JAKARTA – Sindrom Kelelahan Kronis (CFS) adalah kondisi di mana seseorang terus menerus merasa lelah, mengantuk, kurang termotivasi, dan kurang waspada, bahkan dengan sedikit aktivitas dan istirahat yang cukup.
Menurut Dokter Konsultan Dr. Rekha Sharma dari Klinik RubyHall Wanowrie, seperti dilaporkan oleh Hindustan Times, Minggu (12/5/2024), gejala utama CFS adalah kelelahan yang parah dan tidak hilang meskipun istirahat, serta memburuk dengan aktivitas fisik atau mental.
“Perasaan lelah yang parah dan tidak kunjung hilang adalah gejala utama Sindrom Kelelahan Kronis,” katanya.
Kondisi ini juga dapat disertai dengan disfungsi kognitif dan gangguan fungsi sehari-hari yang berlangsung lebih dari 6 bulan.
Gejala CFS bisa bervariasi dan melemahkan, termasuk kelelahan yang dalam, rasa tidak enak badan setelah beraktivitas, tidur yang tidak nyenyak, dan kesulitan kognitif atau kabut otak.
Penyebab pasti CFS masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga melibatkan faktor-faktor seperti infeksi virus, disfungsi sistem kekebalan tubuh, ketidakseimbangan hormon, dan stres psikologis.
Untuk mengelola CFS, diperlukan pendekatan multidisiplin yang disesuaikan dengan gejala dan kebutuhan individu.
Ini termasuk menghindari aktivitas berlebihan, menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, serta meningkatkan aktivitas secara bertahap tanpa memaksa diri terlalu keras.
Teknik pengurangan stres seperti kewaspadaan, latihan relaksasi, atau terapi juga dapat membantu mengurangi gejala.
Penting juga untuk menjaga jadwal tidur yang konsisten, mengonsumsi makanan bergizi, dan melakukan olahraga berdampak rendah seperti yoga, tai chi, atau jalan kaki untuk meningkatkan stamina dan mengurangi rasa sakit tanpa memperparah gejala.
Terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi latihan bertahap (GET) juga dapat bermanfaat bagi beberapa individu dengan CFS, tetapi efektivitasnya bervariasi dan harus dilakukan dengan hati-hati.
Pada beberapa kasus, obat-obatan mungkin diresepkan untuk mengatasi gejala tertentu seperti nyeri, gangguan tidur, atau depresi, tetapi penggunaannya harus dibicarakan dengan penyedia layanan kesehatan.