Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif progresif yang memengaruhi sistem saraf pusat, terutama kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan.
Penyakit ini menjadi perhatian global karena dampaknya yang signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya. Tema peringatan Hari Parkinson Sedunia yang diperingati 11 April 2025 adalah “Standing Together for a Brighter Future”.
Tema ini menekankan pentingnya solidaritas global untuk meningkatkan kesadaran, mendukung penderita Parkinson, dan mendorong penelitian serta tindakan nyata untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh penyakit ini.
Mengenal Penyakit Parkinson
Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Dr. James Parkinson pada tahun 1817 dalam karyanya yang berjudul An Essay on the Shaking Palsy. Dalam esai tersebut, Dr. Parkinson menggambarkan gejala utama penyakit ini, seperti tremor, kekakuan otot, dan kesulitan bergerak. Penelitian tentang Parkinson terus berkembang sejak saat itu, meskipun hingga kini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Penyakit Parkinson termasuk dalam kategori penyakit degenerative, yaitu kondisi yang menyebabkan penurunan fungsi jaringan atau organ tubuh secara bertahap seiring bertambahnya usia.
Dalam kasus Parkinson, terjadi kerusakan atau kematian sel-sel saraf di otak, khususnya area otak yang disebut substantia nigra, yang bertanggung jawab untuk produksi dopamin. Penurunan dopamin ini menyebabkan gangguan pada kontrol gerakan tubuh.
Meskipun penyebab pasti kerusakan sel saraf ini belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor risiko yang diketahui meliputi: Genetik dimana terjadi mutasi gen tertentu dapat meningkatkan risiko Parkinson; Lingkungan yaitu paparan racun seperti pestisida dan logam berat juga dikaitkan dengan penyakit ini; Usia karena Parkinson lebih sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas; Jenis Kelamin dimana pria memiliki risiko lebih tinggi terkena Parkinson dibandingkan Wanita; Trauma atau benturan pada kepala: cedera kepala dapat memengaruhi fungsi dopamin di otak, yang merupakan faktor utama dalam penyakit ini. Namun, gejala Parkinson akibat cedera kepala biasanya tidak muncul langsung, melainkan beberapa tahun setelah trauma terjadi.
Penyakit Parkinson sendiri tidak secara langsung menyebabkan kematian. Namun, komplikasi yang terkait dengan penyakit ini dapat menjadi serius dan berpotensi fatal.
Misalnya, penderita Parkinson yang mengalami kesulitan menelan makanan dapat berisiko tersedak, yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru atau pneumonia. Selain itu, gangguan keseimbangan yang sering terjadi pada penderita Parkinson dapat meningkatkan risiko jatuh dan trauma kepala yang berat.
Prevalensi Dunia dan Nasional
Secara global, penyakit Parkinson memengaruhi sekitar 10 juta orang. Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, dengan sekitar 1% populasi usia di atas 60 tahun mengalami penyakit ini. Di Indonesia, prevalensi Parkinson juga menunjukkan tren peningkatan.
Pada tahun 2010, terdapat sekitar 876.665 penderita, saat ini diperkirakan sudah mencapai sekitar 1 juta orang. Menurut laporan, jumlah penderita bertambah sekitar 75 ribu orang per tahun.
Tren ini sejalan dengan penuaan populasi di Indonesia, yang meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Parkinson. Beberapa tokoh dunia seperti Atlit Muhammad Ali, Bintang Film Michael J. Fox, Penyanyi Neil Diamond, Komedian Bill Connoly dan Politikus Jesse Jackson diketahui mengidap penyakit Parkinson.
Gejala Penyakit Parkinson
Gejala utama Parkinson meliputi:
Tremor: Gemetar pada tangan, kaki, atau kepala saat beristirahat.
Bradikinesia: Gerakan tubuh yang melambat.
Kekakuan Otot: Kesulitan dalam menggerakkan tubuh.
Gangguan Keseimbangan: Risiko jatuh yang lebih tinggi. Selain gejala motorik, Parkinson juga dapat menyebabkan gangguan non-motorik seperti depresi, gangguan tidur, dan penurunan fungsi kognitif.
Pencegahan penyakit Parkinson belum sepenuhnya dipahami karena penyebab pastinya masih belum diketahui. Namun, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko terkena penyakit ini:
Olahraga Teratur: Aktivitas fisik seperti aerobik, yoga, atau tai chi dapat meningkatkan kesehatan otak dan melindungi sel-sel saraf.
Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan kaya antioksidan seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan teh hijau dapat membantu melindungi otak dari kerusakan.
Hindari Paparan Racun: Mengurangi paparan pestisida, herbisida, dan logam berat yang dapat merusak sel-sel otak.
Tidur yang Cukup: Tidur berkualitas membantu regenerasi otak dan mengurangi risiko gangguan neurodegeneratif.
Kelola Stres: Teknik relaksasi seperti meditasi dapat membantu menjaga kesehatan mental dan fisik.
Paparan Vitamin D: Tingkatkan paparan sinar matahari atau konsumsi suplemen vitamin D untuk mendukung kesehatan otak.
Langkah-langkah ini tidak menjamin pencegahan total, tetapi dapat membantu mengurangi risiko dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Perawatan Penyakit Parkinson
Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan Parkinson, berbagai metode perawatan dapat membantu mengelola gejala:
Obat-obatan: Seperti Levodopa, yang membantu meningkatkan kadar dopamin di otak.
Terapi Fisik: Untuk meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan.
Terapi Wicara: Membantu penderita yang mengalami kesulitan berbicara.
Operasi: Seperti stimulasi otak dalam (deep brain stimulation) untuk mengurangi gejala motorik.
Terapi alternatif dapat membantu meringankan gejala Parkinson dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Berikut beberapa terapi alternatif yang sering digunakan:
Akupunktur: Terapi ini dapat membantu merangsang pelepasan endorfin dan meningkatkan fungsi saraf, yang dapat mengurangi tremor, kekakuan otot, dan gangguan tidur.
Yoga dan Tai Chi: Latihan ini membantu meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas, dan kekuatan otot, serta mengurangi stres.
Pijat Terapi: Membantu mengurangi rasa sakit, kekakuan otot, dan stres emosional yang sering dialami penderita Parkinson.
Meditasi dan Relaksasi: Teknik ini dapat membantu mengelola stres, kecemasan, dan depresi yang sering menyertai penyakit Parkinson.
Aromaterapi: Menggunakan minyak esensial tertentu untuk membantu relaksasi dan meningkatkan suasana hati.
Terapi Musik: Musik dapat merangsang otak dan membantu meningkatkan fungsi motorik serta suasana hati penderita.
Meskipun terapi alternatif ini dapat memberikan manfaat, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli saraf sebelum mencobanya, untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya sesuai dengan kondisi individu.
Peran Keluarga dan Pemerintah
Peran keluarga bagi penderita Parkinson sangatlah penting dalam mendukung kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial mereka. Keluarga berfungsi sebagai pilar utama dalam memberikan perawatan dan dukungan yang diperlukan juga membantu mereka merasa lebih dihargai dan dicintai. Beberapa aspek peran keluarga yang bisa dilakukan:
Dukungan Emosional: Keluarga dapat memberikan rasa aman, kenyamanan, dan semangat kepada penderita, membantu mereka menghadapi tantangan emosional yang sering muncul akibat penyakit ini.
Pengawasan Pengobatan: Memastikan penderita mengikuti jadwal minum obat dan terapi yang direkomendasikan oleh dokter, serta membantu mengatur pola makan yang sesuai.
Bantuan Fisik: Membantu penderita dalam aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, makan, atau berpakaian, terutama jika gejala motorik semakin parah.
Interaksi Sosial: Mengajak penderita untuk berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya atau teman-teman, sehingga mereka tidak merasa terisolasi.
Edukasi dan Pemahaman: Memahami kondisi Parkinson dan cara terbaik untuk merawat penderita, sehingga keluarga dapat memberikan perawatan yang lebih efektif.
Partisipasi dalam Terapi: Keluarga dapat ikut serta dalam sesi terapi fisik atau terapi seni, yang dapat meningkatkan semangat dan motivasi penderita.
Sebagai penyakit degeneratif yang kompleks, Parkinson tidak hanya memengaruhi penderita secara fisik dan emosional tetapi juga menuntut dukungan dari keluarga, tenaga medis, dan masyarakat luas. Dengan kombinasi perawatan medis, terapi komplementer, dan perhatian dari orang-orang terdekat, penderita dapat menjalani kehidupan dengan kualitas yang lebih baik.
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk memberikan pelayanan bagi penderita Parkinson, salah satunya melalui Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), yang telah menerbitkan panduan tatalaksana penyakit Parkinson. Selain itu, pemerintah juga melakukan peningkatan akses layanan Kesehatan bagi penderita penyakit degeneratif seperti Parkinson. Upaya ini mencakup edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya diagnosis dini dan perawatan yang tepat.
Telah ada komunitas yang mendukung penderita Parkinson dan keluarga di Indonesia yaitu: Parkinson Indonesia: Komunitas ini menyediakan informasi, dukungan, dan kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita Parkinson. Di Bali ada Bali Parkinson Warriors (BAPARWA), Komunitas yang fokus pada edukasi, dukungan, dan peningkatan kualitas hidup penderita Parkinson.
Namun, masih diperlukan langkah-langkah tambahan, seperti kampanye kesadaran yang lebih luas, dukungan finansial bagi keluarga penderita, dan investasi dalam penelitian untuk pengobatan yang lebih efektif. Bersama-sama, langkah ini tidak hanya meringankan beban penderita dan keluarganya tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih peduli dan empati terhadap mereka yang menghadapi penyakit ini. (IP)