Hampir 10 juta warga Gen Z nganggur

Ilustrasi antrean pencari kerja (Foto: Ist)

PENCIPTAAN lapangan kerja menjadi “PR” bagi pemerintahan baru   Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang akan dilantik 20 Oktober nanti megingat tingginya angka pengangguran terutama di kalangan Gen Z.

Dari sekitar 149,38 juta angkatan kerja di Indonesia berdasarkan catatan BPS Februari 2024, hampir 9,89 juta penduduk berusia 15-24 tahun yang disebut generasi Z yang sedang tidak bekerja, tidak sekolah atau tidak mengikuti pelatihan  (Not Employment, Education, or Training – NEET)  menganggur.

Secara rinci, dari 44,47 juta penduduk berusia 15-24 tahun pada Agustus 2023 sekitar 22,5 persen atau 9,89 juta masuk dalam kategori NEET.

Angka NEET di perkotaan lebih tinggi yakni 5,23 juta orang dibandingkan 4,65 juta orang di pedesaan, sedangkan dari sisi gender, perempuan lebih tinggi (5,72 juta) dan laki-laki 4,16 juta.

NEET kerap diartikan sebagai pengangguran, walau faktanya berbeda dengan pengangguran secara umum yakni penduduk di usia kerja atau angkatan kerja yang tidak semuanya terserap di pasar kerja.

BPS mencatat untuk pengangguran secara umum, masih ada sebanyak 7,2 juta orang per Februari 2024 atau turun 790 ribu orang dibandingkan dengan Februari 2023.

Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia mencapai 214 juta orang, 149,38 juta orang tercatat di usia angkatan kerja, namun yang terserap atau bekerja hanya 142,18 juta orang sehingga sisanya menganggur.

Penganggur selain penyia-nyiaan SDM yang tersedia, juga berpotensi meningkatkan nilai tambah negatif lain terutama memicu kasus-kasus kriminal, KDRT dan meningkatnya angka perceraian.

PHK naik

Ironisnya, tidak hanya banyaknya usia muda yang menganggur, kini juga banyak terjadi PHK di pabrik-pabrik, dan yang terbaru di pabrik sepatu Bata yang menutup pabriknya di Purwakarta, mengakibatkan  233 karyawan kehilangan pekerjaan.

Ironisnya, berdasarkan data BPS pada Februari 2024, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu penyumbang angka pengangguran terbesar Gen Z di Indonesia.

Namun pengamat sosial Devie Rahmawati mengatakan, tak hanya di Indonesia, tetapi di negara-negara maju seperti China, AS dan sejumlah negara lainnya juga mengalami lonjakan jumlah pengangguran.

Menurut Devie, lima faktor penyebab pengangguran mulai dari pandemi Covid-19, pola asuh orang tua, perilaku gen Z yang agak unik dalam kontek profesionalisme, perubahan industri dan “mismatch” program pendidikan.

Bahkan ada sebuah penelitian meramalkan,  negara AS, China, Rusia, dan Eropa termasuk indonesia bakal kekurangan talenta yang dipersyaratkan untuk memenui lapangan kerja pada 2030.

Bukan pekerjaanya tidak ada, tapi banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan industry karena keahlian yang dimiliki calon pekerja tidak cocok dengan kebutuhan industri. (Kompas.com/ns)

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here