.
Belum ada yang bisa menjamin, perdamaian di Tmur Tengah antara Israel dan Palestina bisa terwujud sepenunya (AFP/ns)