PANDAWA KALAH DADU

0
947
Puntadewa kalah dalam berjudi, dan Dursasono pun main serobot Dewi Drupadi.

MESKI gagal memiliki negri Ngastina akibat kecurangan trio Ngastina Destarata –Sengkuni – Duryudana, hal itu tak menjadikan keluarga Pandawa miskin dan perlu Kartu Kahjangan Plus (KKP). Dengan kemampuan Puntadewa beserta ke-4 adiknya mereka berhasil membangun kerajaan baru Ngamarta di alas Wanamarta. Lewat pinjaman Bank Dunia yang berbunga nol persen, negeri baru itu berhasil maju dengan pesat. Mengapa bisa begitu?   Karena Pendawa Lima bekerja bebas dari semangat korupsi, dan sangat anti mbathi.

Menyambut HUT-nya yang ke-10 negeri itu Pandawa mengundang Kurawa-100 untuk berkunjung ke Ngamarta, sekedar studi banding jika pinjam istilah DPR. Ternyata Prabu Duryudana dan Patih Sengkuni terkagum-kagum melihat kepiawian Pendawa mengelola negara. Padahal Ngastina yang berdiri sejak Palasara, hasilnya gini-gini aja. Rakyat tetap hidup miskin, meski tiap tahun telah digelontorkan BLT. Kalau ada yang makmur, itu hanya para pejabatnya, bahkan ada yang kurang kerjaan korupsi daging sapi impor dan pengadaan kitab Quran.

“Bagaimana dimas Puntadewa basa sejahterakaan rakyat dalam waktu cepat?” Prabu Duryudana mencoba konsultasi.

“Kita menolong rakyat dengan iklas, tanpa pertimbangan politik, apa lagi pengin mbathi. Di sini pejabat nakal langsung hekkkk……”, kata Puntadewa sambil memperagakan tangan kanannya mirip orang potong leher.

“Bagaimana dengan pemberantasan korupsi?” Duryudana bertanya kembali.

“Kita serahkan ke KPK kahyangan, tanpa perlu bentuk KPK tandingan yang isinya para tim sukses.” Jawab Puntadewa jujur, tapi Duryudana jadi nyengir kuda.

Prabu Duryudana melirik Sengkuni, dan wrangka dalem (patih) Ngastina itu merah padam mukanya. Tapi dengan cepat dia bisa menguasai keadaan. Sengkuni pura-pura tak dengar dan terus menyibukkan diri main WA-nan bersama relasinya.

Sepulang dari studi banding ke Ngamarta, Prabu Duryudana segera menggelar sidang kerajaan terbatas bidang ekonomi, bagaimana caranya mengejar ketinggalan. Selain Patih Sengkuni, hadir pula Pendita Durna dan Kartomarmo. Prabu Baladewa sengaja tak diajak, sebab meski mitra koalisi, dia suaranya suka minir sendiri mirip PAN. Padahal Baladewa juga banyak menikmati fasilitas dari Prabu Duryudana.

“Kita juga harus pinjam Bank Dunia kalau begitu.” Saran Durna.

“Itu terlalu lama Wakne Gondel. Mending instan saja, kita rebut negeri baru Indraprastha atau Ngamarta itu. Soal caranya, serahkan sama saya.” Potong Sengkuni paralel dengan karakternya.

Semua setuju atas ide gila Sengkuni. Lalu bagaimana caranya? Patih Ngastina itu tahu persis bahwa Puntadewa sewaktu muda sangat hobi main dadu atau cliwik saat nonton wayang. Dia ditantang untuk bermain melawan Ngastina dengan taruhan ringan-ringan sampai yang berat-berat. Klimaksnya Negara pun dipertaruhkan, pasti Pendawa bisa ditekuknya dan Ngamarta dikuasawi serta merta.

Menyambut HUT Ngastina yang ke 125, Prabu Duryudana mengadakan pesta besar-besaran, dengan mengundang pula Pendawa Lima beserta Drupadi istri Puntadewa. Mereka dijamu makan besar, setelah itu diajak main dadu. Tanpa mengetahui rencana jahat sebenarnya, Puntadewa meladeninya.

“Sekedar iseng saja anak prabu, daripada tidur sore-sore.” Bujuk Sengkuni.

“Sampai pagi juga gua ladeni, siapa takut.” Jawab Puntadewa sedikit jumawa.

Demikianlah, Pendawa diwakili Puntadewa dan Ngastina yang diwakili Sengkuni keduanya asyik bermain dadu. Awalnya hanya taruhan Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,- Puntadewa menang terus. Lalu dibesarkan lagi menjadi Rp 1 juta hingga Rp 10 juta, masih dimenangkan Puntadewa. Ini memang siasat Sengkuni untuk menjerat lawan. Dia sengaja mengalahkan diri untuk tahap awal. Permainan dadu tahap I telah selesai, sebagai selingan para hadirin dihibur dengan pentas dandgut pesisiran. Habis itu dilanjutkan musik campursari dengan lagu top Mendem Wedokan.

Permainan dadu tahap II dimulai kembali. Kali ini taruhannya bukan lagi uang tapi negara. Tanpa pikir panjang Puntadewa setuju saya. Sadewa yang terkenal waskita sudah mengingatkan kakaknya, tapi Sengkuni menegur bahwa bukan pemain tidak boleh ikut campur.

“Kamu anak kecil jangan ikut campur! Main gundu saja, sana!” usir Sengkuni.

“Apa katamu? Nih rasakan!” kata Sedewa sengit.

Tiba-tiba saja Sadewa lemparkan segelas tehmanis panas ke muka Sengkuni. Patih Ngastina pun basah kuyup, sebagian masuk mulut dan tertelan. Lumayan juga sih. Prajurit Kurawa hendak bergerak, tapi sengaja dicegah oleh Sengkuni. Katanya, biar saja dirinya basah kuyup oleh teh panas, yang penting Ngastina jaya!

Insiden bisa dihentikan.Permainan diteruskan.  Bila sebelumnya Sengkuni mengalah, kini dia main benar-benar serius, dan Puntadewa pun terdesak dan kalah.Negeri Ngamarta pun sudah jadi milik Kurawa.

“Negeri Ngamarta sudah lepas, apa lagi yang mau kau taruhkan?”

“Paman Sengkuni jangan panik .Ini istriku jadi taruhan!”

Untuk kedua kalinya Pandawa kalah dan Drupadi yang cantik ala Syahrini itu diambil alih oleh Kurawa. Dursasono yang sedari tadi nginceng perempuan itu, serta merta  membetotnya dari Puntadewa. Namanya barang taruhan yang sudah jadi milik Kurawa, Dursasono ingin menjajal sekalian, alias memperkosanya. Langsung saja kain penutup tubuh Drupadi ditariknya.  Namun belum sampai telanjang, sepertinya datang kain baru.

Werkudara hendak maju menyelamatkan, tapi dewan juri melarangnya karena itu sebuah pelanggaran serius. Perkosaan memang tidak terjadi, tapi hari itu juga Pendawa sudah menjadi kere, dia harus masuk hutan 13 tahun lamanya.Mana kala muncul, hukuman dilipatgandakan. Remuk deh.

Resi Bisma yang kasihan atas nasib cucu-cucunya di Ngamarta, mengusulkan agar Pendawa Lima tersebut ditampung di rumah murah DP nol rupiah. Atau disuruh saja mereka jadi pedagang K-5. Soal tempat nanti jalan protokol di Ngamarta bisa ditutup untuk keluarga Pendawa buka lapak dan jualan.

“Ngawur saja, nggak bisa itu. Sesuai kesepatan, ya sudah mereka harus pergi dari Ngamarta. Mau jadi apa mereka, emangnya gue pikirin?” kata Patih Sengkuni sengit.

“Itu namanya pelanggaran HAM.” Protes Pendita Durna, tapi ya sekedar protes, karena ingin dianggap pro rakyat. (Ki Guna Watoncarita)

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">