TENTARA Myanmar (tatmadaw) terpaksa merekrut personil baru melalui wajib militer bagi para pemuda dan mengaktifkan kembali para veteran guna mengatasi penurunan jumlah personilnya.
Selain tewas atau cedera di berbagai pertempuran melawan kelompok Aliansi Tiga Persaudaraan dan lima kelompok lainnya yang terbentuk sejak pengambilalihan kekuasaan sipil oleh junta militer pada Februari 2021, sebagian juga akibat desersi.
Tidak diketahui jumlah pasti kekuatan Tatmadaw saat ini, namun menurut Buku Fakta Dinas Intelijen AS (CIA) berkisar antara 150.000 hingga 400.000 personil, sedangkan menurut Institut Perdamaian yang bermakrkas di Washington DC, jumlah yang tewas mencapai 21.000 personil.
Menurut catatan GFP, kekuatan militer Myanmar menempati urutan ke-35 dari 145 negara dan anggaran belanja militernya pada 2024 mencapai 2,7 miliar dollar AS (sekitar Rp42 triliun) atau ranking ke-64 global.
AD Myanmar a.l mengoperasikan sekitar 135 unit tank buatan China (type 59, 69 dan 90) dan 60-an unit tank T-55 dan T-72 lawas peninggalan Uni Soviet.
AL-nya diperkuat 150 kapal perang, termasuk beberapa fregat dan dua kapal selam eks-Uni Soviet dan India, sedangkan AU-nya didukung 275 unit aneka pesawat tempur buatan China seperti J-7 Chengdu dan JF-17 dan MiG-29 (Soviet) serta sejumlah heli tempur seperti MI-24 (eks-Soviet), yang terbanyak pesawat latih.
Rekrut 60.000 pemuda
Sementara itu junta militer mengumumkan (15/2), akan merekrut 60.000 pemuda dan pemudi untuk menjalani dinas militer di mana angkatan pertama akan dimulai setelah tahun baru Myamar April nanti.
Undang-undang Myanmar mewajibkan pria berusia antara 18 dan 35 tahun serta perempuan berusia 18 – 27 tahun bisa direkrut oleh Tatmadaw untuk masa dinas dua tahun, sementara untuk kategori profesional, pria sampai usia 45 tahun dan perempuan 35 tahun.
Media pemerintah Myanma Alinn mengutip Jubir AD Myanmar, Mayjen Zaw Min melaporkan, ada 14 juta (6,7 juta pria dan 7,7 juta perempuan dari seluruhnya 56 juta penduduk negara itu yang memenuhi kategori untuk mengikuti wajib militer.
Tak pelak, ketetapan junta militer itu menimbulkan kecemasan bagi masyarakat luas, bahkan sebagian sudah merencanakan untuk hengkang dari negeri itu melalui perbatasan darat atau malah ada yang ingin bergabung dengan kelompok perlawanan.
Sebaliknya, kelompok Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang menentang rezim junta menyerukan pada masyarakat untuk mengabaikan peraturan pemerintah bahkan mengajak mereka melibatkan diri dalam aksi revolusi menggulingkan rezim militer itu.
“Makin jelas, rezim junta militer mengalami kekalahan memalukan di seluruh wilayah dan putus asa sehingga memaksa rakyat untuk berperang menjadi perisai hidup melawan sesama rakyat, “ demikian rilis yang disebarkan NUG.
Sejarah mencatat, peralatan tempur secanggih apa pun tidak akan mampu melawan kekuatan rakyat. (AP/ns)