Kepak Sayap Diplomasi Arab Saudi

0
109
Pangeran Mohammed bin Salman (kanan) bersama Presiden China Xi Jinping. Arab mulai mengepakkan sayap diplomasinya menjadi juru damai di kawasan dan global.

JIKA negara-negara di Timur Tengah diwarnai konflik, Arab Saudi tampil beda dan akhir-akhir ini gencar mengepakkan sayap diplomasinya meniadi juru damai atau mediator kawasan dan juga di level global.

Baru saja, di Jeddah, 5 dan 6 Agustus lalu, digelar forum pejabat keamanan dan kebijakan luar negeri sebagai upaya mediasi untuk menghentikan Perang Rusia vs Ukraina yang sudah berlangsung sejak invasi Rusia 24 Feb. 2022.

Pertemuan Jeddah yang diikuti 42 perwakilan negara-negara pendukung Rusia dan Ukraina merupakan forum kedua yang diinisiasi Saudi setelah pertemuan di Kopenhagen, Denmark, Juni lalu, walau keduanya belum berhasil membawa kedua negara yang bertikai ke meja perundingan.

Yang sudah berhasil dilakukan Saudi yakni pertukaran tawanan perang terdiri dari 10 milisi asing pendukung Ukraina yang ditangkap pihak Rusia yang merupakan kesepakatan tukar-menukar taanan 300 tahanan Ukraina dan Rusia.

Ke-10 anggota milisi asing berasal dari AS, Inggeris, Kroasia, Maroko dan Swedia itu yang sebagian dihukum mati oleh pihak Rusia bisa dibebaskan berkat kedekatan Putera Mahkota Saudi Pangeran Muhhamed bin Salman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Pembebasan mereka menunjukkan ketangguhan diplomasi Arab Saudi di panggung global dan membuktikan, hanya dialog terbaik yang bisa mengakhiri peperangan , “ ujar Menlu Faisal bin Farhan.

Peran Arab Saudi sebagai mediator adalah bagian perubahan signifikan situasi geo politik di Timur Tengah dalam beberapa bulan terakhir, diawali dibukanya kembali hubungan diplomatik  Saudi dengan Iran dan Qatar, penghentian permusuhan antara Saudi dengan milisi Houthi di Yaman dan diterimanya kembali Suriah di Liga Arab.

Dalam konteks perang Arab – Israel, normalisasi hubungan diplomatik mulai dari Mesir, Jordania, kemudian berturut-turut pada 2020 Bahrain, Sudan, Maroko, Uni Emirat  Arab dengan seteru bebuyutan mereka, Israel menunjukkan situasi menggembirakan di kawasan.

Niat Sejak Lama

Niat Arab Saudi memainkan peran di kancah politik regional dan int’l  sebenarnya sudah lama, tercermin dalam orasi Ketua Pusat Penelitian dan Studi Islam Raja Faisal, Pangeran Turki al-Faisal  di forum Dewan Nasional Saudi – AS pada 2013.

Dalam forum itu, Pangeran Turki yang mantan pimpinan intelijen Saudi menyatakan pihaknya ingin memainkan peran penting di regional dan int’l bersama-sama mengatasi masalah-masalah global dan dalam negeri.

Arab Saudi,ujarnya, meyakini, perdamaian di kawasan dan penyelesaian konflik-konflik yang berlangsung lama harus menjadi fokus int’l dalam dekade berikutnya.

“Perdamaian hanya bisa diwujudkan melalui kerjasama yang dibangun di atas kepercayaan, dialog dan keterlibatan. Itu sebabnya, kami akan memimpin negosiasi dengan berbagai pihak dan negara yang berkonflik, “ ujarnya.

Yang masih alot dan sukar didamaikan hingga kini sejak Kesepakatan Balfaour di awal abad 19 lalu adalah persoalan Palestina yang menyita perhatian dan keterbelahan global.

Makin banyak negara yang menginginkan perdamaian, terlebih menjadi mediator, tentu akan mendorong terciptanya dunia yang damai. (AFP/Reuters/ns)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">