Rasakan Penderitaan Perang, Anak Suriah ini Hanya Ingin Bisa Sekolah Lagi

0
325
Muhammad Najem/ Twitter

SURIAH – Dana Anak Internasional PBB (UNICEF) mengatakan jumlah korban tewas perang sipil Suriah mengejutkan, dan warga sipil semakin menanggung bebannya, terutama anak-anak.

Pernyataan UNICEF sebagai tanggapan atas laporan korban massal di antara anak-anak di Ghouta Timur dan Damaskus. Pernyataan itu didahului dengan pesan, “Tidak ada kata-kata yang akan berlaku adil bagi anak-anak yang terbunuh, ibu mereka, ayah mereka dan orang yang mereka cintai.”

Di tengah-tengah kekerasan dan kehancuran, sejumlah anak Suriah menggunakan media sosial untuk menceritakan kisah-kisah perang ke dunia luar dan memberikan jendela kehidupan dan kematian di Suriah.

Muhammed Najem (15), menggunakan ponselnya untuk merekam video dan gambar Ghouta Timur, kampung halamannya, yang bulan lalu digempur pasukan Suriah.

Harapan terbesarnya adalah dapat duduk di ruang kelas suatu hari dan menjalani kehidupan yang damai.

“Saya ingin bepergian, melanjutkan studi saya, dan melatih kemampuan bahasa Inggris dan keterampilan jurnalis saya,” kata Najem kepada VOA.

Ketika pemerintah Suriah meningkatkan serangan udara diGhouta Timur, Najem merasakan  penderitaan saat kota itu dikepung dan pasukan  rezim membombardirnya dengan serangan udara nonstop.

Najem memutuskan bahwa dunia perlu melihat perang melalui matanya.

“Dia berbicara dalam bahasa Inggris karena dia pikir dia bisa dimengerti lebih banyak orang,” kata adik perempuan Najem, Hiba.

“Dia berhenti pergi ke sekolah setelah hancur dalam serangan udara. Dia menggunakan kata-kata bahasa Inggris yang dia pelajari ketika dia di sekolah untuk menyampaikan pesannya,” katanya.

Najem kehilangan ayahnya saat penembakan di Ghouta Timur. Perang juga merenggut nyawa sahabatnya, yang tewas dalam serangan udara.

Pengalaman dan kehilangannya memaksanya untuk bertindak lebih seperti orang dewasa, melakukan tanggung jawab anak-anak di usianya biasanya bahkan tidak perlu memikirkannya.

Dia mulai memotong dan mengumpulkan kayu untuk panas dan membawa air dari sumur terdekat ke keluarganya.

Dia juga menggunakan keterampilan media sosialnya untuk men-tweet tentang kehidupan sehari-hari.

“Situasi [kemanusiaan] dan [medis] di Ghouta Timur sulit dijelaskan dengan kata-kata. Apa yang terjadi sekarang adalah genosida,” kata Najem dalam salah satu video yang viral di Twitter.

Advertisement div class="td-visible-desktop">