LAPORAN editorial di surat kabar selalu menyampaikan isu harian dari sisi pendapat mereka tentang isu utama yang mereka angkat, dan sangat mungkin akan berpihak pada otoritas tertentu. Artikel tersebut dapat memainkan peran penting dalam membentuk opini publik, dan sudah sewajarnyalah harus tunduk pada azas keadilan.
Editorial terlihat tidak imbang ketika menanggapi soal pemberontakan yang terjadi di seluruh Palestina, ketika muncul di The Boston Globe, Los Angeles Times, The New York Times dan The Washington Post.
Artikel di editorial itu sangat jelas mereka mengkhawatirkan masa depan Israel, namun menyampingkan masa depan rakyat Palestina.
Sebagai contoh, Globe sangat khawatir bahwa “tumbuh rasa putus asa dari kalangan Israel karena kalangan pemuda Palestina terus mengancam masa depan Israel. Editorial ini jelas tidak menganggap “keputusasaan di kalangan pemuda Palestina, atau tidak menganggap perjuangan untuk kemerdekaan bukan sebagai hak pribadi. Sebaliknya, apa yang dilakukan Pemuda Palestinasebagai Pengganggu dan merugikan Israel.
Demikian pula, Los Angeles Times , 20 Oktober 2015 lalu, editorialnya dibuka dengan kalimat, “Sepekan, Israel diteror serangan menakutkan yang dilakukan secara acak.”
Padahal 19 hari menjelang editorial itu ditulis, OCHA (Badan PBB untuk koordinasi bantuan kemanusiaan) melaporkan bahwa 43 warga Palestina tewas dan 5.100 terluka dalam intifadah memperjuangan kemerdekaannya, dibandingkan dengan jumlah tewas dari pihak Israel yang hanya tujuh orang dan 70 terluka. Tapi koran terkemuka dari kota besar di Amerika Serikat tidak merasa sama sekali bahwa sesungguhnya orang-orang Palestinalah yang sebenarnya merasa diteror.
Sementara The New York Times dalam editorial pada tanggal 15 Oktober menyatakan bahwa “Israel memiliki hak untuk membela warga negaranya”, namun sebaliknya ia tidak menganggap warga Palestina tidak memiliki hak tersebut.
Apa warga Palestina yang setiap hari menghadapi berbagai bentuk kekerasan sangat rendah prioritasnya sehingga tidak perlu disebutkan dalam editorial itu. Oleh sebab itu, artikel ini seakan menyuruh warga Palestina tunduk saja pada kebrutalan Israel seperti yang ditampilkan pada hari-hari sebelum editorial diterbitkan.
Kebrutalan seperti pasukan Israel menewaskan sembilan warga sipil Palestina di Gaza, salah satu dari mereka anak-anak; angkatan udara Israel meluncurkan rudal seolah-olah di lokasi pelatihan militer di selatan Kota Gaza itu menembak mereka, Pasukan Israel juga membunuh seorang wanita hamil, 26 tahun dan putrinya 3 tahun; delapan serangan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina pada tanggal 6, 12 dan 29 Oktober, selama seminggu sebelumnya.
Menyalahkan
Sementara itu, empat paragraf pertama editorial The Washington Post yang dikhususkan untuk menggambarkan kekerasan dan menyalahkan kekerasan yang dilakukan warga Palestina. Tujuh kalimat di dalamnya fokus untuk mendorong menghentikan kekerasan oleh Palestina terhadap Israel dan tidak ada anjuran Israel menghentikan kebrutalannya.
Selanjutnya, tidak ada editorial yang memberi ruang kepada pembaca untuk memahami konteks yang diperlukan untuk mendamaikan Israel dan Palestina.
Untuk memahami peristiwa di musim gugur ini, perlu untuk memiliki rasa yang mempertimbangkan nasib jangka panjang warga Palestina. Ekspansi tak berujung oleh Yahudi Israel yang membangun pemukiman di tanah Palestina yang diduduki di Tepi Barat adalah salah satu faktor yang tidak disebutkan dalam editorial oleh media massa barat.
Sekarang, setidaknya ada 600.000 pemukim Israel di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Pembangunan dan perluasan permukiman Israel melanggar hukum internasional: Konvensi Jenewa Keempat yang melarang penguasaan dan pendudukan terhadap lahan masyarakat yang dikuasai sipil.
Juga tidak ada dalam tulisan di editorial media massa barat ini adalah penyebutan pembongkaran yang dilakukan Israel terhadap-hadap rumah-rumah warga Palestina. Pada tahun 2014 saja, praktek pembongkaran paksa rumah-rumah warga Palestina terjadi sebanyak 1.177 kali, di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Lebih dari 500 orang telah mengungsi sampai tahun 2015.
Amerika Mendiamkan
Penghancuran rumah-rumah warga Palestina adalah bagian penting dari dinamika baru yang dimainkan Israel, namun editorial media barat gagal menginformasikan kepada pembacanya tentang ini.
Israel telah bereaksi keras terhadap protes warga Palestina dengan mencoba menghancurkan rumah-rumah mereka dan menangkap anak-anak di bawah umur secara sewenang-wenang, menahan aktivis tanpa biaya atau masa percobaan dan menangkap anggota keluarga aktivis itu.
Pengembangan pemukiman ilegal, pembongkaran rumah dan represi kekerasan terhadap pengunjuk rasa adalah makanan sehari-hari yang dirasakan warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza. Menghadap ini semua media barat melakukan pembiaran yang ditutupi dengan kebohongan besar.
Kelemahan lain dari editorial media barat ini adalah: solusi yang mereka tawarkan. Dia meminta Israel dan Palestina berunding untuk damai.
Presiden Mahmoud Abbas dari PA tidak memiliki mandat demokratis dan ia tidak dapat secara sah mengklaim mewakili rakyat Palestina. Media barat tahu ini sehingga ia menulis bahwa Abbas telah menjadi tidak relevan dan mencatat bahwa ia harus tetap di kantor selama enam tahun setelah masa jabatannya berakhir.
Dalam paragraf berikutnya, artikel ini menunjukkan bahwa AS dan beberapa pemerintah lainnya harus mencoba untuk menghentikan kekerasan saat ini dengan intervensi yang menenangkan.
Argumen serupa juga dibuat oleh Globe dan Los Angeles Times. Hal ini dinilai tidak masuk akal, karena yang menjadi sponsornya adalah Israel, sementara AS adalah pihak yang terlibat konflik dan tidak mungkin menjadi wasit yang netral.
Penguasa Amerika dan industri senjata yang mereka miliki, mempunyai kepentingan dalam rezim Israel dari pada membincangkan penjajahan dan apartheid. Tidak ada alasan apapun untuk berpikir bahwa kebijakan ini telah berubah secara signifikan.
Ini contoh baru dalam penanganan pemberontakan yang panjang dan maaf, dari liputan media AS tentang Palestina terlihat sekali bahwa media Amerika tidak hanya melaporkan berita. Sebaliknya, mereka ikut berperan aktif dalam penentuan kebijakan elite kekuasaan negara.
Dengan menyesatkan pembaca mereka, surat kabar di Amerika Serikat ini telah membantu penguasanya untuk menindas warga Palestina.
Ditulis oleh : Dr Greg Shupak (Seorang penulis dan aktivis yang mengajar studi media di Universitas Guelph. Dia tinggal di Toronto).