SEPERTI laporan intelijen yang beredar beberapa hari lalu, India meluncurkan rudal ke sejumlah titik di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, Selasa (6/5) menyusul ketegangan kedua negara gegara tewasnya 26 turis di Pahalgam, Kashmir India (27/4).
Militer India seperti dikutip AFP (6/5) menyatakan telah menyerang “infrastruktur teroris” di wilayah Jammu dan Kashmir Pakistan – lokasi yang diduga menjadi sarang kelompok dukungan Islamabad yang menewaskan 26 turis tersebut.
“Tindakan kami terfokus, terukur, dan tak bertujuan untuk memperluas konflik. Tidak ada fasilitas militer Pakistan yang disasar. India sangat menahan diri dalam memilih target dan metode eksekusinya,” ungkap pernyataan pemerintah India, Rabu (7/5) dini hari.
Sebaliknya, militer Pakistan mengaku sedikitnya dua orang tewas dan 12 orang terluka serta dilaporkan,rudal menghantam sebuah masjid di kota Bahawalpur, Punjab, hingga menewaskan seorang anak dan melukai dua warga sipil. Menurut versi AFP, delapan warga sipil Pakistan tewas akibat serangan India itu.
Sementara Al Jazeera yang melaporkan dari Islamabad, kota Muzaffarabad dan Kotli di Kashmir yang dikuasai Pakistan menjadi sasaran serangan India pada dini hari ini.
Sedangkan jubir militer Pakistan kepada TV Geo menyebutkan, sedikitnya lima lokasi, termasuk dua masjid, terkena serangan India. “Respons dari Pakistan sedang berlangsung,” meskipun ia tidak merincinya.
Lima titik di Pakistan yang menjadi target serangan udara India ini terdiri dari ibu kota Kashmir bagian Pakistan, Muzaffarabad: Kotli dan Bagh yang berada di Kashmir bagian Pakistan hingga Bahawalpur dan Muridke di Provinsi Punjab.
Laporan Reuters menyebutkan setelah serangan tersebut, pasukan India vs Pakistan saling membalas dengan tembakan artileri dan senapan berat di sepanjang perbatasan yang disengketakan di Kashmir, setidaknya pada tiga titik.
Sementara Jubir militer Pakistan kepada Anadolu (7/5) mengungkapkan, pihaknya berhasil menjatuhkan lima jet tempur India terdiri darari tiga Rafale (buatan Perancis) dan masing-masing satu Sukhoi SU-30 dan MiG-29 buatan Rusia.
Tidak disebutkan apakah kelima peawat itu jatuh setelah duel udara (dog fight) dengan pesawat-pesawat tempur Pakistan atau dijatuhkan artileri atau rudal pertahanan udara.
Akar Konflik
Perang India dan Pakistan berakar dari sejarah panjang pembagian wilayah bekas koloni Inggris di Asia Selatan. Setelah Inggris memutuskan mundur dari India pada 1947, wilayah jajahan itu dibagi menjadi dua negara.
Pembagian tersebut berdasarkan agama mayoritas penduduknya, yakni India (mayoritas Hindu) dan Pakistan (mayoritas Islam). Namun, pembagian ini tidak serta-merta menyelesaikan persoalan, terutama di wilayah Kashmir.
Kashmir adalah negara kerajaan dengan mayoritas penduduk muslim, tetapi dipimpin oleh Maharaja Hari Singh yang beragama Hindu.
Ketika Pakistan berupaya memasukkan Kashmir ke dalam wilayahnya, India merespons dengan bantuan militer, syaratnya Kashmir bergabung dengan India.
Pada Oktober 1947, Kashmir resmi menjadi bagian dari India, memicu kemarahan Pakistan dan menjadi pemicu perang pertama antara kedua negara.
Sejak tahun 1947, India dan Pakistan telah terlibat dalam empat perang besar:
- Perang 1947-1948
Terjadi setelah Kashmir bergabung dengan India. Pakistan menolak penggabungan ini dan mengirim pasukannya untuk merebut wilayah tersebut.
- Perang 1965
Dimulai karena infiltrasi pasukan Pakistan ke wilayah Kashmir yang dikuasai India. India membalas dengan serangan militer besar-besaran.
- Perang 1971
Pecah akibat konflik di Pakistan Timur, yang mengarah pada kemerdekaan Bangladesh dengan dukungan militer India.
- Perang Kargil 1999
Pasukan Pakistan kembali menyusup ke wilayah Kargil di Kashmir, memicu perang di dataran tinggi yang sulit diakses.
Keempat perang hanya mempertebal permusuhan. Sejak 1989, Pakistan juga dituding mendukung kelompok militan di Kashmir untuk menggoyang dominasi India di sana.
Titik Balik dan Ketegangan Baru
Serangkaian serangan teroris dan aksi militer membuat konflik makin parah. Serangan Mumbai 2008 yang menewaskan 166 orang, termasuk warga asing, menjadi titik gelap baru. India menuding kelompok militan dari Pakistan sebagai dalang.
Upaya damai seperti pertemuan pimpinan India dan Pakistan pada 2014 gagal mencairkan suasana. Tahun 2016, serangan di Uri memicu serangan balasan India.
Pada 2019, serangan Pulwama menewaskan 40 tentara India dan memicu konfrontasi udara antara dua negara bersenjata nuklir ini.
India kemudian mencabut status khusus Jammu dan Kashmir melalui penghapusan Pasal 370, memperkuat kontrol atas wilayah sengketa. Langkah ini dianggap provokatif oleh Pakistan.
Krisis 2024-2025
Ketegangan meningkat sepanjang 2024 dengan serangan terhadap peziarah dan proyek pembangunan di Kashmir. Titik puncaknya terjadi pada 22 April 2025 saat serangan terhadap wisatawan menewaskan 26 orang. India menuduh kelompok militan dari Pakistan sebagai pelaku.
Sebagai respons, India meluncurkan Operasi Sindoor. Jet tempur menyerang sembilan titik strategis di Pakistan dan Kashmir Pakistan. Aksi ini diklaim sebagai “keadilan” atas tragedi Pahalgam.
Perang India dan Pakistan pun kembali pecah, dengan saling balas tembakan di sepanjang Line of Control (LOC). India membekukan Perjanjian Air Indus, menangguhkan visa, dan menutup penyeberangan perbatasan.
Pakistan merespons dengan menutup wilayah udara dan memperingatkan akan adanya “tindakan perang”. Ketegangan saat ini merupakan yang terburuk dalam dua dekade terakhir.
Sejarah panjang konflik India vs Pakistan mencerminkan rapuhnya perdamaian di kawasan ini sehingga bisa memicu perang kapan saja. Akar masalah yang belum tuntas, persaingan geopolitik, dan intervensi militan terus memicu konflik baru.
Yang mencemaskan, kedua negara yang sejak lama bersteru itu masing-masing memiliki 170-an hulu ledak nuklir yang bisa digunakan sewaktu-waktu.
India mengambil kebijakan, tidak akan mendahului lawannya menggunakan kekuatan nuklir, sebaliknya, Pakistam tidak mengatur kebijakan itu, berarti akan menggunakan nuklir kapan saja jika dianggap perlu. (AFP/Reuters/Al-Jazeera/Anadolu/ns)