JAKARTA, KBKNews.id – Program bantuan kemanusiaan yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih menghadapi kendala besar, meskipun Israel menangguhkan sementara skema bantuan baru untuk Gaza. Hal ini disampaikan oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Kamis (5/6/2025).
Menurut OCHA, bantuan terus mengalir dari sisi Israel melalui perlintasan Kerem Shalom—satu-satunya titik masuk yang diizinkan Israel bagi PBB. Namun, akses ke wilayah Gaza sangat terbatas.
“Hari ini (Kamis), hanya 20-an truk bermuatan pasokan, sebagian besar bantuan makanan serta beberapa pasokan kesehatan, yang dikirim ke sisi Israel Kerem Shalom, jumlah yang mencerminkan batas yang diberlakukan oleh otoritas Israel,” kata OCHA.
Belum diketahui secara pasti berapa banyak dari truk-truk tersebut yang berhasil masuk ke Gaza dan mendistribusikan bantuan melalui sistem PBB.
Sementara itu, Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang dikelola Amerika Serikat mengirimkan bantuan ke pusat-pusat distribusi yang dimiliterisasi dan letaknya jauh dari permukiman warga.
Model ini berbeda dengan sistem PBB yang telah terbukti efektif dan lebih aman karena memecah titik distribusi ke berbagai lokasi dekat warga, sehingga mencegah kerumunan besar.
Beberapa insiden tragis terjadi di lokasi distribusi bantuan GHF, di mana sejumlah warga Palestina dilaporkan tewas saat berebut bantuan.
Setelah lebih dari 80 hari blokade total, OCHA menyebut situasi kemanusiaan di Gaza memburuk drastis. Warga kini menghadapi kelaparan dan kekurangan kebutuhan pokok.
“Hal ini menuntut pembukaan segera semua perlintasan dan memungkinkan akses tanpa hambatan bagi sejumlah organisasi kemanusiaan untuk memberikan bantuan dalam skala besar, melalui berbagai rute, dan ke semua daerah di mana orang-orang membutuhkan bantuan,” ujar OCHA.
Lebih dari 90 persen keluarga di Gaza tidak lagi memiliki uang tunai untuk membeli makanan. Bahan pangan seperti daging, susu, buah, dan sayur langka, sementara telur kembali menghilang dari pasar.
Upaya koordinasi PBB dengan otoritas Israel untuk mengirim bantuan juga terhambat. Dari 16 permintaan pada Rabu (4/6/2025), lima ditolak, termasuk pengiriman air, bantuan gizi, dan pemindahan stok bahan bakar.
Enam misi gagal karena hambatan di lapangan atau batal karena alasan keamanan. Hanya lima misi yang berhasil, namun semuanya berupa pelayanan seperti pemeriksaan malnutrisi anak dan asesmen medis—bukan distribusi logistik.
“Pekan ini, para mitra yang bekerja di bidang ketahanan pangan melaporkan bahwa 14 mitra, di antaranya hanya mendistribusikan sedikit di atas 250.000 makanan setiap harinya,” ungkap OCHA.
OCHA menambahkan, “Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan 1 juta makanan yang didistribusikan setiap hari pada akhir April lalu. Setengah dari dapur umum di Gaza terpaksa berhenti memasak karena kurangnya pasokan atau adanya perintah mengungsi.”
Israel kembali mengeluarkan perintah pengungsian bagi 54 wilayah pemukiman di Gaza Utara, Gaza Tengah, dan Deir el-Balah, menjadikannya perintah kedua untuk kawasan yang sama.
Sejak eskalasi konflik pada Maret, Israel telah mengeluarkan 35 perintah evakuasi, menyebabkan lebih dari 640.000 warga mengungsi kembali—sekitar sepertiga populasi Gaza.
OCHA juga menyatakan bahwa serangan terhadap fasilitas kesehatan masih terus terjadi, dan mengingatkan pentingnya perlindungan bagi warga sipil serta infrastruktur medis. Bahan bakar, suku cadang, dan generator sangat dibutuhkan untuk memulihkan akses air bersih yang aman.
Di sektor pendidikan, situasinya juga memburuk. Banyak ruang belajar harus ditutup karena alasan keamanan atau kekurangan dana. Akibatnya, lebih dari 200.000 siswa dan 5.000 guru terdampak dan tidak bisa melanjutkan kegiatan belajar mengajar.