PROSES pencarian terus berlanjut sampai berita ini diturunkan terhadap turis perempuan asal India yang terperosok ke dalam lubang sedalam delapan meter akibat amblasnya trotoar di kawasan Dangwi, Kuala Lumpur (23/8).
Kejadian berawal saat perempuan nahas itu tengah berjalan di distrik perbelanjaan di Jalan Masjid India yang ramai pengunjung, tiba-tiba amblas. Polisi sampai hari ini juga belum bisa memastikan identitas turis malang itu.
Tak pelak lagi, fenomena sinkhole atau lubang amblas di Kuala Lumpur, Malaysia dan terjadinya kasus sama di Korea Selatan (29/8) dalam dua waktu berdekatan atensi dunia internasional.
Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Adrin Tohari, Sabtu (31/8) menyebutkan, sinkhole terbentuk akibat tanah amblas atau runtuh disebabkan fenomena berkaitan dengan kondisi geologi di kawasan lapisan batu gamping di bawah permukaan.
Sejumlah daerah di Indonesia, menurut Thari, juga memiliki potensi besar terjadinya sinkhole, sementara Ahli geologi UGM Wahyu Wilopo menjelaskan, sinkhole sangat mungkin terjadi di daerah yang kondisi geologinya dominan dengan batu gamping atau material yang mudah larut.
“Jenis batuan ini ditemukan di hampir seluruh pulau-pulau besar di Indonesia, “ ujarnya.
Area yang memiliki kondisi geologi seperti yang disebutkan adalah Kawasan karst atau kawasan terdiri atas batuan kapur berpori, sehingga memudahkan air di permukaan tanah merembes.
Ciri-ciri kawasan karst, a.l. daerah berupa cekungan-cekungan dengan bukit-bukit kecil membulat, air sungai yang tampak di permukaan hilang ke dalam tanah lalu muncul di tempat lain dan ada sungai di bawah permukaan tanah, serta permukaan tanah yang tampak kasar, berlubang, hingga runcing.
Wilayah berpotensi sinkhole
Secara spesifik, berikut daftar kawasan karst yang ada di Indonesia:
- Gunung Leuser (Aceh)
- Perbukitan Bohorok (Sumaera Utara)
- Payakumbuh (Sumatera Barat)
- Bukit Barisan, mencakup Baturaja (Kabupaten Ogan Kombering Ulu)
- Sukabumi selatan (Jawa Barat)
- Kawasan Karst Gombong Selatan, Kebumen (Jawa Tengah)
- Pegunungan Kapur Utara, mencakup Kudus, Pati, Grobogan, Blora dan Rembang (Jawa Tengah)
- Pegunungan Kendeng (Jawa Timur)
- Pegunungan Sewu, yang membentang dari Kabupaten Bantul di barat hingga Kabupaten Tulungagung di timur
- Sistem perbukitan Blambangan (Jawa Timur)
- Perbukitan di bagian barat Pulau Flores, tempat lokasi banyak gua, salah satu di antaranya adalah Liang Bua (Nusa Tenggara Timur)
- Perbukitan karst Sumba (Nusa Tenggara Timur)
- Pegunungan karst Timor Barat (Nusa Tenggara Timur)
- Pegunungan Schwaner (Kalimantan Barat)
- Kawasan Pegunungan Sangkulirang-Tanjung Mangkaliat seluas 293.747,84 hektare (Kalimantan Timur)
- Perbukitan Maros Pangkajene, Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep (Sulawesi Selatan)
- Kawasan karst Wowolesea, memiliki sistem air asin hangat (Sulawesi Tenggara)
- Pulau Muna
- Kepulauan Tukangbesi
- Pulau Seram (Maluku)
- Pulau Halmahera (Maluku Utara)
- Kawasan karst Fakfak (Papua Barat)
- Pulau-pulau Biak, Pegunungan Tengah, dan Pegunungan Lorentz (Papua)
- Kawasan Batu Hapu, Tapin (Kalimantan Selatan)
- Kawasan Karts di Kabupaten Kutai Timur mulai dari Marangkayu, Bengalon, Sangkulirang dan Maloy (Kalimantan Timur).
Perlu pemetaan
Adrin juga menyebutkan, untuk mengurangi potensi terjadinya sinkhole di Indonesia, pemetaan wilayah penting dilakukan melalui dua metede yakni mikrograviti dan geolistrik.
Mikrograviti berguna untuk mendeteksi perbedaan nilai gaya berat lapisan batu gamping yang berongga. Sementara, geolistrik mengidentifikasi rongga yang ada pada batu gamping berdasarkan nilai ketahanan jenisnya.
Pemetaan harus dilakukan secara detail untuk mengetahui sebaran rongga dan volume batu gamping. Baru setelah itu dapat dilakukan upaya mitigasi.
“Salah satunya menghindari daerah itu. Tapi kalau tidak bisa kita injeksi, ditutup lubang-lubang itu menggunakan semen atau material yang bisa mengisi rongga dengan cepat,” ujar Adrin.
Di Indonesia, kasus sinkhole beberapa kali terjadi dan banyak mendapat atensi publik, saah satunya yang terbaru adalah munculnya di Bandung, Jawa Barat pada Februari 2024.
Kedalaman lubang amblas ini mencapai tujuh meter. Saat itu, warga menduga penyebab sinkhole tersebut adalah bocornya pipa PDAM.
Dua sinkhole juga muncul di Gunungkidul, Yogyakarta pada Januari 2024 dan kawasan tersebut memang menjadi salah satu wilayah yang kerap terjadi tanah amblas, hampir terjadi setiap tahun di Gunungkidul karena batuan penyusun lokasi tersebut adalah batu gamping.
Pada September 2023, sinkhole juga muncul di Gianyar, Bali. Tak tanggung-tanggung, lubang yang tercipta berdiameter 30 meter dengan kedalaman 70 meter.
Menurut Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Adrin Tohari, sinkhole terbentuk akibat tanah yang amblas atau runtuh.
“Fenomena ini ada kaitannya dengan kondisi geologi di daerah yang terdapat lapisan batu gamping di bawah permukaannya,” ujar Adrin, kepada Kompas.com, Sabtu (31/8).
Indonesia rawan sinkhole
Ahli geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Wilopo menjelaskan bahwa sinkhole sangat mungkin terjadi di daerah yang kondisi geologinya dominan dengan batu gamping atau material yang mudah larut.
Sayangnya, jenis batuan ini ditemukan di hampir seluruh pulau-pulau besar di Indonesia, sementara area yang memiliki kondisi geologi seperti yang disebutkan adalah kawasan karst terdiri dari daerah batuan kapur berpori, sehingga memudahkan air di permukaan tanah merembes.
Ciri-ciri kawasan karst, a.l. daerah berupa cekungan-cekungan, terdapat bukit-bukit kecil membulat, air sungai yang tampak di permukaan hilang ke dalam tanah lalu muncul di tempat lain.
Pentingnya pemetaan
Untuk mengurangi potensi terjadinya sinkhole di Indonesia, pemetaan wilayah disebut penting dilakukan. Adrin menyebut, pemetaan tersebut dapat dilakukan dengan dua metode yaitu,mikrograviti dan geolistrik.
Mikrograviti berguna untuk mendeteksi perbedaan nilai gaya berat lapisan batu gamping yang berongga. Sementara, geolistrik mengidentifikasi rongga yang ada pada batu gamping berdasarkan nilai ketahanan jenisnya.
Pemetaan harus dilakukan secara detail untuk tahu sebaran rongga dan volume batu gamping. Baru setelah itu dapat dilakukan upaya mitigasi.
“Salah satunya menghindari daerah itu. Tapi kalau tidak bisa kita injeksi, ditutup lubang-lubang itu menggunakan semen atau material yang bisa mengisi rongga dengan cepat,” ujar Adrin.
Sejumlah sinkhole di Indonesia
Di Indonesia, kasus sinkhole beberapa kali terjadi dan banyak mendapat atensi publik, salah satu yang terbaru adalah munculnya sinkhole di Bandung, Jawa Barat. Kasus ini terjadi pada Februari 2024 dengan kedalaman lubang amblas mencapai tujuh meter. Saat itu, warga menduga penyebabnya kebocoran pipa PDAM.
Dua sinkhole juga muncul di Gunungkidul, Yogyakarta pada Januari 2024. Gunungkidul sendiri adalah salah satu wilayah yang kerap terjadi permukaan tanah amblas.
Bahkan, Wahyu menyebut sinkhole hampir terjadi setiap tahun di Gunungkidul karena batuan penyusun lokasi tersebut berupa batu gamping.
Pada September 2023, sinkhole juga muncul di Gianyar, Bali dengan lubang yang tercipta berdiameter 30 meter dan kedalaman 70 meter.
Mitigasi melalui pemetaan kawasan sinkhole perlu dilakukan secara menyeluruh dan penduduk yang berada di wilayah rawan bencana perlu diinformasikan sedini mungkin.