Mengungkap Filosofi Tawaf, Jejak Malaikat Mengelilingi Arasy

Ilustrasi. (Foto: TEA OOR/Shutterstock)

JAKARTA, KBKNews.id – Dalam Islam, tawaf merupakan bagian penting dari rukun ibadah haji dan umrah. Tanpa melakukan tawaf, ibadah ini tidak dianggap sah. Tawaf sendiri dilakukan dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali.

Makna Tawaf

Tawaf adalah bentuk penghambaan pertama manusia kepada Allah SWT. Ajaran ini berkaitan dengan peristiwa ketika para malaikat mempertanyakan keputusan Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di Bumi.

Kisah ini terekam dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah berikut:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka Bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di Bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’,”. (QS Al-Baqarah: 30)

Karena merasa bersalah telah mempertanyakan kehendak Allah, para malaikat lalu memohon ampun dengan cara mengelilingi Arasy.

Sebagai bentuk kelanjutan ibadah mereka, Allah kemudian menciptakan Bait al-Ma’mur, bangunan di bawah Arasy yang menjadi tempat thawaf bagi para malaikat—layaknya Ka’bah di Bumi bagi manusia.

Baitul Makmur disebut oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surah At-Thur yang berbunyi:

“Dan demi Baitul Ma’mur, dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi.” (QS At-Tur: 4-7)

Melalui surah di atas, diketahui bahwa Allah menjadikan Bait al-Ma’mur sebagai sumpah-Nya. Umat Islam pun meyakini bahwa makhluk yang Allah jadikan sebagai sumpah adalah makhluk yang mulia, yang menunjukkan keagungan Sang Penciptanya, dan hanya Allah saja lah yang boleh bersumpah atas makhluknya.

Sementara, makhluk seperti manusia, jin, dan lain-lainnya, dilarang untuk bersumpah ditujukan selain kepada Allah. Apabila ada yang melanggar dan ia telah mengetahui hukumnya, maka ia dihukumi dengan kekufuran dan kesyirikan.

Berdasarkan peristiwa tersebut, diketahui bahwa tawaf adalah cara ibadah yang menirukan gerakan malaikat mengelilingi ‘Arasy, dan ternyata seluruh makhluk makrokosmos di jagat raya juga melakukan “tawaf” yang sama.

Secara harfiah, tawaf berarti berkeliling. Secara syar’iyah, tawaf adalah ibadah mengelilingi Ka‘bah yang terletak di Masjidil Haram sebanyak tujuh kali putaran dengan niat tawaf karena Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam ayat Al-Qur’an berikut:

“Hendaknya mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS Al-Hajj: 29)

Keutamaan Tawaf

Mengutip buku “Mukjizat Ka’bah” karya Zainurrofieq, disebutkan dalam hadis bahwa Allah menurunkan 120 rahmat untuk Baitullah setiap harinya. Sebanyak 60 di antaranya adalah untuk orang-orang yang bertawaf, 40 untuk orang yang salat, dan 20 untuk orang yang hanya memandangi Ka’bah.

“Sungguh Allah menurunkan pada setiap hari dan malam 120 rahmat di Baitullah ini. 60 rahmat untuk orang yang melakukan tawaf, 40 rahmat bagi orang yang mendirikan salat, dan 20 rahmat bagi orang yang memandang ke arah Ka’bah.” (HR Thabrani)

Berikut enam keutamaan dari ibadah tawaf:

  1. Menjadi perhiasan bagi Ka’bah.
  2. Allah merasa bangga kepada orang yang bertawaf.
  3. Tawaf sebagai bentuk perjanjian antara hamba dan Allah.
  4. Tawaf menjadi sebab dihapusnya azab.
  5. Tawaf menghapus dosa-dosa.
  6. Tawaf mengangkat derajat pelakunya.

Gerakan berputar mengelilingi Ka’bah juga mengandung pesan maknawi: sebagai simbol poros Bumi dan keteraturan waktu dalam satu pekan yang terdiri dari tujuh hari.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here