Ketegangan China dan LCS terus berlanjut

Filipina mencemaskan kehadiran kapal-kapal penjaga pantai China (CCG) brukuran besar di wilayah yang dipersengketakan di perairan Laut China Selatan.

GARDA Pantai Filipina (PCG) menuduh China menempatkan kapal penjaga pantai berukuran besar di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) salah satu negara anggota ASEAN itu di perairan Laut China Selatan (LCS).

Jubir PCG Jay Tarriela, ahir pekan lalu menyebutkan, pihaknya merasa terintimidasi leh kehadiran kapal-kapal penjaga pantai China berukuran Panjang lunas 165 meter di sepanjang 200 mil laut di kawasan ZEE Filipina pada 2 Juli lalu.

“Ini merupakan intimidasi dari pihak China,” kata Tarriela seraya menambahkan, pihaknya tidak akan mundur, ” ujarnya.

Sementara Kantor berita Reuters melaporkan, Kedubes China di Manila dan Kemenlu China tidak segera menanggapi permintaan komentar dari mereka, apalagi Garda Pantai China tidak memiliki informasi kontak yang tersedia untuk umum.

Kapal China yang juga memobilisasi perahu-perahu kecil, menurut Reuters, berlabuh 800 yard atau sekitar 730 meter dari kapal PCG, sedangkan Mei lalu, PCG mengirimkan sebuah kapal ke perairan dangkal Sabina untuk mencegah reklamasi  yang dilakukannya, namun China membantah klaim tersebut.

Beijing telah melakukan reklamasi lahan secara besar-besaran di beberapa pulau di LCS, membangun kekuatan udara dan fasilitas militer lainnya sehingga menimbulkan kekhawatiran Washington dan kawasan sekitarnya.

China mengeklaim sebagian besar Laut China Selatan, jalur utama perdagangan kapal tahunan senilai 3 triliun dollar AS (Rp 48,78 kuadriliun), sebagai wilayahnya.

Beijing menolak keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen yang bermarkas di Den Haag pada 2016 yang menyatakan, klaim maritim mereka yang luas tidak memiliki dasar hukum.

Setelah dialog tingkat tinggi, Filipina dan China pada Selasa (2/7) sepakat mengenai perlunya “memulihkan kepercayaan” dan “membangun kembali kepercayaan” untuk mengelola sengketa maritim dengan lebih baik.

Filipina menolak tawaran AS, sekutu mereka, untuk ikut serta dalam operasi di LCS yang sedang memanas sebagai buntut ketegangan Manila dengan China terkait jalur misi pasokan ke pasukan Filipina di perairan dangkal yang menjadi sengketa.

China mengklaim 90 persen perairan LCS yang luasnya sekitar 3,3 juta KM2 yang masuk dalam sembilan garis putus-putus (nine-dashline) dan mengangap wilayah tradisional nelayannya sampa ke perairan Natuna utara.

Di LCS China memiliki klaim yang tumpang tindih sehingga berpotensi memicu konflik dengan Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia dan  Vietnam.

Menghadapi ancaman kekuatan laut China yang memiliki sekitar 600 kapal militer berbagai jenis termasuk tiga kapal induk dan puluhan kapal selam yang sebagian bertenaga nuklir membuat Filipina merasa terancam.

Tak pelak lagi, ketegangan di LCS memicu pembentukan aliansi militer trilateral seperti AUKUS antara Australia, Innggeris dan China serta antara AS, Jepang dan Filipina. (Reuters/ns)

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here