BAGI negara pengimpor minyak bumi termasuk Indonesia, eskalasi konflik di Timur Tengah terutama potensi perang terbuka antara dua kekuatan militer raksasa di kawasan itu yakni Iran dan Israel merupakan bencana.
Betapa tidak, dengan produksi minyak mentah sekitar 600 juta barel per hari (bph) , Indonesia harus mengimpor 840 ribu bph terdiri dari 600 rbu bph BBM dan 240 ribu bph minyak mentah. Jadi, impor minyak mentah dan BBM paling tidak harus dikeluarkan antara 100 sampai 120 juta dollar AS per hari.
Harga minyak WTI AS untuk kontrak November ditutup USD 77,14 per barel, naik 2,76 atau 3,71%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak mentah AS telah naik lebih dari tujuh persen.
Sementara harga minyak mentah AS melonjak lebih dari tiga persen pada perdagangan hari Senin (7/10) saat para pelaku pasar menunggu jadi tidaknya Israel melancarkan serangan balasan tehadap Iran.
Harga minyak mentah melonjak Minggu lalu (6/10) karena munculnya kekhawatiran, Israel menyerang industri minyak Iran sebagai balasan atas serangan ratusan rudal balistik yang dilancarkan oleh Teheran.
Sementara harga minyak Western Texas Intermediate (WTI) melonjak 9,09 persen Minggu lalu, membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak Maret 2023, sedangkan harga minyak acuan global yaitu Brent melonjak 8,43 persen untuk kenaikan mingguan terbesar sejak Januari 2023.
Mengutip CNBC, Selasa (8/10), berikut adalah harga energi penutupan perdagangan sehari sebelumnya (Senin,7/10).
Harga minyak WTI AS untuk kontrak November ditutup USD 77,14 per barel, naik 2,76 atau 3,71 persen Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak mentah AS telah naik lebih dari tujuh persen.
Harga minyak Brent untuk kontrak Desember dipatok USD 80,93 per barel, naik USD 2,88 atau 3,69 persen. Sepanjang tahun ini, harga minyak patokan global tersebut naik sekitar lima persen.
Harga bensin untuk kontrak November ditutup USD 2,1538 per galon, naik 2,77 persen. Tahun ini harga bensin telah naik lebih dari dua persen.
Sedangkan untuk harga gas alam kontrak November sebesar 2.746 dollar AS per seribu kaki kubik, turun 3,78 persen.
Larangan Joe Biden
Presiden AS Joe Biden pada hari Jumat melarang Israel menyerang fasilitas minyak Iran, setelah harga melonjak sekitar lima persen sehari sebelumnya ketika ia menyatakan, AS sedang membahas kemungkinan serangan itu.
Namun kemudian Joe Biden juga mengatakan menentang Israel menyerang fasilitas nuklir Iran, sehingga Kepala analis komoditas global RBC Capital Markets Helima Croft mengaku masih belum jelas bentuk pembalasan Israel.
Menurut Croft, dampaknya terhadap pasar minyak akan signifikan jika Israel menyerang Pulau Kharg yang berkontribusi bagi 90% ekspor minyak mentah Iran.
“Kita benar-benar harus melihat apa yang bakal diserang Israel, lalu seperti apa mekanisme respons Iran,” kata Croft kepada “Worldwide Exchange” CNBC pada hari Senin.
“Namun, yang pasti kita belum pernah sedekat ini dengan perang regional dalam waktu lama, ” ujarnya seraya menambahkan, pasar saat ini hanya memperkirakan kemungkinan Israel menyerang fasilitas minyak Iran, tetapi itu bukanlah skenario terburuk, kata Alan Gelder, wakil presiden pasar minyak di Wood Mackenzie, kepada “Squawk Box Europe” CNBC.
Skenario terburuk adalah gangguan di Selat Hormuz, yang dilalui 20% ekspor minyak mentah dunia, kata Gelder. Iran mungkin menargetkan selat itu sebagai respons terhadap serangan Israel, yang akan memiliki efek yang jauh lebih dramatis pada harga minyak mentah.
Dunia termasuk Indonesia sedang menanti dengan harap-harap cemas apa yang bakal terjadi, namun yang jelas agaknya ikat pinggang perlu diketatkan lagi. (AFP/CNBC/ns)