#MariMembantu Norisman Tebus Ijazah

0
550
Norisman, belum tebus ijazah.

norismanCARINGIN – Surat bertanggal 29 Maret 2016 itu masih disimpan oleh pasangan suami-isteri, Sofian, 49 tahun dan Partini, 49 tahun. Surat itu adalah surat tagihan uang ujian dan tunggakan SPP dari Norisman, Anak kedua dari pasangan tersebut. Nilainya sekitar Rp2.090.000.

Norisman sekolah di SMK Asy-Syukur, Cijeruk. Ia mengambil Jurusan Akutansi dan ia sudah dinyatakan lulus. Ia kemarin mendapat dispensasi untuk ikut ujian akhir nasional, meski belum membayar uang ujian sebesar Rp1.500.000. Hanya saja ijazahnya terpaksa ditahan, karena belum melunasi dari seluruh tagihan sekolah tersebut.

“Kami bersyukur masih diberi kesempatan ujian, coba kalau nggak bayar uang ujian terus ngga bisa ujian tentu ia tidak akan punya ijazah. Sekarang sudah lulus tinggal lagi menebus ijazah,” ungkap Sofian kepada KBK.

Sofian sendiri memiliki anak 4 orang, yang pertama sudah menikah dan punya anak satu, yang kedua Norisman dan kembar, sementara kembaran Norisman tinggal bersama budenya di Jawa Tengah dan yang terakhir Andi masih duduk di kelas 1 SMK di Caringin.

Sofian mengaku tidak mampu menebus ijazah Norisman karena bersamaan dengan Norisman tamat, adiknya Andi juga masuk SMK, jadi Norisman mengalah, untungnya pihak sekolah mengerti dan masih memberikan kesempatan kepada Norisman untuk ikut ujian akhir.

Sofian sudah 12 tahun tinggal di Kampung Lengis, RT.003/005, Desa Warung Menteng, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Ia menumpang tinggal di sebuah tanah kosong milik salah seorang warga Bandung. Ia diizinkan tinggal di sana sembari menjaga dan merawat tanah itu.

Awal-awalnya, kedua pasang suami isteri ini masih kuat untuk mengelola tanah yang luas itu. Mereka bercocok tanam di sana, hasilnya dapat untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari. Namun 3 tahun belakangan Sofian didera penyakit paru-paru, ia sempat minum obat 8 bulan dan kontrol rutin ke Puskesmas terdekat. Sementara isterinya sampai sekarang menderita penyakit gula, dan diobati secara tradisi saja.

Sementara itu untuk mengelola tanah 2,5 hektar, selain butuh modal besar, juga butuh tenaga ekstra. Sementara yang punya tanah tidak memberikan modal apapun selain mengizinkan tinggal dan mengelola tanah di sana secara cuma-cuma serta mempersilahkan mengambil hasilnya.

Jadi saat ini, Sofian mengelola tanah itu sekedar ia mampu saja, seperti untuk menanam singkong dan cabe rawit. Ia pun mencoaba berternak kambing, tapi tangannya tidak dingin untuk berternak kambing itu.

“Kambing yang kami ternak, sering mati mendadak. Akhirnya kami putuskan tidak lagi berternak kambing, kini kami mencoba beternak itik. Mudah-mudahan berhasil,” harapnya.

Untuk kebutuhan sehari-hari, dengan kehidupan yang sederhana Sofian masih bisa mengatasi dengan hasil ia bertani seadanya dan bantuan dari anak pertamanya yang sudah berkerluarga.

Norisman anak lekakinya yang  menjadi harapannya dan seharusnya sudah berkerja, malah terhalang, karena belum memiliki ijazah.

Namun untuk menebus ijazah Norisman, sampai saat ini, Sofian masih jauh dari harapan, apalagi Sofian baru saja habis-habisan karena biaya persalinan cucu pertamanya dan membayar uang sekolah si bungsu yang baru duduk di SMK.

Peduli dengan Sofian?, #MariMembantu menebus ijazah Norisman.

Advertisement div class="td-visible-desktop">