PESAWAT-pesawat tempur membombardir ratusan posisi Lasykar Hizbullah proksi Iran di Lebanon sejak sekitar sepekan sejak 23 Sept lalu, menewaskan lebih 500 orang dan melukai lebih seribu lainnya termasuk warga sipil.
Kini pasukan darat Israel didukung tank-tank Merkava dilaporkan sedang bersiap-siap menyerbu wilayah Lebanon untuk melakukan operasi pembersihan terhadap kantong-kantong Hizbullah. Sejumlah laporan juga menyebutkan, serangan berskala kecil sudah diancarkan pasukan Israel (IDF).
Pertanyaannya, di mana kah pasukan reguler Lebanon saat ini? Kenapa bergeming atau tidak ikut cawe-cawe, membiarkan negeri mereka diacak-acak Israel memburu milisi Hizbullah proksi Iran yang mangkal di negeri itu.
Lebanon sebagai sebuah negara memiliki tentara, namun peran dan posisi mereka rumit dan dilematis ketika berhadapan dengan kelompok-kelompok bersenjata seperti Hizbullah.
Selain memiliki kekuatan militer cukup besar, Hisbullah juga merupakan kelompok politik (parpol) dengan pengaruh yang signifikan, tak hanya di Lebanon tetapi juga di kawasan Timur Tengah.
Hubungan yang Rumit
Saat konflik Hizbullah dengan Israel meletuppada Perang Lebanon 2006, tentara Lebanon bersikap pasif. Mereka tak terlibat atau melibatkan diri dalam konflik disebabkan keruwetan relasi antara militer Lebanon dan Hizbullah.
Lebanon dikenal sebagai negara dengan keragaman agama dan politik yang sangat kompleks. Sistem politiknya, yang didasarkan pada pembagian kekuasaan berbasis kelompok-kelompok agama, sehingga keseimbangannya rapuh.
Tentara Lebanon sering kali mengambil posisi netral dalam banyak konflik besar demi menghindari risiko perpecahan seperti perang saudara.
Khalil Helou, jenderal Lebanon yang sedang cuti dan menjadi profesor geopolitik di Universitas St Joseph Beirut, mengatakan kepada Euronews bahwa peran tentara di Lebanon bukan hanya untuk mempertahankan perbatasan negara.
“Mereka bukan tentara klasik seperti di negara-negara Barat. tentara Lebanon tunduk pada instruksi pemerintah Lebanon,” katanya.
“Saat ini, dan untuk jangka waktu yang lama, telah terjadi perpecahan yang esktrem. Tentara dibiarkan sendiri. Siapa pun yang memimpin tentara, harus mengambil keputusan sesuai selera mereka paling sesuai,” tambah Helou.
Helou mmperkirakan, jika tentara Israel melanjutkan serangan udaranya atas Hizbullah menjadi perang darat seperti 2006, kekerasan bakal meluas dari Lebanon selatan dan Lembah Bekka ke seluruh negeri itu
Selama invasi Israel tahun 2006, tentara reguler Lebanon menghindari konfrontasi dengan Israel, meskipun beberapa pangkalan militernya dibom.
Tentara Lebann tidak menggunakan kekuatannya untuk melucuti senjata Hizbullah meskipun ada ketentuan menyatakan hal itu dalam Resolusi PBB Nomor 1701.
Lebanon Selatan dan Lembah Bekka seharusnya berada di bawah perlindungan hukum Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701. Resolusi itu menetapkan pembentukan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, di wilayah Selatan.
AB Lebanon (LAF) menurut catatan Globalfirepower (GFP) berkakuatan sekitar 82.000 personil, yang terbesar AD (sekitar 80.000), AL (2.700) dan AU (1.200) personil.
Dengan belanja militer 995 juta dollar AS (sekitar Rp10,53 triliun) atau di rankig ke-90 global, hanya cukup untuk membiayai perawatan alutsista yang sebagian besar sudah usang.
AD-nya didukung sekitar 350 unit tank, 270 unit di antaranya tank lawas T-54 dan T-55 eks-Uni Soviet, 70-an T-48 dan T-60 eks Perang Dunia II buatan AS, selebihnya tank-tank ringan, kendaraan lapis baja dan kendaraan taktis seperti Humvee.
AL Lebanon berkekuatan sekitar 70-an kapal perang, yang terbesar kelas kapal patroli cepat (FPB) Phoenix buatan AS, selebihnya kapal-kapal cepat brukuran kecil dan beberapa kapal penyapu ranjau.
AU Lebanon sebelumnya penah mengoperasikan selusin pesawat Mirage III Perancis, namun karena kekurangan dana perawatan, dijual ke Pakistan, sementara pesawat Hawker Hunter dan Vampire eks-Inggeris sudah tidak laik terbang.
Saat ini tersisa pesawat -pesawat ringan seperti Super Tucano, (Brazil), Cessna (AS) dan helikopter Huey (AS), Puma SA330 (Perancis) dan Agusta Westland AW139 (Inggeris) dan pesawat militer non tempur lainnya.
Selain masalah internal “berdampingan” dengan 50.000-anggota Hizbullah, pasukan Lebanon agaknya juga ciut nyalinya melawan Israel yang berkekuatan 177-ribu tentara, didukung 400 tank tempur utama (MBT) dan 1.360 ragam kendaraan lapis baja dan AU-nya mengoperasikan 700-an pesawat tempur termasu 50-an unit F-35 Super Lightning II.
Tanpa dukungan salah satu negara adidaya misalnya Rusia atau China, rasanya memang sulit bagi Lebanon untuk berhadapan langsung dengan Israel. (Reuters/ns)