Menderita Kanker Otak dan Getah Bening, Gadis Miskin ini Butuh Bantuan

0
242
Ilustrasi/ Antara

BOGOR – Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan keluarga miskin di Desa Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Badriah (16), menderita kanker otak dan getah bening dan membutuhkan uluran tangan untuk pengobatannya di rumah sakit.

Dilansir Antara, Senin (24/10/2016), relawan Bogor Barat, Desi Supriharti mengungkapkan jika kemiskinan membuat Badriah kesulitan membiayai pengobatannya. “Keluarga Badriah butuh biaya untuk pulang dan pergi ke rumah sakit,” kata Desi.

Jaelani (49) sang ayah hanya bekerja sebagai buruh serabutan dan Aisah (46), dan mereka berlima sehari-hari tinggal di rumah kecil berdindingkan bambu yang hanya memiliki satu kamar untuk lima jiwa.

Desi menambahkan jika kini edua mata Badriah sudah mengalami kebutaan dan membutuhkan penanganan dokter segera, namun terkendala biaya untuk pengobatan.”Badriah diketahui menderita kanker otak dan getah bening sejak 2015,” katanya.

Meski Badriah memiliki kartu Jaminan Kesehatan Nasional dari BPJS Kesehatan, namun ia sebagai peserta mandiri, bukan penerima bantuan iuran atau PBI yang biaya ditanggung pemerintah.

“Badriah tercatat sebagai peserta mandiri, bukan PBI. Padahal mereka dari keluarga miskin, tetapi pihak desa yang mengurus BPJS membuatnya sebagai peserta mandiri,” kata Desi.

Kini Badriah, bersama Relawan Bogor Barat mengupayakan adanya bantuan dana untuk biaya pengobatannya. Rencananya, gadis tersebut akan dirujuk ke RSUD Cibinong.

Desi menyebutkan, Kecamatan Tenjo berbatasan dengan Tanggerang. Akses untuk ke RSUD Cibinong yang notabenen ibu kota pemerintahan Kabupaten Bogor cukup jauh untuk ditempuh kendaraan pribadi maupun umum.

“Butuh dua jam perjalanan dari Tenjo ke Cibinong. Ke Tanggerang juga sama jauhnya, makanya kami memilih membawanya ke RSUD Cibinong,” kata Desi.

Menurutnya, di Tenjo banyak ditemukan kasus keluarga miskin yang kesulitan mendapatkan perawatan kesehatan. Selain akses yang cukup jauh dari pusat pemerintahan, juga banyak keluarga yang hidup di garis kemiskinan.

“Kami kerap menemukan kasus-kasus warga miskin yang sulit mendapatkan layanan kesehatan, seperti bayi kurang gizi yang paling banyak di Tenjo,” katanya.

Advertisement div class="td-visible-desktop">