Komunitas Juru Selamat

0
88
Yudi Latif

Saudaraku, perjalanan menyusuri kota-kota kecil di Jawa memberi sedikit penghiburan. Tatkala pusat kekuasaan mengalami gerhana matahati yang menggelapkan harapan, kutemukan secercah sinar di jantung komunitas.

Di sudut-sudut kota yang jauh dari jangkauan pemerintah pusat, di desa-desa yang namanya tak pernah disebut dlm pidato, kehidupan tetap berjalan. Bukan karena negara berdiri tegak di belakang mereka, tapi karena tenunan serat-serat tipis yang saling menguatkan. Ketika kebijakan tak turun tepat waktu, dan janji-janji pemimpin sekadar gema di udara, komunitas menjadi sandaran terakhir.

Komunitas menjadi benteng pertahanan saat sistem politik tak lagi ramah. Di sini, rasa kemanusiaan tak butuh peraturan atau prosedur. Ia tumbuh dari hal-hal sederhana—sesuap nasi yang dibagi di tengah kelaparan, iuran kecil untuk tetangga yang sakit, tenaga sukarela yang bergerak saat bencana, kegiatan seni-budaya yang dihidupi secara swadaya.

Di komunitas tak ada hierarki, tak ada birokrasi yang mengulur waktu. Tak ada janji manis yang berhenti di kertas. Hanya ada tindakan nyata, di mana masalah tak dibiarkan jadi beban pribadi. Kesulitan dibagi, luka-luka dirawat bersama. Mereka paham, jika menunggu negara bergerak, banyak yang akan terlanjur jatuh.

Negara mungkin punya kekuasaan, tapi komunitas memiliki hati. Di saat sistem melambat atau bahkan berhenti, mereka bergerak tanpa menunggu aba-aba. Mereka mengerti, kadang yang menyelamatkan bukanlah keputusan dari atas, melainkan uluran tangan dari samping.

Kekuatan Indonesia tak terletak di podium megah atau rapat yang bertele-tele. Ia tumbuh di lorong-lorong sempit yang ramai suara gotong royong. Ia mengalir di hati mereka yang tahu, jika negara tak hadir, kita tetap hrs bertahan—karena menyerah bukan pilihan, dan bersama selalu lebih kuat daripada sendiri.

Negara bisa saja lalai, tapi tidak dengan mereka yang percaya bahwa kekuatan terbesar bukan di balik meja keputusan, tetapi di pelataran kehidupan, di mana orang-orang biasa menjadi luar biasa karena kebersamaan.

Saat pemerintahan tambun lamban bergerak, komunitas-lah yang berlari. Karena di sanalah, di pundak rakyat biasa, Indonesia bertahan dan melawan.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here