JAKARTA, KBKNews.id — Emiten pengelola restoran cepat saji KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan langkah-langkah efisiensi yang signifikan pada tahun 2025. Perusahaan terpaksa menutup sejumlah gerai dan merumahkan ratusan karyawannya di tengah tantangan ekonomi dan tekanan pasar yang berkelanjutan.
Data terbaru menunjukkan perusahaan masih berjuang mengatasi kerugian yang membebani kinerja keuangannya seperti dilansir dari Antaranews, Kamis (2/10/2025).
Keputusan berat ini diambil sebagai respons terhadap kinerja perusahaan yang masih merugi hingga paruh pertama tahun 2025. Hingga September 2025, FAST dilaporkan telah menutup 19 gerai KFC. Penutupan operasional gerai-gerai tersebut, yang dinilai tidak lagi memiliki potensi pasar yang kuat, langsung berimbas pada kondisi tenaga kerja perusahaan.
Sebagai konsekuensi dari penutupan gerai tersebut, PT Fast Food Indonesia Tbk juga mengonfirmasi telah melakukan PHK terhadap sekitar 400 karyawan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk menekan beban operasional dan menyesuaikan jumlah karyawan dengan skala bisnis yang ada.
Menurut laporan yang beredar, hingga semester I 2025, FAST masih membukukan kerugian bersih sebesar Rp 138,75 miliar. Meskipun angka kerugian ini menyusut dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hasil ini tetap memaksa manajemen mengambil tindakan tegas. Peningkatan total liabilitas atau utang perusahaan yang mencapai Rp 3,97 triliun pada semester I 2025 juga menambah tekanan finansial.
Manajemen PT Fast Food Indonesia Tbk mengakui bahwa mereka masih menghadapi tantangan yang sangat berat dalam beberapa tahun terakhir. Faktor-faktor eksternal seperti pemulihan usaha yang belum maksimal pasca-pandemi COVID-19, sentimen boikot yang merebak antara tahun 2023–2024, hingga penurunan daya beli masyarakat pada 2025 secara kolektif menekan transaksi penjualan.
Salah satu sumber dari internal perusahaan menyatakan bahwa langkah penutupan dan PHK dilakukan untuk menjamin keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. “Sampai bulan September 2025 kita sudah menutup 19 gerai,” ujar salah seorang perwakilan perusahaan. Ia menambahkan bahwa penutupan tidak selalu bersifat permanen, karena beberapa restoran berpotensi direlokasi ke daerah lain yang dinilai memiliki potensi pasar yang lebih menjanjikan.
Namun, di tengah kesulitan ini, total aset KFC Indonesia justru tercatat mengalami kenaikan tipis di semester I 2025 menjadi Rp 4,10 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa meski operasional tertekan, perusahaan masih memiliki fondasi aset yang cukup untuk terus berupaya bangkit. Pihak perusahaan pun diharapkan dapat merumuskan strategi mitigasi yang lebih efektif di tengah sentimen pasar yang terus berubah.
Melihat tekanan yang ada, para analis pasar memandang bahwa PT Fast Food Indonesia Tbk perlu merancang ulang strategi bisnis dan marketing secara komprehensif. Ke depan, perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi produk dan layanan, serta penguatan citra merek agar dapat bersaing lebih baik dengan kompetitor dan membalikkan kerugian yang terjadi, sehingga dapat mengakhiri siklus penutupan gerai dan PHK.