
CIANJUR – Posko kesehatan terpadu tanggap darurat bencana gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menyatakan bahwa memasuki hari ke-12 setelah bencana, pengungsi yang tinggal di dalam tenda mulai terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, dan hipertensi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy, mengatakan bahwa pelayanan kesehatan bergerak ke masing-masing posko pengungsian yang tersebar di 200 titik, dilakukan tim kesehatan dari kementerian dan sukarelawan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) serta Palang Merah Indonesia (PMI).
“Pelayanan kesehatan diberikan secara rutin setiap hari dengan cara ‘mobile’ ke masing-masing posko pengungsian. Tercatat, setiap harinya jumlah pengungsi yang mengeluhkan sakit terus bertambah. Dari tiap posko, tidak kurang 85 orang setiap harinya memeriksakan diri,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa kondisi pengungsian yang kurang memadai menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan penyakit terhadap warga yang mengisi tenda di pengungsian terpusat atau mandiri.
Untuk yang terpusat, kata dia, dipastikan seluruh sukarelawan kesehatan sudah masuk karena diberlakukan “check-in” dan “check-out”.
Penyakit yang banyak didapatkan selama pelayanan kesehatan ke masing-masing posko pengungsian di antaranya ISPA, diare, dan hipertensi.
“Kami akan lebih fokus terhadap penyakit yang diderita terutama diare dan ISPA karena berhubungan dengan kondisi lingkungan di pengungsian,” katanya.
Sedangkan, Lanjutnya, untuk pengungsi tenda mandiri tetap dilayani dengan melibatkan tenaga kesehatan di masing-masing puskesmas terdekat.
“Untuk sukarelawan yang tercatat di posko kesehatan terpadu di Pendopo Kabupaten Cianjur, sebanyak 3.445 orang, sampai hari ke-12 ini yang masih aktif sekitar 2.333 orang,” katanya.
Ribuan sukarelawan kesehatan tersebut terdiri atas 263 dokter umum, 680 perawat, 284 bidan, dokter ahli spesialis 66 orang, terapis 22 orang, termasuk diantaranya tenaga psikiater.
