PENYAKIT cacar monyet (Mpox) varian baru ditemukan di Amerika Serikat, sementara di China, mutasi baru virus yang ditularkan dari hewan itu (zoonosist) juga terdeteksi.
Departemen Kesehatan New York seperti dikutip detikhealth (17/2) mengonfirmasi tiga kasus pertama strain Mpox baru, sehingga otomatis memicu kekhawatiran pubik meuasnya paparan mpox namun menlak mmberikan informasi lebih jauh tentang kasus tersebut.
Sedangkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut tiga kasus tersebut teridentifikasi di California, Georgia, dan New Hampshire. Setelah dilakukan pelacakan, ketiganya disimpulkan tidak berkaitan erat, masing-masing memiliki sumber penularan berbeda.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global untuk kedua kalinya, teranyar pada Agustus 2024, sebagai respons infeksi virus di Republik Demokratik Kongo yang telah menyebar ke negara-negara tetangga.
Mpox varian baru sedikitnya sudah ditemukan di beberapa negara luar Afrika termasuk Jerman, Swedia, Pakistan, Thailand, hingga Filipina dengan gejala demam, nyeri tubuh, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam yang membentuk lepuh, memiliki dua subtipe utama, klade 1b an klade 2b.
Otoritas Kesehatan China mendeteksi strain Mpox clade Ib yang bermutasi baru saat infeksi virus tersebut menyebar ke lebih banyak negara.
Sementara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mengatakan telah menemukan klaster subclade Ib, diawali dengan infeksi seorang warga negara asing yang memiliki riwayat perjalanan dan tinggal di Republik Demokratik Kongo.
Empat kasus lebih lanjut telah ditemukan pada orang yang terinfeksi setelah kontak dekat dengan orang asing tersebut. Gejala yang dialami pasien bersifat ringan dan meliputi ruam kulit dan lepuh.
Melalui kontak dekat
Mpox menyebar melalui kontak dekat dan menyebabkan gejala mirip flu serta lesi berisi nanah pada tubuh. Meskipun biasanya ringan, penyakit ini dapat berakibat fatal, namun jarang terjadi.
Pada Agustus tahun lalu, WHO menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global untuk kedua kalinya dalam dua tahun, menyusul wabah di Republik Demokratik Kongo yang menyebar ke negara-negara tetangga.
Wabah di RD Kongo diawali dengan penyebaran strain endemik, yang dikenal sebagai clade I. Namun, strain clade Ib tampaknya menyebar lebih mudah melalui kontak dekat rutin, termasuk hubungan seksual.
Varian tersebut telah menyebar dari RD Kongo ke negara-negara tetangga, termasuk Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, yang memicu deklarasi darurat dari WHO.
China mengatakan pada Agustus tahun lalu pihaknya akan memantau orang dan barang yang memasuki negara itu untuk Mpox.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan, Mpox akan dikelola sebagai penyakit menular Kategori B, yang memungkinkan pejabat untuk mengambil tindakan darurat seperti membatasi pertemuan, menangguhkan pekerjaan dan sekolah, serta menutup area ketika terjadi wabah penyakit.
Sementara Dirjen (WHO) Adhanom Ghebreyesus telah menetapkan dan mendeklarasikan penyakit cacar monyet sebagai darurat kesehatan dunia pada 14 Agustus 2024.
Kementerian Kesehatan RI mencatat ada 88 kasus cacar monyet di Indonesia sejak tahun 2022 hingga 2024 dan sejak diumumkannya cacar monyet sebagai darurat kesehatan global hingga artikel ini ditulis, terdapat 15 kasus suspek baru, 10 di antaranya dinyatakan negatif, sedangkan lima lainnya masih dalam proses.
Cacar monyet adalah penyakit infeksi akibat Monkeypox virus (MPXV) yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus, bagian famili Poxviridae yang mirip dengan virus penyebab smallpox. ditularkan melaui hewan (zoonosis) dengan gejalanya lebih ringan.
Monkeypox merupakan penyakit langka yang pertama kali ditemukan tahun 1958 di Denmark ketika dua wabah penyakit seperti cacar terjadi pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian.
Kasus cacar monyet pertama pada manusia diketahui terjadi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, Afrika Tengah, selama periode upaya intensif untuk menghilangkan cacar.
Waspada dan deteksi keluar masuk orang dari wilayah terpapar perlu dilakukan lebih intesif. (detikhealth/ns)